Pelajar NTB Ramai-Ramai Kumpulkan Telur untuk Bantu Turunkan Stunting

Para pelajar di NTB diajak untuk berkontribusi menurunkan stunting dengan mengumpulkan telur setiap tiga bulan sekali.

oleh Diviya Agatha diperbarui 13 Feb 2023, 19:00 WIB
Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah saat memberikan pemaparan soal situasi terkini stunting (Sumber: Dokumentasi Danone Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta Nusa Tenggara Barat (NTB) masuk dalam daftar 12 provinsi prioritas penurunan stunting. Dalam upaya menurunkannya, para pelajar diajak turut serta memberikan kontribusi dengan menyumbang telur.

Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah mengungkapkan bahwa sejauh ini para pelajar yang diajak untuk semampunya menyumbang telur ada di bangku SMA, SMK, dan SLB.

"Sumbang semampunya. Untuk SMA itu satu anak per tiga sampai empat bulan satu telur. Enggak berat. Tapi sistemnya bukan dipaksa," ujar Sitti dalam acara Aksi Gizi Generasi Maju bersama Danone Indonesia di Lombok Barat, NTB pada Kamis, 9 Februari 2023.

"Jadi anak-anak diedukasi, mau sumbang enggak. Sudah berjalan dengan baik, alhamdulillah ribuan telur sudah bisa dihasilkan," tambahnya.

Sitti menjelaskan, telur yang sudah dikumpulkan itu nantinya didistribusikan kepada pihak puskesmas di masing-masing kota. Dari sana, telur baru akan diberikan untuk anak-anak yang mengalami atau berisiko stunting.

"Diberikan ke puskesmas, jangan sampai salah sasaran. Jangan sampai itu telur tidak sampai ke badan anak-anak kita. Anak-anak stunting kita yang membutuhkan," kata Sitti.

Seperti diketahui, telur menjadi salah satu protein hewani yang sangat mudah ditemui. Konsumsi telur sendiri dianjurkan untuk anak terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, yang mana bisa turut mencegah terjadinya stunting.


Fokus Turunkan Stunting di NTB

Ilustrasi telur. (Photo by Klaus Nielsen/pexels)

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr H Lalu Hamzi Fikri mengungkapkan bahwa saat ini salah satu yang dilakukan oleh pihaknya memang berfokus pada aksi untuk menurunkan stunting.

"Kalau anak SMA di NTB mengumpulkan satu butir telur minimal tiga bulan, banyak jumlahnya. Itu bisa diberikan untuk anak-anak stunting kita," kat Lalu Hamzi.

Pemberian satu telur itu pun dibarengi dengan susu sebanyak 150 ml, yang mana diberikan sebanyak 6 kali seminggu selama 3 bulan. Sambil mendistribusikan, para orangtua turut diberikan stimulasi psikososial dan konseling selama enam bulan.

Dari aksi tersebut, skor nafsu makan anak diketahui ikut mengalami peningkatan dan ada penambahan berat badan.


Penurunan Stunting di NTB

Ilustrasi Stunting. Foto: Ade Nasihudin Liputan6.com (9/11/2020).

Sebelumnya, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, provinsi NTB masih memiliki angka stunting sebesar 32,7 persen. Namun, angka itu kini telah menurun hingga 16,9 persen.

"Secara umum target itu serendah-rendahnya. Akan tetapi kita ingin di 2023 ini bisa menyentuh angka 14 persen. Saat ini angka stunting di NTB 16,9 persen," ujar Sitti.

Sitti menjelaskan, angka stunting tersebut bisa menurun karena adanya kerja sama antar berbagai pihak. Terutama dari pihak posyandu di NTB yang sangat aktif. Sehingga proses penurunan stunting di sana bisa lebih efektif.

"16,9 persen dari anak balita di NTB, 75.503 yang masih stunting. Kita merangkak itu dari angka di atas 30 persen. Tapi hebatnya di NTB ini karena posyandu keluarganya 7.600 lebih aktif," kata Sitti.


Punya Data Anak Stunting Spesifik

Ilustrasi anak (Foto: Pixabay/PixelLoverK3)

Lebih lanjut Sitti mengungkapkan bahwa data anak stunting di NTB pada posyandu di NTB sudah disortir berdasarkan nama dan alamat. Sehingga intervensinya dapat lebih mudah dan tepat sasaran.

"Kita punya data stunting by name, by address yang kita tidak temui di provinsi lain. Itu untungnya karena posyandu kita aktif semua. Sehingga intervensinya lebih gampang, lebih efektif. Tetap sasaran," kata Sitti.

"Itu untungnya karena posyandu kita aktif semua. Sehingga intervensinya lebih gampang, lebih efektif. Tepat sasaran. Kita beri PMT (pemberian makanan tambahan), protein hewani fokus pada anak stunting dan risiko stunting. Jadi gak general. Anggaran yang ada bisa lebih efektif digunakan," tegasnya.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya