Liputan6.com, Jakarta Calon Ketua Umum PSSI Doni Setiabudi membeberkan pentingnya penggunaan Video Assistant Referee (VAR) dalam kompetisi sepak bola Indonesia.
Menurutnya, teknologi tersebut merupakan kunci untuk membangun atmosfer kompetisi yang adil serta mengatasi pergerakan mafia bola di Tanah Air.
Baca Juga
Advertisement
“Yang harus dilakukan (sekarang ialah membangun) kompetisi yang berteknologi…Dengan teknologi itu, (pertandingan) akan lebih fair,” ujarnya saat hadir dalam acara Kaukus Sepak Bola Nasional di My Ten Cafe, Jakarta, Senin (13/2/2023).
Doni menyadari bahwa mafia bola bukanlah hal yang dapat diberantas dalam waktu singkat. Namun, ia menilai keberadaan VAR mampu memberi dampak signifikan untuk mempersempit ruang gerak mereka.
“VAR bisa memperkecil (pergerakan) mafia bola. Mafia tidak akan bisa diberantas dalam waktu singkat. Akan tetapi, kita bisa memperkecil ruang lingkup mereka agar tidak masuk ke sepak bola. Salah satunya dengan teknologi VAR,” sambung dia.
Doni bertekad menggunakan teknologi VAR dalam kompetisi Liga 1, 2, dan 3 di Indonesia. Namun, untuk bisa mewujudkan rencana itu, ia lebih dulu harus bersaing memperebutkan kursi ketua umum PSSI periode 2023-2027.
Seperti diketahui, Doni merupakan satu dari lima kandidat ketua umum yang akan dipilih melalui mekanisme Kongres Luar Biasa atau KLB PSSI pada 16 Februari mendatang.
Selain dirinya, terdapat empat sosok lain yang turut meramaikan bursa caketum federasi sepak bola Tanah Air. Mereka adalah Arif Putra Wicaksono, Fary Djemy Francis, La Nyalla Mahmud Mattalitti, serta Erick Thohir.
Sayang, dua nama terakhir tak sempat hadir untuk menyampaikan visi misi dalam Kaukus Sepak Bola Nasional yang diselenggarakan oleh PSSI Pers di My Ten Cafe, Senayan Park, pada Senin (13/2/2023).
Kandidat Lain
Sebelumnya, Arif Putra Wicaksono juga telah membeberkan rencananya jika terpilih sebagai ketua umum PSSI periode 2023-2027, jelang KLB PSSI pada 16 Februari mendatang.
CEO Nine Sport itu mengeklaim punya program khusus bertajuk PSSI 2.0, yang dirancang untuk membawa sepak bola Indonesia naik standar, hingga menjadi sekelas Jepang dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.
“Sepak bola adalah cermin sebuah bangsa. Namun sepak bola juga bisa kita gunakan sebagai alat atau kendaraan untuk memajukan negara Indonesia. Saya yakin, dengan program PSSI 2.0, ini menjadi kendaraan menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya dalam Kaukus Sepak Bola Nasional di My Ten Cafe, Jakarta, pada Senin (13/2/2023).
“Saya yakin dengan program saya, PSSI 2.0, dalam 3 tahun standardisasi sepak bola Indonesia akan sama dengan Jepang. Begitu sama, maka kualitas liga kita, kualitas klub kita akan sama, begitu juga dengan kualitas tim nasional kita,” tambah dia.
Advertisement
Fary Djemy Francis
Rancangan berbeda diutarakan oleh Fary Djemy Francis. Ia hendak berfokus mengakhiri nestapa sepak bola Indonesia serta mencegah terjadinya perpecahan apabila terpilih menjadi ketua umum PSSI periode 2023-2027.
“Kita semua sudah lelah, dengan dinamika sepak bola Indonesia yang berisi kontrovesi: tawuran suporter, pengaturan pertandingan, pembinaan terabaikan, hingga hamparan yang kelam yakni tragedi Kanjuruhan,” tuturnya.
“Sepak bola adalah kebanggaan bangsa kita, tetapi apa yang bisa dibanggakan dengan kondisi sepak bola saat ini? Indonesia sudah 32 tahun tanpa gelar pasca-emas SEA Games 1991. AFF nihil, sementara Kamboja lebih pesat.”
“Sepak bola itu cinta, mencintai kompetisi sehat, teratur, marketable. Jadi, saya sebagai calon ketua umum PSSI, mengajak kita semua untuk jangan mau lagi terpecah belah,” pungkas dia saat hadir di My Ten Cafe, Jakarta, Senin (13/2/2023).