Salah Kaprah Pemberian Kental Manis yang Kerap Dianggap Susu, Awas Anak Bisa Stunting

Kental manis kerap dianggap minuman susu oleh sebagian masyarakat kita. Sehingga kerap diseduh lalu dianggap minuman susu yang mengandung protein. Padahal tidak begitu.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 16 Feb 2023, 20:30 WIB
Susu Kental Manis (Foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Kental manis kerap dianggap sebagai sumber protein oleh sebagian masyarakat kita. Sehingga, banyak orangtua yang memberikan kental manis yang diseduh dengan air lalu dianggap minuman susu.

Alhasil, anak pun merasa kenyang dengan seduhan itu.

Pemberian kental manis yang dianggap susu secara berlebihan ini bisa membuat anak bisa mengalami stunting seperti disampaikan dokter spesialis anak Agnes Tri Harjaningrum.

Bagaimana bisa?

"Hubungannya dengan stunting itu, mereka (kental manis) proteinnya rendah, gulanya tinggi itu kental manis. Itu membuat anak kenyang akhirnya dia tidak mau makan sayur dan lain-lain, hanya makan gula saja jadi kalorinya tinggi,” kata Agnes.

Bila hal ini berlangsung lama maka bisa membuat anak mengalami defisiensi makronutrien.

Kemudian, anak secara perlahan akan mengalami defisiensi mikronutrien atau kekurangan gizi mikro yang salah satunya adalah zinc dan protein hewani yang bisa didapat dari ikan ataupun telur.

Jika berat badan anak terus menurun, maka anak bisa terindikasi terkena stunting akibat kekurangan gizi kronis kata Agnes mengutip Antara.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi, turut angkat bicara soal kental manis.

Nadia mengatakan bahwa kental manis yang kerap disebut SKM ini bukan suatu bentuk minuman tapi pelengkap sajian.

 


Kental Manis Bukan Pengganti ASI

Tidak tepat bila kental manis ini untuk menggantikan Air Susu Ibu (ASI). ASI tetaplah yang terbaik bagi anak.

"Kental manis tidak dapat menggantikan ASI dan tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan," kata Nadia dalam pesan tertulis yang diterima Liputan6.com pada Kamis (16/2/2023).

Sementara itu, berdasarkan anjuran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kental manis dapat dikenalkan pada anak jika usianya sudah di atas lima tahun. Namun, harus diperkenalkan sebagai toping makanan saja, bukan sebagai pengganti ASI ataupun kebutuhan protein pada anak.

Senada dengan Agnes, Nadia juga mengutarakan bahwa pemenuhan gizi anak tidak bisa dipenuhi lewat kental manis.

"Pemenuhan gizi tidak dapat dipenuhi satu-satunya dari kental manis," kata Nadia.


Awas, Kental Manis Punya Kadar Gula Tinggi

Ilustrasi kreasi camilan dari susu kental manis. (Foto: Istimewa)

Nadia mengingatkan bahwa memang kental manis merupakan produk susu. Namun, kadar lemak susu dari kental manis sekitar dari delapan persen. Lalu, kadar protein sekitar 6,5 persen.

"Hal ini sesuai dengan Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2019 tentang Kategori Pangan dan Codex Standard for Sweetened Condensed Milk (CXS 282-1971 Rev. 2018)," kata Nadia.

Ia juga menyorot soal kadar gula yang tinggi dari kental manis. Sehingga tidak boleh diberikan dalam jumlah banyak melainkan sebagai pelengkap sajian. Misalnya di atas es buah, martabak, 

"Kadar gula yang cukup tinggi juga haris menjadi perhatian karena sesuai Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) Permenkes maksimum 50 gram (setara empat sendok makan gula) ya," tekannya.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya