Ukraina: Balon Mata-Mata Rusia Terdeteksi di Kyiv, Sebagian Besar Ditembak Jatuh

Ukraina mengklaim bahwa Rusia memilih menggunakan balon mata-mata untuk menghemat stok drone pengintainya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Feb 2023, 08:27 WIB
Peti mati Oleksandr Maksymenko (38) dibawa oleh petugas Ukraina selama pemakamannya di kampung halamannya di Kniazhychi, sebelah timur Kyiv, Ukraina, 13 Februari 2023. Oleksandr Maksymenko, seorang warga sipil yang menjadi sukarelawan di angkatan bersenjata Ukraina, tewas dalam pertempuran di daerah Bakhmut. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Liputan6.com, Kyiv - Otoritas militer Ukraina mengklaim bahwa enam balon Rusia terdeteksi di Kyiv dan sebagian besar telah ditembak jatuh. Balon-balon tersebut diduga membawa peralatan pengintaian.

"Tujuan peluncuran balon kemungkinan untuk mendeteksi dan melemahkan pertahanan Ukraina," ungkap otoritas militer Ukraina seperti dikutip dari ABC News, Kamis (16/2/2023).

Sesaat sebelum pengumuman tersebut datang, juru bicara angkatan udara Ukraina Yuriy Ihnat mengatakan, Rusia dapat menggunakan balon dalam upaya mempertahankan stok drone pengintainya.

"Drone pengintai seperti Orland-10 sekarang lebih jarang digunakan dan mereka berpikir 'Mengapa kita tidak menggunakan balon?' Jadi, mereka menggunakannya," tutur Ihnat.

Dia kemudian mengonfirmasi bahwa sirene serangan udara meraung di ibu kota pada Rabu karena balon terbang tersebut.

Rusia sejauh ini belum berkomentar terkait isu balon ini.


Serangan Rusia Meningkat, Mematahkan garis Ukraina

Seorang wanita mengambil foto monumen era Soviet untuk pilot Rusia Valery Chkalov sebelum pembongkaran monumen tersebut di Kyiv, Ukraina, 8 Februari 2023. Ukraina mempercepat upaya untuk menghapus sisa-sisa pengaruh Soviet dan Rusia selama berabad-abad dari ruang publik dengan merobohkan monumen dan mengganti nama ratusan jalan untuk menghormati seniman, penyair, kepala militer, dan pemimpin kemerdekaan yang tumbuh di dalam negeri. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Sementara itu, Rusia mengaku telah menembus dua garis pertahanan berbenteng di Ukraina timur. Didukung oleh puluhan ribu pasukan cadangan yang direkrut pada Desember, Rusia dilaporkan telah mengintensifkan serangan di seluruh Ukraina selatan dan timur dalam beberapa pekan terakhir.

Puncak serangan besar baru disebut-sebut terjadi pada momen peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.

Pada Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pasukan Ukraina telah mundur di wilayah Luhansk. Laporan ini belum dapat diverifikasi.

"Selama penyerangan... pasukan Ukraina mundur secara acak ke jarak hingga 3 km dari garis yang diduduki sebelumnya," terang kementerian Rusia melalui aplikasi perpesanan Telegram.

"Bahkan garis pertahanan kedua musuh yang lebih dibentengi tidak dapat menahan terobosan militer Rusia."

Kementerian Rusia tidak merinci di bagian mana di wilayah Luhansk serangan itu terjadi.

Masih pada Rabu, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar menuturkan, pasukan Rusia melancarkan serangan sepanjang waktu. Namun, dia tidak menyebutkan wilayahnya.

"Situasinya tegang. Ya, sulit bagi kami. Tapi, para pejuang kami tidak membiarkan musuh mencapai tujuan mereka dan menimbulkan kerugian yang sangat serius," ujar Malyar via Telegram.

Rusia disebut telah melancarkan serangan artileri dan darat di Kota Bakhmut, Provinsi Donetsk, yang berdekatan dengan Luhansk. Di dekat Bakhmut, pasukan Rusia dikabarkan menembaki lebih dari 15 kota dan desa, termasuk Bakhmut sendiri.

Seorang staf umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengklaim bahwa pasukan Rusia juga menargetkan masyarakat di perbatasan wilayah Kharkiv dan Luhansk.

Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko menggunggah gambar dan video yang menunjukkan reruntuhan gedung apartemen di Kota Pokrovsk, barat daya Bakhmut. Dia mengklaim tiga orang tewas, 11 orang terluka, dan satu orang di rumah sakit dalam kondisi serius akibat serangan Rusia.

Perebutan Bakhmut dinilai akan memberikan Rusia batu loncatan untuk maju ke dua kota besar, Kramatorsk dan Sloviansk, yang akan menghidupkan kembali momentum Moskow.


Rusia Kalah dalam Pertempuran Tank

Sistem rudal Tor Rusia yang terbengkalai terlihat di Pulau Ular, Laut Hitam, Ukraina, 18 Desember 2022. Pasukan Rusia menduduki pulau itu pada awal-awal invasinya ke Ukraina, namun akhirnya mundur beberapa bulan kemudian. (AP Photo/Michael Shtekel)

Institut Studi Strategis Internasional (IISS) mengungkapkan pada Rabu, Rusia telah kehilangan sekitar setengah tank terbaiknya sejak menginvasi Ukraina dan sedang berjuang untuk menggantikannya. Pada saat bersamaan, Kyiv bersiap untuk menerima pengiriman tank tempur modern dari sekutu Barat.

Meski demikian, menurut IISS, Moskow telah mempertahankan sebagian besar angkatan udaranya dan mungkin mengerahkannya lebih aktif dalam fase perang berikutnya.

Dalam laporannya, IISS menyebutkan bahwa tingkat kerugian untuk beberapa kelas tank paling modern Rusia mencapai 50 persen, memaksanya untuk bergantung pada model era Uni Soviet yang jelas lebih tua.

"Memproduksi dan mengaktifkan kembali tidak cukup untuk mengompensasi tingkat kerugian tersebut. Armada lapis baja mereka saat ini di garis depan berukuran sekitar setengah dibanding saat awal perang," kata peneliti IISS Henry Boyd kepada Reuters.

Dia memperkirakan kerugian tank Rusia antara 2.000 dan 2.300, sementara Ukraina hingga 700.

Ukraina telah dijanjikan bantuan sekitar 100 tank Barat modern, termasuk Abrams dari Amerika Serikat, Leopard dari Jerman, dan Challenger dari Inggris, yang kemampuannya jauh melebihi model tank Rusia yang lebih tua.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya