Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel adalah salah satu anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi. Mitratel mulai menapaki bisnis menara telekomunikasi sejak 2008.
Sampai saat ini, Mitratel telah mengelola lebih dari 34.800 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia, dan menjadi pengelola tower terbesar di Asia Tenggara. Semua operator seluler Indonesia telah menjadi tenant dengan menempatkan perangkat BTSnya di menara Mitratel.
Advertisement
Mitratel didirikan pada 1995. Awalnya, perusahaan didirikan sebagai mitra kerja sama operasi (KSO) PT Telkom di provinsi Kalimantan dengan nama perusahaan PT Dayamitra Malindo yang sahamnya dimiliki oleh beberapa perusahaan nasional dan asing.
Sejak saat itu, kepemilikan saham perusahaan beberapa kali mengalami perubahan. Hingga akhirnya sejak 3 Desember 2004, 100 persen saham perseroan dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Sejak akhir tahun 2007, Mitratel melakukan transformasi bisnis ke infrastruktur telekomunikasi, dengan salah satu layanannya adalah menyediakan menara telekomunikasi (tower provider) untuk memenuhi kebutuhan operator telekomunikasi seluler di Indonesia.
Saat ini perusahaan telah melayani beberapa operator telekomunikasi, antara lain PT Telekomunikasi Selular, Telkomsel, PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Perseroan memiliki satu anak perusahaan, yakni Persada Sokka Tama (PST) yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi. Didirikan pada 2008, PT Persada Sokka Tama awalnya merupakan mitra PT XL Axiata, Tbk dalam penyediaan layanan tower dengan fokus pada wilayah Nusa Tenggara Barat.
Pada Maret 2019, Mitratel akuisisi 95 persen saham PST. Pada 3 Februari 2021, Mitratel menyelesaikan akuisisi terhadap PST dengan menandatangani perjanjian akta jual beli sisa saham sebanyak 5 persen dari pemilik sebelumnya, sehingga kepemilikan Mitratel saat itu mencapai 100 persen saham di PST.
IPO Mitratel
Pada tahun yang sama, Mitratel melanjutkan langkah ekspansinya dengan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat itu, Mitratel menerbitkan 23,49 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 228 per saham. harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp 800 per lembar. Sheingga perseroan mengantongi Rp 18,79 triliun dari gelaran IPO.
Saat ini, harga saham MTEL bertengger pada posisi 700. Dalam sepekan terakhir, harga saham MTEL telah naik 5,26 persen. Namun dalam satu tahun terakhir, harga saham MTEL telah terkoreksi 13,04 persen menurut data RTI. KApitalisasi pasar saat ini tercatat sebesar Rp 58,46 triliun.
Saat ini, komposisi pemegang saham Mitratel mayoritas dimiliki oleh TLKM selaku perusahaan induk dengan porsi 71,85 persen. Kemudian Government of Singapore dan PT Maleo Investasi Indonesia masing-masing memiliki porsi 5,73 persen dan 5,98 persen. Sisanya sebesar 15,38 persen merupakan kepemilikan publik, 1,06 persen lainnya merupakan saham treasury.
Advertisement
Kinerja Mitratel hingga Kuartal III 2022
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berhasil mencatatkan kinerja cemerlang dan di atas rata-rata industri pada periode Januari – September 2022. Pendapatan Perseroan selama periode sembilan bulan pertama 2022 naik 11,5 persen secara tahunan menjadi Rp 5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 5,02 triliun.
Lonjakan pendapatan itu mendongkrak laba bersih perusahaan melesat 18,1 persen menjadi Rp 1,22 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,03 triliun. Begitu juga dengan EBITDA yang mengalami kenaikan sebesar 15,7 persen menjadi Rp 4,4 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, hingga September 2022 aset Mitratel tercatat sebesar Rp 54,93 triliun, turun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 57,73 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 7,95 triliun dan aset tidak lancar Rp 46,99 triliun.
Liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 21,7 triliun, turun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 24,08 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 9,6 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 12,09 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 turun tipis menjadi Rp 33,23 triliun dari Rp 33,65 triliun pada Desember 2021.