Obat Kanker Anak Masih Sulit Diperoleh, Kemenkes Upayakan Ini

Ketersediaan obat kanker anak masih sulit diperoleh di rumah sakit (RS).

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Feb 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi obat kanker Sumber: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Obat kanker anak rupanya masih sulit diperoleh dan tidak semua rumah sakit (RS) punya. Ketersediaan obat kanker yang sulit menjadi salah satu kendala penanganan kanker anak di Indonesia.

Demi upaya pemenuhan obat kanker, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengupayakan kerja sama dengan komunitas dan yayasan yang bergerak di bidang kanker.

"Kami kerja sama dengan komunitas dan yayasan yang bergerak di bidang kanker untuk upayakan pengobatan," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi kepada Health Liputan.com melalui pesan singkat pada Kamis, 16 Februari 2023.

Problem obat kanker turut disorot Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Ia meminta Kemenkes untuk dapat meningkatkan kerja sama dengan pihak industri farmasi agar mampu memproduksi obat-obatan kanker.

"Sehingga mampu menjaga ketersediaannya di pasaran dan mampu mendistribusikannya secara merata di seluruh rumah sakit pemerintah maupun swasta yang memberikan layanan kanker," imbuhnya melalui pernyataan resmi pada Rabu, 15 Februari 2023.

Di sisi lain, Ketua Unit Kerja Koordinator Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Teny Tjitra Sari, SpA(K) mengungkapkan, pengobatan kanker anak di Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan.

Apalagi ada obat kanker anak yang belum bisa ditanggung BPJS Kesehatan dan adanya obat-obatan kanker yang belum masuk di Indonesia.

“Satu lagi yang jadi harapan kami adalah bisa terwujudnya pusat transplantasi. Pada saat pasien kanker anak kita berikan obat yang dosisnya tinggi, rescue-nya adalah menggunakan pusat transplantasi ini, atau kita harus mengganti sel yang rusak ini dengan yang baru, itu pun di pusat transplantasi," tutur Teny Tjitra saat acara diskusi “Kanker pada Anak" pada Sabtu (4/2/2023).

"Saat ini Indonesia belum bisa, walaupun sudah banyak teman-teman yang mencoba. Mungkin tempat bisa diadakan, tetapi selama obatnya juga belum tersedia, ya susah."


Banyak Orangtua Berikan Obat Herbal

Ilustrasi obat kanker Credit: pexels.com/pixabay

Di Indonesia, banyak pasien kanker anak yang terlambat datang karena kondisinya sudah masuk stadium lanjut. Padahal, gejala umum kanker sebetulnya sudah terlihat.

Meski begitu, dikatakan Ketua Unit Kerja Koordinator Hematologi Onkologi IDAI Teny Tjitra Sari, tak sedikit orangtua yang takut membawa anaknya ke dokter dan lebih memilih pengobatan alternatif.

“Karena takut kasih tahu penyakitnya, kebanyakan datang ke pengobatan alternatif dulu, dan akhirnya datang ke pusat kesehatan sudah terlambat. Mayoritas, 50 persen - 60 persen itu datangnya terlambat," katanya.

Teny menceritakan, ada seorang anak yang menderita tumor di kaki, tetapi hanya diobati oleh air putih. Ketika kondisinya sudah semakin parah, baru kemudian anak tersebut dibawa ke pusat kesehatan

Selanjutnya, ada juga orangtua yang hanya memberikan obat-obatan herbal untuk kesembuhan anaknya.

"Oban herbal ini kan sebenarnya belum ada bukti klinis, jadi kami memang tidak pakai obat-obat herbal untuk kanker. Bisa dibayangkan, kanker itu kan penyakit yang berat, masa kita berikan obat yang belum jelas," pungkas Teny.


Obat Kanker Rituxikal

Ilustrasi obat kanker /credit: pexels.com/Castorly

Berkaitan dengan obat kanker, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menerbitkan izin edar produk antibodi monoklonal pertama produksi industri farmasi dalam negeri pada tanggal 28 Desember 2022. Produk tersebut bernama Rituxikal buatan PT Kalbio Global Medika.

Rituxikal merupakan Produk Biosimilar dengan kandungan zat aktif Rituximab yang digunakan untuk indikasi keganasan (kanker) pada Limfoma Non-Hodgkin (NHL) dan Leukemia Limfositik Kronik. Rituxikal tersedia dalam bentuk larutan konsentrat yang diberikan secara intravena.

Produk biosimilar adalah produk biologi dengan zat aktif yang sama, di mana profil khasiat, keamanan, dan mutu serupa dengan produk biologi yang telah disetujui. Dalam hal ini, Rituxikal mengandung rituximab yang karakteristiknya similar (serupa) dengan rituximab inovator dengan nama dagang Mabthera.

Rituxikal awalnya terdaftar tanggal 5 Agustus 2019 atas nama PT Kalbe Farma sebagai obat impor produksi Sinergium Biotech S.A., Argentina yang dirilis oleh mAbxience S.A.U, Argentina. Kemudian PT Kalbio Global Medika, yang merupakan industri farmasi grup Kalbe Farma, menerima transfer teknologi dari Sinergium Biotech S.A., Argentina dan mAbxience S.A.U, Argentina, untuk dapat membuat produk Rituxikal di Indonesia.

Rituximab merupakan produk antibodi monoklonal yang mengikat antigen transmembran CD20 pada limfosit sel B yang dihasilkan oleh sel kanker secara spesifik, sehingga menimbulkan reaksi imunologi yang memicu sel kanker lisis (pecah).

“BPOM memberikan izin edar Rituxikal berdasarkan pada hasil uji komparabilitas mutu, uji komparabilitas non-klinik, dan uji komparabilitas klinik Rituxikal yang dibandingkan dengan obat inovator Rituximab, yaitu Mabthera," jelas Kepala BPOM RI Penny K. Lukito saat Konferensi Pers Persetujuan Produk Biologi Rituxikal (Rituximab), Senin (30/1/2023).

"Hasilnya diketahui bahwa Rituxikal menunjukkan kesebandingan dengan Mabthera yang diproduksi Roche Diagnostics Gmbh, Germany." 

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker? (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya