Belarus Siap Berperang Bersama Rusia, tapi Juga Bersedia Jadi Perantara Damai

Bukan rahasia umum bahwa Presiden Belarus Alexander Lukashenko merupakan sekutu kuat Kremlin dan pendukung invasi Rusia ke Ukraina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Feb 2023, 08:03 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko menghadiri pertemuan di Minsk, Belarus, pada Senin, 19 Desember 2022. (Pavel Bednyakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Minsk - Presiden Belarus Alexander Lukashenko menegaskan, dia siap untuk mengizinkan kembali wilayah negaranya menjadi landasan serangan Rusia ke Ukraina.

Bukan rahasia umum bahwa Lukashenko merupakan sekutu kuat Kremlin dan pendukung operasi militer khusus - sebutan Presiden Vladimir Putin bagi perang yang terjadi di Ukraina.

"Ya, saya siap," kata Lukashenko seperti dikutip dari BBC, Jumat (17/2/2023). "Saya siap mengizinkannya lagi. Saya juga siap berperang bersama Rusia dari wilayah Belarus, namun hanya jika seseorang -bahkan satu tentara- memasuki wilayah kami dari sana (Ukraina) dengan senjata untuk membunuh rakyat saya."

Kerja sama militer antara Rusia dan Belarus telah meningkat belakangan. Kedua negara tidak hanya menggelar latihan bersama, tapi juga membentuk kelompok militer.

Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat sejauh ini tidak mengakui Lukashenko sebagai presiden sah Belarus. Pada tahun 2020, sejumlah orang turun ke jalan, menuduhnya mencurangi pilpres.

Protes semacam itu kemudian dilaporkan ditekan secara brutal.


Tuduh Barat Memicu Konflik

Petugas pemadam kebakaran bekerja setelah sebuah serangan pesawat tak berawak di gedung-gedung di Kyiv, Ukraina, Senin (17/10/2022). Pesawat tak berawak menghantam sejumlah gedung ibu kota Ukraina pada Senin pagi ledakan tesebut menggema di seluruh Kyiv dan menimbulkan kepanikan sehingga orang-orang berlarian ke lokasi yang aman. (AP Photo/Roman Hrytsyna)

Lukashenko memanfaatkan pertemuannya dengan sekelompok kecil wartawan pada Kamis (17/2) untuk menyalahkan Barat atas perang yang terjadi di Ukraina. Dia menuduh Barat memicu konflik.

"Jika Anda (Barat) melanjutkan eskalasi ini, perang nuklir akan pecah dan Rusia memilikinya (senjata nuklir) lebih dari siapapun," tegas Lukashenko.

"Jadi, Anda harus menghentikan ini... Kita harus duduk di meja perundingan karena perang nuklir juga akan melenyapkan Amerika Serikat. Tidak ada yang membutuhkan ini."

Setelah memfasilitasi invasi Rusia ke Ukraina satu tahun lalu, pemimpin Belarus itu sekarang mengklaim, dia dapat membantu merundingkan perdamaian.


Waktu yang Tepat

Orang-orang berdiri sekitar tanda perdamaian raksasa dengan pesan 'Hentikan Minyak Putin' jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Lukashenko menyarankan bahwa minggu depan akan menjadi waktu yang tepat untuk memulai perundingan damai, di mana Presiden Joe Biden akan mengunjungi Polandia.

"Saya mengundang (Presiden Biden) ke Belarusia," ujar Lukashenko. "Tidak jauh dari Warsawa, tiga puluh menit dan dia akan berada di Minsk. Dia bisa mendaratkan pesawatnya di sini. Saya akan membujuk presiden Rusia untuk datang. Saya mengundang dia juga ke Minsk, juga Biden. Kita akan duduk bersama dan mencapai kesepakatan."

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya