19 Februari 2012: Kerusuhan Penjara di Meksiko Tewaskan 14 Orang, Kartel Narkoba Jadi Dalang

Terjadi sebuah tragedi bersejarah di penjara meksiko pada 19 Februari 2012. Saat itu kerusuhan narapidana menewaskan 44 tahanan

oleh Linda Sapira diperbarui 19 Feb 2023, 06:00 WIB
Demi membeli ponsel sang anak yang menjalani sekolah online, seorang pria bekerja giat dari dalam sel penjara. (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Monterrey - Sebuah tragedi berdarah terjadi di penjara Meksiko pada 19 Februari 2012. Saat itu kerusuhan penjara menewaskan 44 tahanan.

Juru bicara keamanan publik negara bagian Nuevo Leon, Jorge Domene Zambrano mengatakan kerusuhan pecah sekitar pukul dua pagi waktu setempat, di bagian keamanan tinggi penjara negara di kota Apodaca di luar kota industri utara Monterrey.

Perkelahian antara dua blok sel, yang masing-masing sel berisikan 750 tahanan, diduga hanya sandiwara. Tujuannya, sebagai kedok untuk pembobolan penjara. Domene mengatakan dalam menghitung korban tewas, petugas menemukan beberapa tahanan hilang, tapi belum diketahui seberapa banyak jumlahnya.

Total 44 orang tewas sebelum polisi negara bagian mendapatkan kembali kendali sekitar dua jam kemudian, setelah kerusuhan itu terjadi.

Penyelidik kemudian menyelidiki apakah perkelahian itu dimulai oleh anggota kartel Gulf dan Zeta yang bersaing, yang telah menjadi organisasi terpisah. Perpisahan kedua kelompok yang terjadi dua tahun sebelumnya telah menyebabkan lonjakan kekerasan di wilayah sekitar Monterrey.

Penjara itu memiliki anggota dari kedua geng, yang biasanya terpisah. Akibatnya, memicu teori bahwa 17 penjaga yang bertugas mungkin telah terlibat.

Sebagai respons, direktur penjara serta semua penjaga yang bertugas saat itu telah ditahan, kata Domene.

Para korban meninggal karena luka tusuk pisau dan pukulan, menurut pernyataan Domene. Ia juga menambahkan bahwa tidak ada senjata api yang ditemukan di anatara para tahanan.

Perkelahian mematikan itu terjadi secara berkala di penjara-penjara Meksiko ketika geng dan kartel narkoba membobol penjara dan bertempur untuk menguasai lembaga pemasyarakatan, seringkali dengan keterlibatan pejabat. Kerusuhan yang terjadi pada 19 februari 2012 adalah salah satu kerusuhan penjara yang paling mematikan pada saat itu.


Peristiwa Berulang

Ilustrasi Seorang narapidana (Napi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Semua 2.500 narapidana dipenjara karena kejahatan federal, dan sebanyak 70% belum dihukum, kata Domene. Populasi narapidana tumbuh 1.500 pada tahun lalu (2011) menjadi 180% kapasitas, hasil dari tindakan keras aparat terhadap kejahatan terorganisir dan perdagangan narkoba pada tahun lalu, tambahnya.

Lebih dari 47.500 orang tewas dalam kekerasan terkait narkoba sejak 2006, ketika Presiden Felipe Calderon mengintensifkan tindakan keras Meksiko terhadap kejahatan terorganisir. Keluarga narapidana melakukan protes di luar penjara karena tidak mendapatkan informasi tentang para korban. Hanya 10 orang tewas yang telah diidentifikasi pada sore hari waktu setempat.

Penjara Apodaca juga pernah menjadi lokasi kebakaran pada Mei tahun yang sama, menewaskan 14 orang. Para pejabat kemudian mengatakan kebakaran itu mungkin disebabkan oleh arus pendek, bukan pemberontakan tahanan.  

Pertumpahan darah pada hari Minggu (19/2) hanyalah peristiwa terbaru dari serangkaian kerusuhan penjara yang mematikan di Meksiko dalam beberapa tahun terakhir. Pada Januari, juga pernah terjadi sebuah tragedi di mana 31 tahanan tewas selama kerusuhan penjara kota pantai Teluk Altamaria di negara bagian Tamaulipas, yang berbatas dengan Texas.

Perkelahian lain di penjara Tamaulipas di kota perbatasan Matamoros pada Oktober menewaskan 20 narapidana dan melukai 12 lainnya.

Lalu, pada Juli 2011 telah terjadi kerusuhan di sebuah penjara di kota perbatasan Juarez yang menewaskan 17 narapidana. Pihak berwenang Meksiko menahan direktur dan empat penjaga atas bentrok tersebut.

Dalam sebuah video pengawasan ditunjukan dua narapidana membuka pintu untuk membiarkan narapidana bersenjata masuk ke sebuah ruangan tempat para korban yang terbunuh dilaporkan sedang mengadakan pesta.

Sementara itu 23 orang tewas dalam kerusuhan penjara di Kota Durango pada tahun 2010, dan kerusuhan tahun 2009 di Gomez Palacio, kota lain di negara bagian Durango, Meksiko utara, yang menewaskan 19 orang.


Sejarah Lain yang Terjadi Pada 19 Februari

Ilustrasi Penembakan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Hari ini, 45 tahun lalu, tepatnya 19 Februari 1978, Mesir menghadapi aksi pembunuhan dan pembajakan pesawat yang dilakukan oleh dua pria bersenjata. Seorang redaktur koran ternama Mesir dan rekan Presiden Mesir Anwar Sadat bernama Youssef Sebai dibunuh di kawasan Nicosia Hilton, Siprus.

Selain dua korban, masih ada 11 orang yang disandera pelaku. Aparat Mesir mencoba bernegosiasi dengan mengizinkan kedua pelaku meninggalkan Siprus menggunakan pesawat yang dikemudikan otoritas setempat. Pelaku membajak pesawat untuk melarikan diri.

Namun, seperti dimuat BBC, tak ada negara yang mengizinkan pesawat tersebut untuk mendarat. Sehingga pesawat maskapai Cypriot Airlines DC8 itu kembali ke Bandara Larnaca, Siprus. Di waktu bersamaan, pesawat militer Mesir datang menuju bandara tersebut untuk menyelamatkan sandera.

Miskomunikasi terjadi antara aparat Siprus dan tentara Mesir. Mesir bermaksud menyelamatkan sandera, namun aparat Siprus menilai aksi tentara Mesir bisa membahayakan negosiasi dengan pembajak pesawat. Akibatnya, terjadi baku tembak antara petugas Siprus dan Mesir di Bandara Larnaca ketika pelaku dan sandera tiba di bandara.\

Menurut laporan reporter BBC John Bierman, pasukan Siprus mulai melepas tembakan ke arah pasukan Mesir, hingga terjadi baku tembak selama 50 menit. Akibatnya 15 tentara Mesir tewas. Sementara Presiden Siprus Kuprianou dan pejabat senior Siprus segera dievakuasi dari menara bandara yang terkena serangan peluru.

Pasukan Mesir ketar-ketir di lokasi. Setelah pesawat militer Hercules hancur, para tentara negeri piramida terpaksa bersembunyi di balik reruntuhan pesawat. Dalam kondisi terdesak, pasukan Siprus terus menyerang.

Salah satu prajurit Mesir tergeletak menyerah, tersungkur di tanah. Dalam posisi tersebut, pasukan Siprus tetap menyerang. Tindakan ini disebut sebagai "aksi yang gila".

Baku tembak berakhir setelah Garda Nasional Siprus menguasai komando militer Mesir. Dan kru DC8 berhasil membujuk pembajak pesawat untuk melepaskan senjata mereka. Para korban segera dilarikan ke rumah sakit.

Baca selengkapnya di sini...

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya