Liputan6.com, Jakarta - Temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa adalah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang mendapatkan dukungan publik untuk pemilihan presiden (Pilpres).
Hasil survei ini disampaikan pendiri SMRC Saiful Mujani, dalam program 'Bedah Politik bersama Saiful Mujan' episode "Kekuatan Elektoral Nahdlatul Ulama."
Advertisement
"Dalam pengalaman beberapa kali pemilu sejak 1999, ada kecenderungan calon presiden dari partai-partai nasionalis mengambil wakil dari kelompok Islam, terutama NU," kata Saiful dalam keterangannya, Kamis (16/2/2023).
Survei SMRC pada Desember 2022 mengukur tingkat elektabilitas beberapa tokoh NU. Pertama adalah Muhaimin Iskandar alias Cak Imin karena merupakan ketua partai dengan basis massa NU, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Nama Mahfud Md, menurut Saiful, juga penting dimasukkan karena merupakan menteri senior di Pemerintahan Jokowi.
"Mahfud juga memiliki karier politik yang cukup panjang dan pernah aktif di PKB pada masa Gus Dur. Sementara Khofifah Indar Parawansa, selain sebagai Gubernur Jawa Timur, juga aktif di PKB zaman Gus Dur," kata dia.
Saiful melanjutkan, partai politik juga sering mempertimbangkan tokoh NU yang bukan orang partai, tapi senior, dianggap kharismatik, dan berpengaruh.
"Karena itu penting memasukkan nama mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf," ujar dia.
Perolehan Elektabiltas
Saiful menyatakan, hasil survei menunjukkan bahwa di antara tokoh-tokoh utama NU saat ini, Muhaimin mendapatkan dukungan sebesar 18,2 persen; Mahfud 18 persen; Khofifah 15,4 persen; Said Aqil 2,9 persen; dan Yahya Cholil Staquf 2,6 persen.
Dia menerangkan bahwa tiga nama teratas, Muhaimin, Mahfud, dan Khofifah memiliki dukungan publik yang seimbang. Tiga nama tersebut memiliki tingkat kedekatan yang sama dengan pemilih.
"Dalam rentang waktu Desember 2021 sampai Desember 2022, suara dukungan pada Muhaimin bergerak dari 13,7 persen menjadi 18,2 persen. Suara Mahfud fluktuatif, 14,5 persen pada Desember 2021, sempat mencapai angka 22,1 persen di November 2022, dan menjadi 18 persen di Desember 2022. Sementara suara dukungan pada Khofifah sebesar 18,9 persen di Desember 2021 menjadi 15,4 persen di Desember 2022," jelasnya.
Melihat data tiga tokoh yang bersaing ketat ini, Saiful melihat tidak tertutup kemungkinan calon dari NU tidak tunggal seperti yang pernah terjadi dalam Pemilu presiden 2004.
"Pada pilpres langsung pertama itu, ada tiga tokoh NU yang maju sebagai calon wakil presiden: Hasyim Muzadi, Solahuddin Wahid, dan Jusuf Kalla," pungkas dia.
Advertisement
PPP: Yang Menginginkan Khofifah Jadi Cawapres Bukan Hanya Prabowo
Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani menyebut akar rumput PPP banyak mengharapkan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Selain Khofifah, muncul juga Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang populer oleh internal PPP.
"Di PPP Bu Khofifah disebut sebut misalnya di Jawa Timur, dan saya kira karena saya dari Jateng, Jawa Tengah, bu Khofifah, Pak Erick Thohir, Pak Sandiaga Uno memang sosok-sosok yang sangat populer yang itu diharapkan konstituen PPP untuk menjadi cawapres," ujar Arsul di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (16/2/2023).
Menurut Arsul, yang menginginkan Khofifah sebagai cawapres ada banyak pihak, bukan hanya Prabowo Subianto yang baru saja melakukan pertemuan dengan Khofifah.
"Bu Khofifah termasuk sosok yang dekat dengan akar rumput konstituen PPP. Tentu akan kita lihat perkembangannya seperti apa karena saya yakin yang menginginkan Bu Khofifah jadi katakan cawapres bukan hanya Pak Prabowo," kata dia.
Arsul menyebut pihaknya membuka pintu tokoh potensial manapun untuk bisa berlaga di politik nasional.
"Kita artinya harus juga membuka pintu harus juga memikirkan kemungkinan itu. Untuk juga melihat sosok itu sebagai kandidat potensial dari capres atau cawapres," ujar Arsul.