Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan atau Zulhas dan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengumpulkan warga Muhammadiyah dan NU di Surabaya.
Adapun ini dalam rangka Simposium 1 Abad NU. Di mana semuanya duduk bersama untuk duduk bareng merumuskan masa depan bangsa Indonesia ke depan.
Advertisement
“Ini acara PAN, partai yang lahir dari rahim Muhammadiyah, mungkin banyak yang bertanya mengapa menggelar simposium 1 Abad NU? Kami ingin mensyiarkan bahwa NU dan Muhammadiyah adalah dua sayap garuda yang menjaga NKRI,” kata Zulhas.
Menurut Menteri Perdagangan RI ini, tanda bahwa partainya tak mengedepankan politik identitas.
“PAN konsisten memperjuangkan gagasan tengahan yang juga menjadi roh perjuangan NU dan Muhammadiyah. PAN bukan partai politik identitas,” ungkap Zulhas.
Dia menegaskan, politik identitas sudah tak bisa lagi dikedepankan.
“Kita sudah 24 tahun demokrasi. Kita mau ke mana? Apa mau terus ribut soal cebong kampret? kunut gak kunut? saya kira enggak produktif. Padahal 2045 kita mau jadi negara maju,” tutut Zulhas.
Diapresiasi
Sementara, Gus Yahya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Zulhas dan PAN yang menggelar acara ini.
“Saya menyampaikan terima kasih banyak kepada PAN, Pak Zul dan PAN sudah ikut menyemarakkan 1 Abad NU dan menyambut abad ke-2 nya. Tapi ini agak paradoks, saya melihat Pak Zul dan pimpinan-pimpinan PAN memakai sarung, sementara saya datang bersama sekjen, bendum dan ketua Lakpesdam NU justru memakai celana. Semoga yang pakai sarung juga pakai celana,” selorohnya.
Gus Yahya juga menegaskan bahwa warga Nahdliyin tidak haram mencoblos PAN. Ia memberi kebebasan kepada warga Nahdliyin, yang selama ini cendrung mencoblos PKB.
"Tapi saya kan nggak boleh kampanye untuk mencoblos PAN, karena memang saya bukan kader PAN," ucapnya.
Selain itu, Gus Yahya beranggapan PAN sekarang lebih terbuka dan tidak ada drama pencurian partai. PAN juga berhasil mentransformasikan diri sebagai partai yang rasional.
"PAN dulu kan dianggap partainya orang Muhammadiyah, tapi sekarang lebih terbuka. PAN berhasil mentransformasikan diri sebagai partai yang lebih rasional," ujarnya.
Advertisement