Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis definisi klinis atau clinical case definition untuk long COVID pada anak dan remaja.
Dalam definisi klinis baru disampaikan, setelah terinfeksi COVID-19, anak-anak dan remaja lebih cenderung memiliki sedikit atau bahkan tanpa gejala. Meski bisa pula ada penyakit ringan.
Advertisement
Intinya, gejala yang dialami anak pada periode pasca akut dan dampaknya berbeda dengan yang terjadi pada orang dewasa.
Anak-anak dengan kondisi long COVID lebih cenderung mengalami kelelahan, indera penciuman yang berubah, dan kecemasan dibandingkan anak yang sehat.
Untuk durasi long COVID pada anak, biasanya berlangsung setidaknya dua bulan. Gejala long COVID ini bisa muncul sekitar tiga bulan setelah infeksi pertama.
Definisi long COVID pada anak didasarkan pada data ilmiah terbaru dan dikembangkan melalui proses konsensus para ahli. Termasuk melibatkan advokat pasien dan dokter.
WHO menggunakan pendekatan pencarian konsensus yang disebut latihan Delphi, di mana para ahli dan pasien menanggapi survei berulang. Definisi ini berlaku untuk anak-anak dari segala usia, dengan mempertimbangkan gejala khusus usia.
WHO memprakarsai proses pengembangan definisi khusus untuk anak-anak dan remaja karena COVID-19 memengaruhi mereka secara berbeda dari orang dewasa.
“Kondisi pasca COVID-19 pada anak-anak dan remaja terjadi pada individu dengan riwayat infeksi SARS-CoV-2 yang terkonfirmasi atau probable, ketika mengalami gejala yang berlangsung minimal 2 bulan yang awalnya terjadi dalam 3 bulan setelah COVID-19 akut,” mengutip keterangan WHO, Minggu (19/2/2023).
Gejala Long COVID Anak
Bukti saat ini menunjukkan bahwa gejala yang lebih sering dilaporkan pada anak-anak dan remaja dengan kondisi pasca-COVID-19 dibandingkan dengan kontrol adalah kelelahan, penciuman yang berubah (anosmia), dan kecemasan.
Gejala lain juga telah dilaporkan. Gejala umumnya berdampak pada fungsi sehari-hari seperti perubahan kebiasaan makan, aktivitas fisik, perilaku, prestasi akademik, fungsi sosial (interaksi dengan teman, teman sebaya, keluarga) dan tonggak perkembangan.
“Gejala mungkin baru timbul setelah pemulihan awal dari episode COVID-19 akut atau berlanjut setelah penyakit awal. Mereka juga dapat berfluktuasi atau kambuh seiring waktu. Hasil pemeriksaan dapat mengungkapkan diagnosis tambahan, tetapi ini tidak lepas dari diagnosis kondisi long COVID.”
Advertisement
Soal Long COVID
Siapapun dengan COVID-19 dapat mengalami kondisi pasca COVID-19 (post COVID-19) atau long COVID, terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya. Meskipun lebih sering dilaporkan pada mereka yang memiliki penyakit parah.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2021, 145 juta orang telah mengembangkan kondisi long COVID (3,7 persen dari mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2).
Namun, informasi tentang kondisi long COVID pada anak-anak dan remaja memang masih kurang. Termasuk soal long COVID jangka menengah hingga jangka panjang.
Meski begitu, pengetahuan dasar soal long COVID anak bisa berkontribusi pada pemahaman global tentang prevalensinya dan memungkinkan studi penelitian yang lebih jauh.
Pada Orang Dewasa
Pada orang dewasa, kondisi long COVID terjadi pada individu dengan riwayat probable atau konfirmasi infeksi SARS CoV-2.
Long COVID biasanya timbul 3 bulan setelah infeksi awal dan berlangsung selama setidaknya 2 bulan. Gejala ini tidak dapat dijelaskan dengan diagnosis alternatif.
Gejala umum pada dewasa termasuk kelelahan, sesak napas, disfungsi kognitif dan umumnya berdampak pada fungsi sehari-hari. Gejala juga bisa berupa sakit perut, masalah haid, anosmia, kecemasan, penglihatan kabur, nyeri dada, batuk, depresi, masalah pencernaan, masalah memori, nyeri sendi, gangguan tidur, tinnitus dan masalah pendengaran lainnya.
Gejala mungkin timbul setelah sembuh dari infeksi awal atau berlanjut segera setelah infeksi. Gejala juga dapat berfluktuasi atau kambuh seiring waktu.
Advertisement