Liputan6.com, Jakarta - Mengonsumsi jamu ilegal memiliki sejumlah risiko, salah satunya penyakit addison. Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Senin, 13 Februari 2023, penyakit addison adalah salah satu bentuk dari insufisiensi adrenal.
Menurut Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, dari RSUP Sanglah Denpasar, adrenal adalah salah satu kelenjar penting yang letaknya menempel di atas kedua ginjal. Insufisiensi adrenal berarti gangguan yang terjadi ketika kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan cukup hormon tertentu yang penting bagi metabolisme manusia terutama hormon kortisol.
Baca Juga
Advertisement
Kortisol, yang dikenal sebagai "hormon stres", merupakan salah satu dari banyak hormon yang bertanggung jawab atas perubahan fisiologis pada tubuh manusia. Penyakit addison dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik pada laki-laki maupun perempuan dan dapat mengancam jiwa.
Insufisiensi adrenal dapat disebabkan oleh penyakit autoimun atau penghentian konsumsi obat steroid (biasanya untuk nyeri) secara tiba-tiba setelah menggunakannya dalam waktu yang lama. Di Indonesia, steroid seperti deksametason kerap disalahgunakan, yakni ditambahkan pada jamu tradisional untuk pegal linu tanpa memperhitungkan dosisnya.
Jamu semacam ini dikenal sebagai jamu pegal linu yang manjur sehingga laris manis di pasaran. Jamu seperti ini adalah jamu yang ilegal karena membahayakan masyarakat dan dilarang diperjualbelikan. Penghentian mendadak konsumsi jamu ilegal ini juga dapat menyebabkan penyakit addison.
Deksametason belakangan membuat gempar dunia setelah para peneliti di Inggris mengumumkan kesembuhan pasien Covid-19 yang diberikan terapi standar Covid-19 ditambah dengan pemberian deksametason dosis rendah hingga sedang (6 mg/hari) selama 10 hari.
Gejala Penyakit Addison
Namun, situs majalah Nature menyebut deksametason tidak akan berefek jika diberikan pada pasien Covid-19 ringan. Penggunaan kortikosteroid baik metil prednisolon, hidrokortison ataupun deksametason harus digunakan di bawah pengawasan dokter secara ketat mengingat efek samping yang ditimbulkan sangat berbahaya, salah satunya penyakit Addison.
Gejala dari penyakit Addison meliputi kelelahan, kelemahan otot, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, dehidrasi, kadar gula darah rendah, penurunan berat badan yang progresif, kulit menghitam, tekanan darah rendah, pingsan, nyeri perut, gangguan elektrolit, depresi, ketidakstabilan emosi, rambut rontok atau distribusi rambut abnormal, dan disfungsi seksual pada perempuan. Penyakit addison juga dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, yakni insufisiensi adrenal akut yang disebut dengan krisis addison atau krisis adrenal.
Krisis Addison adalah kegawatdaruratan di bidang endokrin yang dapat menyebabkan kematian jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu. Krisis Addison biasanya muncul pada pasien yang telah mengalami insufisiensi adrenal kronis dan saat ini mengalami trauma (kecelakaan), pembedahan, terjangkit infeksi, dan dehidrasi.
Advertisement
Pengobatan
Dokter mendiagnosis insufisiensi adrenal dengan tes darah. Tes lain, seperti computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI), juga membantu menemukan penyebab mendasar gangguan ini apabila dicurigai adanya kelainan anatomis pada kelenjar adrenal oleh berbagai sebab.
Pengobatan insufisiensi adrenal menggunakan obat-obatan yang berfungsi menggantikan hormon yang tidak diproduksi lagi oleh kelenjar adrenal. Beberapa orang dengan insufisiensi adrenal mungkin memerlukan diet tinggi natrium.
Orang yang mengonsumsi obat-obatan untuk menggantikan kortisol juga membutuhkan banyak kalsium dan vitamin D. Namun, kebutuhan nutrisi yang tepat bagi penderita penyakit Addison harus dikonsultasikan dengan ahli gizi.
Dikutip dari Cleveland Clinic, untuk menentukan apakah Anda menderita penyakit Addison, penyedia layanan kesehatan Anda dapat menyediakan tes berikut:
1. Tes darah
Penyedia layanan kesehatab Anda kemungkinan akan menyediakan tes tertentu untuk mengukur kadar natrium, kalium, kortisol, dan ACTH dalam darah Anda.
2. Tes stimulasi ACTH
Tes ini mengukur respons kelenjar adrenal Anda setelah Anda diberi suntikan ACTH buatan. Jika kelenjar adrenal Anda menghasilkan kortisol tingkat rendah setelah suntikan, mereka mungkin tidak berfungsi dengan baik.
3. Tes hipoglikemia yang diinduksi insulin
Penyedia Anda mungkin memesan tes ini untuk menentukan apakah gejala Anda disebabkan oleh masalah pada kelenjar pituitari (insufisiensi adrenal sekunder) dan bukan kelenjar adrenal Anda. Tes ini mengukur kadar gula darah (glukosa) sebelum dan sesudah penyuntikan insulin kerja cepat, yang akan menyebabkan penurunan gula darah (hipoglikemia) dan peningkatan kortisol.
4. Computed tomography (CT scan)
CT scan adalah tes imaging yang menggunakan komputer untuk menggabungkan banyak gambar sinar-X ke dalam tampilan cross-sectional. Penyedia Anda dapat memesan CT scan untuk mengevaluasi kelenjar adrenal dan / atau kelenjar pituitari Anda. Misalnya, ini dapat menunjukkan apakah sistem kekebalan Anda telah merusak kelenjar adrenal Anda atau jika kelenjar tersebut terinfeksi.
Penyakit addison diobati dengan mengganti hormon yang hilang, kortisol dan aldosteron, dengan versi sintetisnya. Kortisol digantikan oleh obat hidrokortison, dan aldosteron digantikan oleh obat fludrokortison.
Penyakit ini adalah kondisi kronis, jadi Anda harus minum obat seumur hidup. Dosis obat ini berbeda untuk setiap orang, dan penyedia layanan kesehatan Anda dapat meningkatkan dosisnya saat Anda mengalami infeksi, trauma, pembedahan, dan situasi stres lainnya untuk mencegah krisis adrenal akut. Jika Anda mengonsumsi fludrocortisone, penyedia Anda mungkin meminta Anda untuk menambah asupan garam, terutama dalam cuaca panas dan lembab dan setelah berolahraga berat.
Advertisement