Liputan6.com, Damaskus - Kelompok bantuan dan pakar kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa serangkaian gempa dahsyat dapat memperburuk wabah kolera di Suriah yang pertama kali terdeteksi tahun lalu.
Peringatan itu datang ketika operasi penyelamatan dihentikan di bagian wilayah Suriah -- yang dikuasai oposisi dan pemerintah.
Advertisement
Hingga Minggu 12 Februari 2023, jumlah korban tewas mencapai 35.000 di kedua negara, dengan sedikitnya 4.500 orang tewas akibat gempa Suriah.
Menurut PBB ada 5,3 juta orang di Suriah yang telah kehilangan tempat tinggal akibat perang, dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (13/2/2023).
"Ada 'badai yang sempurna' terjadi sebelum gempa bumi. Peningkatan kerawanan pangan, runtuhnya sistem perawatan kesehatan, kurangnya akses ke air yang aman dan sanitasi yang buruk," kata Eva Hines, kepala komunikasi Dana Anak-anak PBB (UNICEF) di ibu kota Suriah, Damaskus.
"Lebih dari separuh orang di Suriah bergantung pada sumber air alternatif yang tidak aman dalam hal kebutuhan air mereka. Dan tentu saja, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit yang menyebar cepat seperti kolera,” kata Hines kepada Al Jazeera.
Pada September tahun lalu, pemerintah Suriah mengumumkan wabah kolera -- infeksi diare yang disebabkan oleh menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri Vibrio cholerae.
Penyakit ini terbukti mematikan, terutama bagi anak-anak.
Wabah itu sebagian besar disebabkan oleh infrastruktur air yang terkontaminasi dari sungai Efrat di timur laut negara tersebut. Warga pun terpaksa minum dan mengairi ladang dengan air tersebut.
Penyakit ini dengan cepat menguasai sebagian besar petak yang dikuasai oposisi di barat laut Suriah, di mana setidaknya 1,7 juta orang terlantar akibat perang saudara selama satu dekade di negara itu tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak, dan sekitar empat juta bergantung pada bantuan kemanusiaan sebelum bencana.
Pada 18 Januari, hampir setengah dari dugaan 77.500 kasus kolera di negara itu berada di wilayah barat laut, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dengan 18 persen terdeteksi di kamp-kamp pengungsi internal.
PBB Serukan Peningkatan Bantuan ke Wilayah Suriah yang Terdampak Gempa
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres pada Kamis meminta lebih banyak akses bantuan kemanusiaan ke barat daya Suriah dari Turki, mengatakan bahwa dirinya akan lebih senang jika PBB dapat menggunakan lebih dari satu perbatasan untuk mengantarkan bantuan setelah gempa dahsyat mengguncang wilayah itu, di mana korban jiwa mencapai 20 ribu.
"Jalanan rusak. Orang-orang sekarat. Sekarang waktunya untuk mencari semua jalan yang memungkinkan untuk memberikan bantuan dan personil ke semua wilayah terdampak. Kita harus mengutamakan masyarakat," kata Guterres kepada wartawan di Markas Besar PBB di New York.
Ia menambahkan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, saat ini berada di Turki dan akan bergerak ke Suriah.
Perjalanan akan dilakukan selama akhir pekan untuk menganalisa kebutuhan dan bagaimana badan dunia itu dapat meningkatkan dukungan di tengah tragedi kemanusiaan ini.
Griffiths akan mendatangi Gaziantep di Turki dan Aleppo serta Damaskus di Suriah, dari keterangan ketua PBB.
Menurut dia itu adalah konvoi bantuan pertama yang menyeberang ke Suriah.
“Lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan, tetapi lebih banyak, lebih banyak lagi yang dibutuhkan,” kata Guterres kepada wartawan, dikutip dari Antara, Sabtu (11/2/2023).
“Sekarang waktunya untuk membantu warga Turki dan Suriah yang terdampak gempa dahsyat,” kata ketua PBB itu pada Kamis.
Guterres ingin menunjukkan kepada mereka dukungan dan kedermawanan yang sama yang mereka berikan beberapa tahun belakangan, membantu jutaan pengungsi dan warga yang menyelamatkan diri dari konflik.
Advertisement
Pusat Penderitaan
Dalam seruan yang penuh semangat berdasarkan tahun-tahun kunjungannya ke daerah yang hancur, sebagai Sekjen dan sebelumnya sebagai kepala badan pengungsi PBB UNHCR, dia mengatakan bahwa apa yang dulunya merupakan pusat solidaritas sekarang menjadi pusat penderitaan.
Rakyat menghadapi mimpi buruk yang paling buruk. Bencana gempa melanda saat krisis kemanusiaan di barat daya Suriah sudah memburuk, dengan kebutuhan tingkat tertinggi sejak konflik dimulai.
Ia mengatakan PBB telah melakukan yang terbaik dalam menanggapi dengan cepat apa yang menjadi bencana alam terbesar dalam sejarah.
Rombongan PBB pertama yang menyeberang ke barat daya Suriah pada Kamis melalui perbatasan Bab al-Hawa, terdiri dari enam truk membawa penampungan dan pasokan bantuan lain yang sangat dibutuhkan.
Namun dia meyakinkan bantuan lain sedang dalam perjalanan karena lebih banyak yang dibutuhkan.
Sayangnya, dunia menyadari meningkatnya jumlah korban tewas, yang menurut laporan terbaru melampaui 20.ribu jiwa, dan tingkat kerusakan sepenuhnya masih belum diketahui, kata Sekjen PBB.
Turki Jadi Rumah bagi Sejumlah Besar Pengungsi
Turki menjadi rumah bagi sejumlah besar pengungsi dan telah menunjukkan kemurahhatian yang tidak tertandingi kepada negara tetangganya Suriah.
Bahkan lebih dari 3,6 juta warga Suriah tinggal di Turki selama lebih dari satu dekade. Banyak dari mereka saat ini menjadi korban gempa.
Hal serupa diucapkan Guterres saat berada di Aleppo di masa lalu dan bertemu warga Suriah yang menyambut hangat warga Irak yang mengungsi dari perang.
“Pada kunjungan saya, saya benar-benar tergerak dengan solidaritas orang-orang yang mau membukakan pintu rumah dan hati mereka. Sekarang rumah mereka rusak dan hati mereka hancur,” kata dia.
Bantuan kemanusiaan - Dana Kemanusiaan Suriah dan dana lintas batas Suriah - membutuhkan suntikan dukungan mendesak.
Mereka adalah pilihan terbaik untuk memudahkan PBB dan bantuan kemanusiaannya untuk secara cepat mencapai mereka yang membutuhkan.
Sebanyak 25 juta dolar AS (sekitar 378 miliar rupiah) dikeluarkan dari Dana Tanggap Darurat Pusat PBB sebagai awal bantuan, dan awal pekan depan sebuah Flash Appeal untuk dukungan donor akan dikeluarkan, bagi mereka yang terdampak gempa di Suriah.
Guterres mengatakan lembaga-lembaga PBB - bersama dengan LSM internasional dan nasional di Suriah - sedang menilai kebutuhan dana awal mereka untuk tiga bulan ke depan.
Sumber-sumber ini akan digunakan oleh komunitas kemanusiaan untuk bantuan genting seperti tempat bernaung, kesehatan, gizi, air, sanitasi, kebersihan, pendidikan, perlindungan dan layanan dukungan psikososial.
Dia mengatakan PBB siap mendukung respon pemerintah Turki dengan segenap kemampuan.
“Dalam menghadapi bencana besar ini, saya sangat mengimbau masyarakat internasional untuk menunjukkan kepada masyarakat Turki dan Suriah dukungan dan kemurahan hati yang sama dengan yang mereka terima, melindungi dan membantu jutaan orang yang mengungsi dan terlantar.
Advertisement