Liputan6.com, Jakarta Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri memberi update soal calon lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday yang jatuh pada 20-28 Maret mendatang.
Sejauh ini, terdapat dua negara yang digadang-gadang bakal beradu taji dengan anak-anak asuh Shin Tae-yong dalam perhelatan tersebut. Mereka adalah Tajikistan serta Bolivia.
Advertisement
Indra Sjafri mengeklaim federasi terus menjalin komunikasi dengan negara-negara yang hendak diundang ke Tanah Air. Tajikistan sementara ini dikabarkan sudah setuju untuk melakoni laga persahabatan melawan Skuad Garuda.
Akan tetapi, situasi berbeda terjadi di kubu Bolivia. PSSI masih butuh waktu untuk menegosiasikan kedatangan negara Amerika Selatan tersebut. Pasalnya, mereka juga menerima undangan menggiurkan dari Arab Saudi.
“(Pihak federasi) Masih (berkomunikasi dengan negara-negara calon lawan di FIFA Matchday). Bahkan untuk (FIFA Matchday) bulan November saja kita sudah komunikasi,” ujarnya saat ditemui di Auditorium Kemenpora pada Senin (13/2/2023).
“Sepertinya kemarin Tajikistan oke (diundang ke Indonesia). Bolivia dapat tawaran di Arab Saudi, mungkin dengan match fee lebih besar. Kita negosiasi terus, kalau tidak (berhasil), nanti kita cari (pengganti) selevel dia (Bolivia),” tambahnya.
Menurut Indra, match fee memang kerap menjadi tantangan besar bagi federasi ketika hendak mendatangkan negara dengan peringkat FIFA tinggi ke Tanah Air
Timnas sepak bola top umumnya memiliki biaya pertandingan yang tidak sedikit. Kondisi sebaliknya berlaku untuk negara-negara yang menduduki peringkat 100 ke bawah. Mereka bisa didatangkan hanya dengan berdiskusi dari federasi ke federasi.
Ranking FIFA
Sekadar informasi, Timnas Indonesia saat ini bertengger di urutan 151 FIFA. Tajikistan menghuni peringkat 108. Sementara itu, Bolivia berada di posisi yang lebih baik, yakni peringkat 82 menurut situs resmi FIFA.
“Kalau tim-tim (peringkat) 80 ke atas, itu match fee tidak sedikit. Kalau yang 100 ke bawah itu bisa diundang federasi ke federasi. Tetapi kalau tim yang (peringkat atas), apalagi satu sampai lima puluh (ada fee-nya). Ingat Belanda dulu ke sini, itu kan tidak gampang,” ujar Indra.
“Kalau misalnya kita mengundang tim seperti Filipina, Malaysia, dia federasi ke federasi saja. Tinggal hubungan internasional (kita) dengan hubungan internasional dia (yang berdiskusi). Tetapi, kalau ranking 100 ke atas itu, dia sudah mulai pasang tarif.”
“Sama seperti kita (saat) diundang nanti. Kalau ranking kita (Timnas Indonesia) sudah bagus, pasti sudah ada match fee juga. Akan tetapi, kalau sekarang, kita saja cari lawan susah, bagaimana (mau minta) match fee,” pungkasnya di hadapan awak media.
Advertisement
Agenda Penting
Terlepas dari persoalan match fee, Indra Sjafri mengaku ogah membiarkan Timnas Indonesia melewatkan FIFA Matchday tanpa uji coba. Menurutnya, agenda tersebut hal krusial untuk mendongrak ranking Skuad Garuda.
“Saya sebagai Dirtek, saya tidak mau lagi seperti dulu. Setiap agenda FIFA Matchday harus ada (pertandingan). Dulu, kenapa kita (peringkat FIFA-nya) 170, (itu karena di) FIFA Matchday tidak pernah main akibat jadwal liga tidak (mendukung),” ujarnya.
“Kalau negara-negara (peringkat) 50 ke atas itu enak, dicari orang. Jadi enak menentukan lawan. Kalau kita sekarang, (harus) tunggu-tunggu (konfirmasi dari mereka). Makanya kita butuh ranking FIFA agar kualitas kita bagus, supaya nilai tawar kita ada,” tandas Indra.