Liputan6.com, Jakarta - Ragam kekayaan budaya Indonesia dapat terefleksi dalam banyak hal, termasuk perhiasan. Catatan perjalanan perhiasan lokal pun telah begitu panjang, dan bermakna tidak semata aksesori pelengkap penampilan.
Menurut tim kurator Museum Nasional, Karamina Puspitasari, manusia pada dasarnya memang menyukai keindahan dan berkeinginan memperindah diri. "Perhiasan dipakai seluruh lapisan masyarakat, baik laki-laki, perempuan, (orang) tua, maupun (anak) muda," sebutnya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 17 Februari 2023.
Baca Juga
Advertisement
Ia menyambung, "Perhiasan telah jadi identitas yang menyertai perjalanan panjang sejarah budaya Nusantara. Perhiasan di Indonesia sangat beragam, baik dari bahan baku, teknik pembuatan, bentuk, maupun fungsinya, tergantung pada masyarakat pendukung budayanya."
Adanya perasaan dekat dengan perhiasan juga melandasi co-founder Manjusha Nusantara (Indonesian Art and Heritage), Terry Wijaya Supit, menulis buku Kisah Perhiasan Indonesia. "Sebagai perempuan," ia menyebut melalui direct message Instagram, Kamis, 16 Februari 2023. "Pasti kita semua suka perhiasan dalam bentuk apapun, demikian juga saya."
"Sejak remaja, saya sudah menyenangi berbagai bentuk kerajinan Indonesia, termasuk perhiasan," tuturnya. "Berawal dari melihat kegiatan ibu saya yang berhubungan dengan budaya, mungkin dari situlah saya terstimulasi hal-hal yang berhubungan dengan budaya."
"Akhirnya saya memilih kuliah yang berhubungan dengan budaya, mempelajari sejarah masa lalu melalui peninggalan-peninggalannya di jurusan Arkeologi Universitas Indonesia. Kedua unsur di ataslah yang membuat saya akhirnya tertarik bercerita sejarah dan filosofi budaya melalui perhiasan-perhiasan adati Indonesia yang diwariskan leluhur kita," ucap Terry.
Fungsi Sosial dan Magis
Terry menyambung, "Buku (sejarah) perhiasan (Indonesia) yang saya buat itu lebih (dimaksudkan sebagai medium) berbagi cerita tentang perhiasan Indonesia pada masyarakat dan para perajin perhiasan etnik Indonesia."
Kata dia, tidak semua orang tahu akan filosofi perhiasan adati. "Menurut saya, semuanya (perhiasan Indonesia) menarik, mengingat banyaknya ragam perhiasan adati Indonesia," imbuhnya.
Kara menambahkan bahwa setiap koleksi perhiasan di Museum Nasional memiliki keunikan masing-masing. "Pada beberapa suku bangsa di Indonesia, perhiasan bukan sekedar media untuk menghias dan memperindah diri, tapi juga memiliki fungsi sosial dan magis," sebutnya.
Ia melanjutkan, "Ada perhiasan yang dipercaya dapat menolak bala, melindungi prajurit, menyembuhkan penyakit, dan lain sebagainya. Salah satu contohnya ada kalung kalabubu dari Nias. Itu dulunya dipakai prajurit perang Nias. Selain sebagai simbol kegagahan, kekuatan, dan kepahlawanan, (kalung) itu juga dipercaya bisa melindungi pemakainya."
"Perhiasan juga dapat berfungsi sebagai pusaka keluarga yang diwariskan," ia menambahkan.
Advertisement
Pengumpulan Koleksi Perhiasan Indonesia
Kara menjelaskan bahwa sebagian besar koleksi perhiasan Indonesia di Museum Nasional telah dikumpulkan sejak era pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda dan masih berlangsung hingga sekarang. "Pengumpulan koleksi dapat dilakukan melalui berbagi cara, seperti hasil temuan, hibah, pembelian, dan lain-lain," katanya.
Ia menegaskan bahwa pengumpulan koleksi perhiasan lokal tentu harus melewati proses kajian terlebih dahulu. Koleksi perhiasan Indonesia di Museum Nasional, sebut Kara, memberi gambaran tentang "kekayaan warisan budaya luar biasa."
"Indonesia sangat kaya akan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk membuat perhiasan, mulai dari daun, biji-bijan, manik-manik batu, hingga logam dan batu mulia," tuturnya. "Teknik pembuatan (perhiasan Indonesia) juga beragam, mulai dari yang sederhana hingga sangat rumit."
"Koleksi perhiasan tradisional yang dipamerkan diharapkan tidak hanya dikagumi semata, tapi juga dapat jadi pemicu munculnya rasa memiliki dan keinginan melestarikannya. Perhiasan tradisional tentu dapat juga diadaptasi atau dijadikan inspirasi dan referensi untuk kreasi perhiasan masa kini," imbuh Kara.
Saat ini, kurang lebih ada sekitar 80 koleksi perhiasan Indonesia yang dipajang di Galeri Perhiasan gedung A Museum Nasional. Koleksi perhiasan yang dipamerkan dibagi jadi dua tema besar: perhiasan dan kehidupan sehari-hari, serta perhiasan dan kekuatan.
"Masih ada juga perhiasan-perhiasan yang dipamerkan di ruangan lain sesuai tema ruangan-ruangan tersebut," katanya. "Lalu, koleksi perhiasan yang terbuat dari logam dan batu mulia dipamerkan di Ruang Khazanah Emas lantai empat gedung B."
Dorong Sumber Daya Manusianya
Potensi perhiasan lokal, menurut Terry, sangat besar. "Karena saat ini perhiasan lokal semakin berkembang seiring berkembangnya dunia fesyen di Indonesia. Masyarakat semakin kreatif membuat perhiasan dari berbagai macam bahan," katanya.
Demi menggaungkan seni perhiasan Indonesia secara lebih nyaring, Terry beranggapan, sumber daya manusianya harus didorong, supaya lebih baik dalam menjaga "kualitas, disiplin, dan bertanggung jawab dalam produksinya." "Selain itu, wajib juga menambah wawasan dan pengetahuan agar semakin kreatif, serta menghasilkan produk-produk unggulan," tuturnya.
Tidak tergantung tren tertentu, ia menyebut bahwa semua bahan baku perhiasan lokal berpotensi diserap sesuai pangsa pasarnya. "Yang penting harus kreatif dan pandai-pandai membuat sesuatu yang menarik, serta membuat ciri khas produknya," ia menyebut.
Terry menyambung, "Jangan lupa juga menentukan pangsa pasar yang disasar supaya produk (perhiasan) yang dihasilkan bisa diserap target market-nya."
Ia mengatakan, seni perhiasan Indonesia harus direpresentasikan dengan berbagai unsur lokal. "Unsur-unsur tersebut bisa dengan dasar budaya atau alam di Indonesia. Tidak terkira banyaknya kreativitas dan ide-ide yang muncul dari kekayaan budaya dan alam Indonesia. Tinggal bagaimana kita mengolahnya. Bukan begitu?" tandasnya.
Advertisement