Liputan6.com, Jakarta "Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), ada 2.930 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 24 kematian di Indonesia. Data ini diambil hingga per 13 Februari 2023.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, 2.930 kasus demam berdarah dengue dilaporkan dari 92 kabupaten/kota di 7 provinsi.
Advertisement
Dari jumlah tersebut, sudah mencakup penambahan kasus DBD pada minggu ke-6 tahun 2023 dengan 1.285 kasus. Ada juga penambahan kematian akibat DBD sebanyak 13 kematian.
"Tahun 2023 ada 2.930 kasus, 24 kematian dari 1,07 per 100.000 penduduk dan persentase angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 0,82 persen," kata Nadia saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Senin, 13 Februari 2023.
"Kasus Dengue/DBD terlaporkan dari 92 kabupaten/kota di 7 provinsi.Terdapat penambahan kasus di minggu ke-6 sebanyak 1.285 kasus dan 13 kematian."
Adapun secara kumulatif pada tahun 2022, Kemenkes mencatat kasus DBD terlaporkan sebanyak 143.176 kasus dan 1.238 kematian.
"Untuk kumulatif tahun 2022, ada 143.176 kasus, 1.238 kematian dari 52,09 per 100.000 penduduk dan CFR 0,86 persen," sambung Nadia.
Walau terjadi penambahan kasus, sebagaimana target rencana dan strategi yang dicanangkan Pemerintah, nilai CFR untuk penyakit DBD adalah kurang dari 1 persen.
Kasus DBD Bertambah dari 53 Daerah
Penambahan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) per 13 Februari 2023 tersebar di 53 kabupaten/kota di Indonesia.
"Kasus bertambah di miinggu ke-6 yang berasal dari 53 kabupaten/kota dari Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB)," Siti Nadia Tarmizi menerangkan.
Sementara itu, ada pula kasus suspek dengue yang bersumber dari laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) secara kumulatif sampai minggu ke-6 sebanyak 26.077 suspek dengue.
"Daerah dengan peningkatan kasus di Januari 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Mahakam Hulu (22 kasus), Dompu NTB (36 kasus), Bima (75 kasus)," lanjut Nadia.
"Kemudian Lombok Utara (54 kasus), Kota Bima (87 kasus), dan Ende (22 kasus)."
Advertisement
Kembangkan Vaksin dan Teknologi Wolbachia
Mengatasi persoalan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Direktur Pencegahan Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI Imran Pambudi mengungkapkan, Kementerian Kesehatan senantiasa mengembangkan inovasi baru pengendalian dengue nasional.
Upaya tersebut diwujudkan dengan pengembangan vaksin dengue dan teknologi Wolbachia. Pengembangan vaksin sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2016.
Kala itu vaksin yang dikembangkan adalah vaksin DENGVAXIA untuk mencegah demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue serotipe 1,2, 3 dan 4, pada anak usia 9 sampai 16 tahun.
Kemudian vaksin kedua adalah vaksin QDENGA. Vaksin ini untuk mencegah demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue serotipe 1,2, 3 dan 4 dengan target sasaran usia 6 sampai 45 tahun, sesuai rilis tertanggal 5 Februari 2023.
Vaksin QDENGA telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI pada Agustus 2022 dan kini sedang menunggu rekomendasi dari Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Inovasi pengendalian dengue kedua adalah pemanfaatan teknologi Wolbachia. Wolbachia merupakan bakteri yang dapat tumbuh alami diserangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk Aedes aegypti.
Bakteri ini bisa melumpuhkan virus dengue, sehingga bila ada nyamuk Aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten. Virus dengue pada nyamuk pun tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.