Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat seiring pelaku pasar menantikan laporan inflasi. Indeks acuan di wall street mendapatkan kembali pinjaman setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan mingguan terburuk dalam hampir dua bulan.
Dikutip dari CNBC, Selasa (14/2/2023), inflasi akan dirilis pada saat Hari Valentine Selasa, 14 Februari 2023 waktu setempat. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 376,66 poin atau 1,11 persen ke posisi 34.245,93. Indeks S&P 500 bertambah 1,14 persen ke posisi 4.137,29. Indeks Nasdaq menanjak 1,48 persen ke posisi 11.891,79.
Advertisement
Saham Microsoft memimpin kenaikan indeks Dow Jones dengan naik 3,1 persen. Saham Nike dan Salesforce masing-masing bertambah 2,4 persen sehingga dorong indeks acuan. Saham Intel bertambah 2,7 persen.
Investor akan mendapatkan lebih banyak data inflasi pekan ini. Pada Selasa, laporan indeks harga konsumen Januari akan dirilis menunjukkan jika kenaikan harga telah melambat di tengah kenaikan suku bunga bank sentral.
Sejauh ini, investor tampaknya bertaruh pada indeks harga konsumen (IHK) yang solid pada Selasa, 14 Februari 2023 yang menunjukkan inflasi mereda dan jeda atau poros kenaikan suku bunga the Fed mungkin sudah dekat.
“Perpaduan pemulihan produksi industri dan penurunan inflasi seperti Goldilocks yang kami perkirakan pada kuartal ini telah membantu meningkatkan selera risiko dan saham,” ujar Ray Farris dari Credit Suisse dikutip dari CNBC.
Namun, dorongan ini dapat menghilang pada musim panas terutama karena dampak lambat dari kenaikan suku bunga bank sentral memperketat kondisi keuangan global.
Menanti Rilis Data Inflasi dan Laporan Keuangan
Di sisi lain, rilis inflasi pada Selasa kemungkinan akan menandakan the Fed akan menaikkan suku bunga lebih banyak lagi, memberikan tekanan ke bawah pada saham.
“Pasar mulai merasakan ada kisah disinflasi yang ternyata lebih kompleks daripada yang kita inginkan,” ujar Chief Economic Advisor Allianz, Mogamed El-Erian.
Musim laporan keuangan berlanjut pekan ini antara lain Coca Cola, Marriot, Cisco, Marathon dan Paramount. Sejauh ini perusahaan telah melaporkan hasil yang lebih buruk dari perkiraan, menjadikan tahun ini musim laba terburuk dalam lebih dari dua dekade, tidak termasuk resesi, menurut Credit Suisse.
Tiga indeks acuan alami mingguan yang merugi. Indeks Dow Jones tergelincir 0,17 persen. Indeks S&P 500 merosot 1,11 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 2,4 persen, menandai penurunan mingguan terbesar sejak Desember..
Pergerakan itu terjadi setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengatakan, jalan masih panjang untuk melawan inflasi. Ia juga mencatat suku bunga bisa naik lebih dari yang diantisipasi pasar jika angka inflasi tidak mereda, membalikkan beberapa optimisme sebelumnya kenaikan suku bunga akan segera mereda.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada Jumat 10 Februari 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 10 Februari 2023 Indeks S&P 500 menguat tipis sambut akhir pekan tetapi masih mengalami mingguan terburuk selama hampir dua bulan.
Dikutip dari laman CNBC, Sabtu (11/2/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,2 persen ke posisi 4.090,46. Indeks Nasdaq tergelincir 0,61 persen ke posisi 11.718,12. Indeks Dow Jones menguat 169,39 poin atau 0,5 persen ke posisi 33.869,27.
Indeks Dow Jones meski naik pada Jumat, 10 Februari 2023, tetapi mengakhiri kinerja sepekan dengan turun 0,17 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing merosot 1,11 persen dan 2,41 persen dalam mingguan terburuk sejak Desember 2022.
Pendiri Banrion Capital Management, Shana Sissle menuturkan, investor mencerna kenaikan suku bunga terbaru, data ekonomi dan komentar terbaru dari pejabat the Federal Reserve (the Fed). Ia menilai, hal tersebut menyebabkan pergerakan intraday seiring investor mengubah posisi sambil prediksi bagaimana bank sentral akan bertindak atas suku bunga ke depan.
“Ada beberapa sinyal campuran di sini yang menurut saya adalah mengapa volatilitas naik. Sebenarnya tidak ada konsensus yang keluar dengan indikator utama yang memberi Anda banyak keyakinan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, dan pasar tidak menyukainya,” ujar Sissel.
Saham Lyft melemah lebih dari 36 persen setelah laporan kuartal IV tahun fiskal yang mengecewakan. Saham Expedia turun lebih dari 8 persen setelah laba dan pendapatan merosot di bawah harapan analis.
Laporan perusahaan yang terbaru itu dianggap sebagai kuartal yang mengecewakan oleh wall street. Dengan hampir 70 perusahaan S&P 500 yang sudah melaporkan kinerja, sekitar 70 persen dari perusahaan itu mengalahkan harapan analis untuk kuartal tersebut. Itu adalah bagian lebih kecil dari perusahaan yang melampaui harapan dari pada rata-rata historis tiga tahun sebesar 79 persen, menurut the Earnings Scout.
Menanti Data Inflasi AS
Pada pekan depan, investor juga bersiap untuk pembacaan indeks harga konsumen terbaruk untuk melihat apakah inflasi mereda.
Pembacaan indeks pada Januari yang mengikuti harga sejumlah besar barang sebagai pengukur inflasi akan dirilis Selasa, 14 Februari 2023. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan 0,4 persen berdasarkan bulanan, dan 6,2 persen dari tahun sebelumnya.
“Minggu depan benar-benar tentang satu hal, dan satu hal itu consumer price index (CPI),” ujar Chief Investment Officer Horizon Investments, Scott Ladner.
Analis Barcylas, Emmanuel Cau menuturkan, data inflasi akan menjadi katalis pasar ke depan. “Lebih dari retorika bank sentral, kami pikir itu adalah data inflasi yang akan menentukan arah perjalanan pasar dari sini,” ujar dia.
Advertisement