Sinkronkan 3 Data, Heru Budi Ungkap Kemiskinan di Jakarta Capai 3 Juta Penduduk

Pemprov DKI Jakarta menyingkronkan data dari tiga sumber. Hasilnya, ditemukan jumlah penduduk miskin di Jakarta mencapai 3.009.000 orang.

oleh Winda Nelfira diperbarui 16 Feb 2023, 09:37 WIB
Anak-anak saat bermain di permukiman kumuh Muara Baru, Jakarta, Rabu (19/1/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Indonesia turun menjadi 26,5 juta orang per September 2021 dari sebelumnya mencapai 27,54 juta orang pada Maret 2021. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengungkapkan hasil sinkronisasi data kemiskinan kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Hasilnya, ditemukan ada 3,9 juta penduduk miskin di Ibu Kota.

"Tadi kami laporkan kepada Bapak Menteri ada kurang lebih sekitar 3.009.000 warga yang berada dalam semesta data DTKS, P3KE dan Carik," kata Heru Budi dalam keterangannya, dikutip Kamis (16/2/2023).

Heru menjabarkan bahwa pemutakhiran data dilakukan selama satu bulan penuh oleh berbagai instansi, meliputi Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dari BKKBN, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta, dan pendataan bangunan, individu, dan keluarga (Carik) Jakarta.

"Satu bulan penuh jajaran Pemprov DKI Jakarta mendata mensinkronkan di dalam organisasi. Ada Dinsos, Disdik, BPS, Disdukcapil, terkait juga Diskominfotik. Nah sinkron terus, mensinkronkan data-data," ucap Heru.

Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga melaporkan secara tertulis kepada kementerian terkait secara berkala. Sehingga, data kemiskinan di Jakarta diharapkan tercatat dengan valid.

"Dari 3 data tadi P3KE, DTKS, Carik, ketemulah 3 juta. 3 juta itu data ada di P3KE, DTKS, dan Carik. Sisanya adalah sedang disinkronkan. Jadi 3 juta itu sudah fix," kata dia.

 


Cakup Data Stunting dan Kemiskinan Ekstrem

Deretan rumah semi permanen di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta (31/10). Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini terdapat 13,5 juta penduduk Indonesia yang hidup miskin di lingkungan kumuh. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) ini menyampaikan bahwa data tersebut sudah sesuai dengan nama dan alamat atau by name by address. Data itu, kata dia, mencakup data stunting dan kemiskinan ekstrem.

"Kalau itu mau dilakukan lokasinya di mana, itu bisa dilakukan bedah rumah, bedah kampung. Dan 3 juta itu di situ juga ada data stunting. Dan itu 3 juta by name by address," ungkapnya.

Lebih lanjut, Heru menjelaskan bahwa saat ini tak ada lagi perbedaan data kemiskinan antara P3KE dan DTKS. Kendati demikian, data ini dapat saja berubah. Mengingat sinkronisasi masih terus berjalan dan bakal diperbarui secara berkala.

"Namanya data kemiskinan apapun data itu adalah data yang dinamis. Maka dari itu setiap dua bulan, setiap tiga bulan harus disinkronkan. Wajar kalau data itu ada perbedaan itu wajar, namanya dinamis. Kan penduduk pindah pergi pindah pergi. Datang ke Jakarta, ke luar Jakarta," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya