Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara pada Minggu (19/2/2023), mengonfirmasi bahwa pihaknya melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Sabtu (18/2). Itu merupakan uji coba rudal jarak jauh ketiga yang terjadi dalam waktu kurang dari setahun.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa ICBM Hwasong-15 ditembakkan dalam "latihan peluncuran kejutan" di bawah perintah tertulis dari Kim Jong Un.
Advertisement
"Rudal itu terbang 989 kilometer selama hampir 67 menit ke ketinggian 5.768,5 kilometer (3.584 mil)," demikian menurut laporan KCNA, seperti dikutip dari CNN.
Uji coba itu, sebut KCNA, merupakan bukti kemampuan Pyongyang untuk meluncurkan serangan balik nuklir yang fatal terhadap pasukan musuh.
Peluncuran ICBM pada Sabtu terjadi setelah Korea Utara memperingatkan pada Jumat (17/2), akan memberikan respons kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan melanjutkan latihan militer yang direncanakan.
Teranyar, pada Minggu, saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengeluarkan peringatan lain.
"Kami akan mengawasi setiap gerakan musuh dan melakukan tindakan balasan yang sesuai dan sangat kuat serta luar biasa terhadap setiap gerakan musuh yang memusuhi kami," ujar Kim Yo Jong dalam pernyataan yang dirilis KCNA.
Jatuh di ZEE Jepang
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, rudal yang ditembakkan Korea Utara pada Sabtu, mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang di sebelah barat Pulau Hokkaido.
Sebelumnya, rudal yang diluncurkan Korea Utara pada Maret 2022 memiliki jarak dan waktu terbang yang sedikit lebih jauh. Itu adalah tes pertama rudal semacam itu sejak tahun 2017.
Pada November 2022, Pyongyang mengumumkan uji coba penembakan ICBM jenis baru, yang disebut Hwasong-17.
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan pada saat itu, Hwasong-17 memiliki potensi untuk mencapai daratan AS.
"Rudal balistik kelas ICBM yang diluncurkan kali ini dapat memiliki jangkauan lebih dari 15.000 km jika dihitung berdasarkan jarak terbangnya," kata Yasukazu dalam pernyataan. "Itu tergantung pada berat hulu ledak, tapi dalam kasus ini, daratan AS akan masuk dalam jangkauan."
Advertisement
Respons AS
Pemerintah AS menggambarkan peluncuran rudal pada Sabtu sebagai pelanggaran mencolok terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB. Demikian pernyataan dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson.
"Meskipun (Komando Indo-Pasifik AS) telah menilai itu tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel AS atau wilayah atau sekutu kami, peluncuran ini tidak perlu meningkatkan ketegangan dan berisiko mengacaukan situasi keamanan di kawasan itu," kata Watson. "Itu hanya menunjukkan bahwa Korea Utara terus memprioritaskan senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya yang melanggar hukum di atas kesejahteraan rakyatnya."
Watson mengatakan, AS mendesak negara-negara lain untuk mengutuk pelanggaran ini dan meminta Korea Utara untuk menghentikan tindakan destabilisasi dan terlibat dalam dialog yang serius.
Awal bulan ini, rezim Kim Jong Un memamerkan hampir setidaknya 11 ICBM canggih pada parade militer di Pyongyang, menggambarkannya sebagai kemampuan serangan nuklir Korea Utara.
Analis menduga rudal itu adalah Hwasong-17.