Presiden Bank Dunia David Malpass Mengundurkan Diri

Presiden Bank Dunia David Malpass mengundurkan diri setahun sebelum masa jabatannya berakhir. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Feb 2023, 09:01 WIB
Presiden Bank Dunia David Malpass berencana untuk mengundurkan diri setahun sebelum masa jabatannya berakhir. Foto: AP/Patrick Semansky

Liputan6.com, Jakarta Presiden Bank Dunia David Malpass berencana untuk mengundurkan diri setahun sebelum masa jabatannya berakhir.

Melansir CNN Business, Kamis (16/2/2023), David Malpass akan meninggalkan posisinya pada 30 Juni mendatang, yang merupakan akhir tahun fiskal Bank Dunia, setelah menjabat selama lebih dari empat tahun.

"Merupakan kehormatan dan keistimewaan yang luar biasa untuk melayani sebagai Presiden lembaga pembangunan utama dunia," ucap Malpass dalam sebuah pernyataan. 

"Dengan negara-negara berkembang yang menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, saya bangga Grup Bank Dunia telah merespons dengan kecepatan, skala, inovasi, dan dampak," tuturnya.

Malpass juga mengatakan dia telah "memutuskan untuk mengejar tantangan baru" dan ini adalah kesempatan untuk kelancaran transisi kepemimpinan di Bank Dunia.

Selama memegang jabatan Presiden Bank Dunia, David Malpass telah menanggapi berbagai krisis, termasuk pandemi global dan dampak perang Rusia Ukraina.

Bank Dunia mengatakan Malpass menerapkan rekor lonjakan keuangan sebagai tanggapan atas keduanya. Ia juga fokus pada kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi beban utang pemerintah, dan membantu mengurangi kemiskinan.

Sebagai informasi, Bank Dunia, merupakan sebuah badan keuangan internasional yang terdiri dari 187 negara, meminjamkan uang kepada negara-negara berkembang untuk membantu mengurangi kemiskinan. 

Pada tahun 2019, Mantan Presiden AS Donald Trump menunjuk Malpass sebagai kepala Bank Dunia  untuk periode lima tahun.

 

 


Bank Dunia Prediksi Ekonomi AS Cuma Tumbuh 0,5 Persen, Terlemah Sejak 1970

Wisatawan berjalan melalui Terminal 3 di Bandara Internasional O'Hare, Chicago, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Nam Y. Huh)

Ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang tidak baik-baik saja. Beberapa lembaga keuangan internasional termasuk Bank Dunia memprediksi ekonomi amerika bakal mengalami tekanan karena kenaikan suku bunga acuan dari Bank Sentral AS. 

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi AS hanya di angka 0,5 persen di 2023. Tentu saja angka ini sangat rendah dan di bawah prediksi sebelumnya.

"Pertumbuhan diproyeksikan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023, 1,9 poin persentase di bawah perkiraan sebelumnya," dikutip dari Laporan Proyeksi Ekonomi Global Edisi Januari 2023, Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Rendahnya ekonomi di AS ini menjadi yang terlemah sejak tahun 1970. Bahkan lebih rendah dari kondisi ekonomi Negeri Paman Sam ini mengalami resesi.

"Kinerja terlemah di luar resesi resmi sejak 1970," tulis Bank Dunia.


Perkiraan Inflasi

Wisatawan berjalan melalui Terminal 3 di Bandara Internasional O'Hare, Chicago, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Nam Y. Huh)

Sementara itu dari sisi inflasi, diperkirakan tetap akan moderat tahun ini. Hal ini terjadi karena tenaga kerja melemah dan tekanan upah yang mereda.

Sebagaimana diketahui, kenaikan harga pangan dan energi di AS terjadi bersamaan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang terus mengalami tekanan. Akibatnya inflasi terdorong ke level tertinggi multi-dekade pada tahun 2022.

Selain itu kondisi yang sama mendorong pengetatan kebijakan moneter tercepat dalam lebih dari 40 tahun. Aktivitas menyusut pada paruh pertama tahun 2022.

Permintaan domestik tetap lemah pada paruh kedua, dengan pelemahan khusus pada investasi residensial. Secara keseluruhan, pertumbuhan untuk tahun 2022 diperkirakan telah melambat menjadi 1,9 persen karena konsolidasi fiskal yang substansial ditambahkan ke hambatan kebijakan moneter.


Sri Mulyani Ungkap Ketakutan Menkeu dan Bos Bank Sentral di Seluruh Dunia

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi II di Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Selasa (28/6/2022). Komisi II DPR dan pemerintah menyepakati penentuan ibu kota untuk tiga daerah otonomi baru (DOB) Papua yang diatur dalam tiga rancangan undang-undang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyoroti optimisme yang sempat dikabarkan para pelaku keuangan di 2022. Alih-alih pulih dari pandemi Covid-19, banyak negara maju dunia yang harus berhadapan dengan lonjakan inflasi akibat permintaan kenaikan gaji.

Sri Mulyani lantas menceritakan pengalamannya saat berbagi kisah dengan para ekonom dan bankir dunia di 2022. Sesudah 3 tahun hibernasi, pelaku usaha disebutnya sempat merasa percaya diri lagi untuk kembali melakukan kegiatan ekonomi, pasca ditemukannya vaksin Covid-19. Sayangnya, kenyataan belum selancar yang diperkirakan. 

"Ternyata enggak semuanya kembali secara smooth dan lancar. Karena ternyata manusia itu tidak bisa kayak listrik, di on and off," kata Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023).

Nyatanya, ia melanjutkan, aktivitas kemudian berjalan namun belum ditopang sisi suplai. Restoran-restoran kembali dibuka, tapi rekrutmen untuk pelayannya tidak terjadi dengan gampang.

"Toko-toko dibuka, pelayannya tidak cukup, barangnya masih stranded. Kontainer waktu itu 3 tahun ada yang di Amerika, Eropa, Asia, Tanjung Priok, karena 3 tahun tidak terjadi traffic, demand-nya di mana, supply-nya di mana, kontainernya di mana," paparnya.

Ketika pergerakan barang sudah terjadi, Sri Mulyani menambahkan, kebanyakan supir truk di pelabuhan ogah mengangkutnya. Pasalnya, mereka hanya mau menyupiri dengan syarat dibayar jauh lebih mahal.

"Jadi kalau kamu mau saya keluar dari hybernated saya, bayar saya lebih tinggi. That's memicu inflasi dari sisi wage, upah harus dinaikkan untuk menarik orang dari kandangnya," ungkapnya seraya menirukan permintaan para supir truk pengangkut logistik. 

"Itu memicu jumlah barang, jumlah permintaan, jumlah services, then gaji-gaji yang meningkat. Itu fenomena yang to be very honest, di negara-negara maju, para policy makers taken aback. Mereka surprise dengan situasi itu," imbuhnya.

Mengutip prediksi ekonom dan bankir dunia, Sri Mulyani menyebut lonjakan inflasi yang terjadi hanya bersifat temporary. Tapi kenyataannya, inflasi makin kesurupan hingga memicu permintaan kenaikan gaji atau upah.

"If you expect the economy to move again, then you have to pay higher. Itu lah yang sebetulnya paling dikhawatirkan para policy makers dari sisi moneter," ujar Sri Mulyani.

 

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya