Pilpres 2024, Membaca Peluang Prabowo Subianto dengan Khofifah Berduet

Peneliti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, duet Ketua Umum gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mungkin saja terjadi di Pilpres 2024.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Feb 2023, 09:31 WIB
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersilaturahmi dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, duet Ketua Umum gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mungkin saja terjadi di Pilpres 2024.

Hanya saja Gerindra perlu melobi kesepakatan dengan PKB.

"Prabowo-Khofifah mungkin saja terjadi. Persoalannya adalah bagaimana membangun kesepakatan dengan PKB yang juga nampak serius untuk mendorong ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai calon presiden atau wakil presiden," kata Saidiman lewat pesan tertulis, Kamis (16/2).

Menurutnya, salah satu yang cukup intens mendekati massa NU sekarang adalah Prabowo. Kata dia, Gerindra sudah lebih dahulu membangun koalisi dengan PKB yaitu partai dengan basis massa NU.

"Dia (Prabowo) juga melakukan pendekatan pada Khofifah. Selain sebagai gubernur Jawa Timur, dia juga adalah ketua Muslimat NU," ucapnya.

Saidiman melanjutkan, jika pasangan ini terbentuk, harapan utama Prabowo adalah bisa menarik pemilih dari basis massa NU yang selama ini menjadi wilayah terlemahnya seperti Jawa Timur.

Sementara, tantangan Prabowo adalah meyakinkan massa akar rumput NU yang dalam dua kali pemilu terakhir justru cenderung tidak memilih Prabowo.

"Dalam beberapa kali Pemilu, pemilih NU relatif independen dalam memilih. Di Pemilu 2004, misalnya dua tokoh NU terkemuka yang maju sebagai Cawapres, KH Hasyim Muzadi dan KH Solahuddin Wahid, kalah," imbuhnya.

Saidiman menambahkan, ada banyak partai dan tokoh politik yang memberi perhatian khusus pada NU. Alasannya, NU adalah organisasi dengan basis massa terbesar di Indonesia.

Kata dia, survei SMRC bulan Desember 2022 menemukan bahwa sekitar 20 persen warga mengaku sebagai anggota NU. Jika pemilih Indonesia 2024 sebesar 200 juta, artinya 40 juta di antaranya adalah anggota NU.

"Ini yang menyebabkan semua bakal calon presiden ingin mendekat pada massa NU dengan cara mengajak tokoh-tokohnya untuk bergabung, termasuk menjadi bakal calon wakil presiden," pungkasnya.

Sementara, pengamat politik Ikhwan Arif, mengatakan, dari segi kekuatan politik, pasangan Prabowo-Khofifah memiliki peluang menang besar.

"Jika diduetkan keduanya sangat layak dipertimbangkan untuk dipilih dan berpeluang besar untuk menang, sebab keduanya mampu memperoleh suara terbanyak," jelas dia.

Ada sejumlah alasan,pertama Prabowo adalah salah satu kandidat capres terkuat jika diukur dari nilai elektabilitas selalu menduduki posisi tiga teratas.

Kedua, Prabowo didukung oleh mesin partai Gerindra yang merupakan salah satu partai terkuat dan memperoleh suara terbanyak di pemilu 2019.

"Ketiga, Prabowo punya track record sebagai menteri dan berpengalaman dalam pemerintahan sehingga Prabowo sudah dikenal, populer dan patut di pertimbangkan dalam setiap konstelasi politik," papar Ikhwan.

 


Ada Pertemuan

Sebagai informasi, Senin (13/2/2023) malam, Prabowo bertemu dengan Khofifah, politisi PKB yang diperkirakan berpotensi menjadi cawapres. Pertemuan dilakukan tertutup. Prabowo mengatakan, dirinya membalas jamuan Khofifah di Gedung Grahadi beberapa waktu lalu.

Dalam pertemuan di Rumah Makan De Soematra, Surabaya itu, dibahas beberapa hal mulai dari sejarah Nahdlatul Ulama (NU) hingga cerita Khofifah memperkenalkan Islam moderat di Timur Tengah.

Bahkan, Prabowo juga memuji dengan mengatakan bahwa Khofifah punya kemampuan di tingkat negara dan bangsa.

"Saya kira beliau salah satu tokoh yang mempunyai kemampuan di tingkat negara dan bangsa," kata Prabowo.

 

 

Reporter: Genantan Saputra & Ahda Bayhaqi/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya