Bursa Saham Asia Anjlok, Investor Menanti Data Ekonomi

Mayoritas indeks acuan di bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Senin, (13/2/2023). Bahkan indeks Nikkei 225 Jepang anjlok 1,2 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Feb 2023, 09:14 WIB
Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Senin, 13 Februari 2023. (Foto: AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Senin, 13 Februari 2023 seiring investor mencerna data ekonomi yang akan dirilis termasuk indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS). Hal ini agar mengetahui arah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,23 persen. Indeks acuan Selandia Baru/NZX 50 merosot 0,99 persen seiring Selandia Baru hadapi dampak dari siklon tropis Gabrielle. Demikian dikutip dari CNBC, Senin (13/2/2023).

Di Jepang, indeks Nikkei 225 jatuh 1,29 persen dan indeks Topix merosot 0,67 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi tergelincir 1,02 persen, sedangkan indeks Kosdaq melemah 0,3 persen.

Yen Jepang di kisaran 131,74 per dolar AS, dan terus bergejolak setelah laporan Nikkei kalau Pemerintah Jepang akan mencalonkan Kazuo Ueda sebagai Gubernur Bank Sentral Jepang berikutnya.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun mencapai 0,499 persen.

Di Hong Kong, indeks acuan dibuka melemah. Indeks Hang Seng turun 1,08 persen dan indeks Hang Seng teknologi terpangkas 1,1 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai susut 0,11 persen dan indeks Shenzhen turun 0,56 persen.

Di wall street, indeks acuan beragam pada perdagangan Jumat, 10 Februari 2023. Indeks S&P 500 naik 0,2 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 0,61 persen. Dua indeks acuan tersebut membukukan kinerja mingguan terburuk sejak Desember 2022 setelah serangkaian rilis laba perusahaan dan pejaba the Federal Reserve yang hawkish.


Bursa Saham Asia Pasifik pada Jumat 10 Februari 2023

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia sebagian besar tertekan pada perdagangan Jumat, 10 Februari 2023. Hal ini di tengah sentimen yen menguat terhadap euro dan dolar AS.

Laporan Nikkei menyebutkan, Kazuo Ueda akan memimpin sebagai Gubernur Bank Sentral Jepang. Yen menguat 0,77 persen terhadap dolar Amerika Serikat dan berada 130,64.

Indeks Nikkei 225 di Jepang mendaki 0,31 persen ke posisi 27.670,98. Indeks Topix bertambah menguat 0,1 persen ke posisi 1.986,96. Di Korea Selatan, indeks Kospi terpangkas 0,48 persen ke posisi 2.469,73. Indeks Kosdaq melemah 1,5 persen menjadi 772,44.

Di sisi lain, harga konsumen di China naik 2,1 persen pada Januari 2023. Inflasi China ini lebih rendah dari yang diharapkan.

Sementara itu, indeks Shanghai terpangkas 0,3 persen. Indeks Shenzhen terperosok 0,6 persen. Koreksi juga diikuti indeks saham Hang Seng. Indeks Hang Seng melemah 2 persen, dan indeks Hang Seng teknologi susut 4,5 persen.

Di Australia menguat 0,76 persen ke posisi 7.433,7. Investor mencerna hasil pertemuan bank sentral Australia.


Penutupan Wall Street pada Jumat 10 Februari 2023

Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 10 Februari 2023 Indeks S&P 500 menguat tipis sambut akhir pekan tetapi masih mengalami mingguan terburuk selama hampir dua bulan.

Dikutip dari laman CNBC, Sabtu (11/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,2 persen ke posisi 4.090,46. Indeks Nasdaq tergelincir 0,61 persen ke posisi 11.718,12. Indeks Dow Jones menguat 169,39 poin atau 0,5 persen ke posisi 33.869,27.

Indeks Dow Jones meski naik pada Jumat, 10 Februari 2023, tetapi mengakhiri kinerja sepekan dengan turun 0,17 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing merosot 1,11 persen dan 2,41 persen dalam mingguan terburuk sejak Desember 2022.

Pendiri Banrion Capital Management, Shana Sissle menuturkan, investor mencerna kenaikan suku bunga terbaru, data ekonomi dan komentar terbaru dari pejabat the Federal Reserve (the Fed). Ia menilai, hal tersebut menyebabkan pergerakan intraday seiring investor mengubah posisi sambil prediksi bagaimana bank sentral akan bertindak atas suku bunga ke depan.

“Ada beberapa sinyal campuran di sini yang menurut saya adalah mengapa volatilitas naik. Sebenarnya tidak ada konsensus yang keluar dengan indikator utama yang memberi Anda banyak keyakinan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, dan pasar tidak menyukainya,” ujar Sissel.

Saham Lyft melemah lebih dari 36 persen setelah laporan kuartal IV tahun fiskal yang mengecewakan. Saham Expedia turun lebih dari 8 persen setelah laba dan pendapatan merosot di bawah harapan analis.

Laporan perusahaan yang terbaru itu dianggap sebagai kuartal yang mengecewakan oleh wall street. Dengan hampir 70 perusahaan S&P 500 yang sudah melaporkan kinerja, sekitar 70 persen dari perusahaan itu mengalahkan harapan analis untuk kuartal tersebut. Itu adalah bagian lebih kecil dari perusahaan yang melampaui haraoan dari pada rata-rata historis tiga tahun sebesar 79 persen, menurut the Earnings Scout.


Investor Menanti Data Inflasi AS

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Pada pekan depan, investor juga bersiap untuk pembacaan indeks harga konsumen terbaruk untuk melihat apakah inflasi mereda.

Pembacaan indeks pada Januari yang mengikuti harga sejumlah besar barang sebagai pengukur inflasi akan dirilis Selasa, 14 Februari 2023. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan 0,4 persen berdasarkan bulanan, dan 6,2 persen dari tahun sebelumnya.

“Minggu depan benar-benar tentang satu hal, dan satu hal itu consumer price index (CPI),” ujar Chief Investment Officer Horizon Investments, Scott Ladner.

Analis Barcylas, Emmanuel Cau menuturkan, data inflasi akan menjadi katalis pasar ke depan. “Lebih dari retorika bank sentral, kami pikir itu adalah data inflasi yang akan menentukan arah perjalanan pasar dari sini,” ujar dia.

Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya