Liputan6.com, Aceh - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto mengimbau kepada masyarakat di tanah rencong tidak memasuki dan beraktivitas di kawasan hutan lindung untuk menghindari interaksi negatif dengan satwa lindung liar seperti harimau.
"Baru-baru ini, Rabu (1/2) dua orang petani yang terdiri dari ayah dan anak, Amrizal (65) dan Hafifi Yunanda (29) menjadi korban serangan harimau sumatera karena memasuki kawasan hutan lindung di Gunung Sampali, Desa Koto, Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan," kata Agus di Banda Aceh, dikutip dari Antara, Minggu (12/2/2023).
Baca Juga
Advertisement
Ia menyatakan, ada informasi dua petani tersebut masuk ke dalam kawasan hutan lindung melakukan aktivitas di atas sehingga muncul interaksi negatif karena di situ memang habitat harimau sedangkan kebunnya berada di bawah.
Saat ini, dua petani yang menjadi korban penyerangan harimau sumatra berjenis kelamin betina berusia sekitar 3-4 tahun itu telah mendapatkan perawatan medis di rumah sakit setempat.
Sedangkan harimau sumatera betina tersebut berhasil dibawa ke Kantor Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 Tapaktuan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dalam kondisi terluka parah di bagian kepala, punggung, rahang, dan pipi.
"Keterangan dari warga yang terluka, bahwasanya harimau sumatra juga ikut terluka, karena warga tersebut sempat mempertahankan diri secara spontan," kata Agus.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Habitat Satwa Liar
Pasca-peristiwa tersebut, lanjut Agus, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan aparat di Aceh Selatan, khususnya di desa sekitar kejadian agar lebih waspada di kawasan habitat satwa liar.
"Setelah kejadian itu, kita melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat agar lebih waspada dan tidak melakukan kerusakan di kawasan hutan sebagai habitat satwa liar atau harimau,” ujarnya.
Agus menuturkan, saat ini tim medis sudah mulai melakukan observasi secara menyeluruh bukan hanya terkait luka saja, tetapi juga memeriksa kesehatan dari harimau itu.
Rencananya, satwa tersebut akan dilepasliarkan kembali ke kawasan hutan jika nantinya sudah dinyatakan siap oleh tim medis.
“Kemarin sudah dilakukan pembiusan dan penanganan medis, pembersihan luka sayat, dan membuang jaringan yang rusak, kemudian lukanya juga telah dijahit,” demikian Agus Arianto.
Advertisement