Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Hari Valentine, Selasa, (14/2/2023). Hal ini seiring investor menanti rilis laporan indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) atau inflasi yang akan menentukan langkah bank sentral AS atau the Federal Reserve.
Dikutip dari CNBC, Australia, indeks ASX 200 menguat 0,37 persen pada jam pertama perdagangan seiring investor mengantisipasi rilis survei sentimen konsumen Australia pada Februari 2023.
Advertisement
Indeks Nikkei 225 menguat 0,68 persen dan indeks Topix bertambah 0,67 persen. Yen Jepang berada di posisi 132,33 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan pasar keuangan Jepang tersebut di tengah pencalonan Gubernur Bank Sentral Jepang. Nikkei pekan lalu melaporkan Kazuo Ueda yang dinominasikan untuk posisi tersebut.
Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,5 persen. Indeks Kosdq bertambah 0,36 persen. Indeks Hang Seng naik 0,34 persen dan indeks Hang Seng teknologi bertambah 0,48 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai bertambah 0,72 persen dan indeks Shenzhen menguat 0,24 persen.
Singapura akan merilis anggaran pada 2023. Rencananya dirilis pada Selasa, 14 Februari 2023. Menteri Keuangan Singapura Lawrence Wong menjanjikan langkah-langkah tambahan untuk mendukung ekonomi di tengah inflasi.
India juga merilis data inflasi pada kemudian hari setelah India melihat inflasi naik 5,7 persen secara tahunan pada Desember 2022. Rupee India juga berada di posisi 82,59 terhadap dolar AS.
Di wall street, indeks menguat setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq alami penurunan mingguan terburuk dalam hampir dua bulan.
Bursa Saham Asia Pasifik Melemah pada 13 Februari 2023
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin, 13 Februari 2023 seiring investor menanti data ekonomi.termasuk indeks harga konsumen Amerika Serikat yang akan menunjukkan arah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei 225 melemah 0,88 persen ke posisi 27.427,92. Indeks Topix melemah 0,47 persen ke posisi 1.977,67 seiring yen Jepang berlanjut bergejolak. Hal ini ini didorong nominasi bank sentral Jepang yang dicalonkan yaitu Kazuo Ueda. Demikian mengutip CNBC.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah. Indeks Hang Seng teknologi naik 0,5 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai bertambah 0,72 persen ke posisi 3.284,16. Indeks Shenzhen mendaki 1,1 persen ke posisi 12.113,6.
Di Australia, indeks ASX 200 terpangkas 0,2 persen ke posisi 7.417,.8. Indeks NZX 50 melemah 0,85 persen ke posisi 12.075,18. Hal ini seiring Selandia Baru hadapi dampak siklon tropic Gabrielle.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada Senin 13 Februari 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat seiring pelaku pasar menantikan laporan inflasi. Indeks acuan di wall street mendapatkan kembali pinjaman setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan mingguan terburuk dalam hampir dua bulan.
Dikutip dari CNBC, Selasa (14/2/2023), inflasi akan dirilis pada saat Hari Valentine Selasa, 14 Februari 2023 waktu setempat. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 376,66 poin atau 1,11 persen ke posisi 34.245,93. Indeks S&P 500 bertambah 1,14 persen ke posisi 4.137,29. Indeks Nasdaq menanjak 1,48 persen ke posisi 11.891,79.
Saham Microsoft memimpin kenaikan indeks Dow Jones dengan naik 3,1 persen. Saham Nike dan Salesforce masing-masing bertambah 2,4 persen sehingga dorong indeks acuan. Saham Intel bertambah 2,7 persen.
Investor akan mendapatkan lebih banyak data inflasi pekan ini. Pada Selasa, laporan indeks harga konsumen Januari akan dirilis menunjukkan jika kenaikan harga telah melambat di tengah kenaikan suku bunga bank sentral.
Sejauh ini, investor tampaknya bertaruh pada indeks harga konsumen (IHK) yang solid pada Selasa, 14 Februari 2023 yang menunjukkan inflasi mereda dan jeda atau poros kenaikan suku bunga the Fed mungkin sudah dekat.
Investor Menanti Data Inflasi dan Laporan Keuangan
“Perpaduan pemulihan produksi industri dan penurunan inflasi seperti Goldilocks yang kami perkirakan pada kuartal ini telah membantu meningkatkan selera risiko dan saham,” ujar Ray Farris dari Credit Suisse dikutip dari CNBC.
Namun, dorongan ini dapat menghilang pada musim panas terutama karena dampak lambat dari kenaikan suku bunga bank sentral memperketat kondisi keuangan global.
Di sisi lain, rilis inflasi pada Selasa kemungkinan akan menandakan the Fed akan menaikkan suku bunga lebih banyak lagi, memberikan tekanan ke bawah pada saham.
“Pasar mulai merasakan ada kisah disinflasi yang ternyata lebih kompleks daripada yang kita inginkan,” ujar Chief Economic Advisor Allianz, Mogamed El-Erian.
Musim laporan keuangan berlanjut pekan ini antara lain Coca Cola, Marriot, Cisco, Marathon dan Paramount. Sejauh ini perusahaan telah melaporkan hasil yang lebih buruk dari perkiraan, menjadikan tahun ini musim laba terburuk dalam lebih dari dua dekade, tidak termasuk resesi, menurut Credit Suisse.
Advertisement