Liputan6.com, Jakarta - Lima kota/kabupaten di Indonesia mengajukan diri untuk menjadi nominasi Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UCCN) 2023. Kelimanya adalah Kabupaten Bantul (bidang crafts and folk art), Kota Bitung (bidang gastronomi), Kabupaten Ponorogo (bidang crafts and folk art), Kota Salatiga (bidang gastronomi), dan Kota Surakarta (bidang crafts and folk art).
Kelima kota/kabupaten tersebut selanjutnya menjalani pendampingan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) selaku focal point program UNESCO. Pada Mei 2023, mereka akan diseleksi untuk diloloskan dua sebagai nominasi kota kreatif dari Indonesia. UCCN direncanakan menetapkan hasilnya pada November 2023.
Baca Juga
Advertisement
"Sebagai kota kreatif, akan banyak menghadirkan orang-orang kreatif. Ini esensinya. Ekosistem ekraf menjadi satu sistem yang harus diciptakan sehingga bisa mendorong produk dan karya kreatif dan orang-orang kreatif untuk hadir di sana," kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Fransiskus Xaverius Teguh dalam FGD Pendampingan Usulan Nominasi Kota Kreatif Unesco 2023 di Jakarta, Selasa, 14 Februari 2023.
Kelima kabupaten/kota itu dinilai memenuhi kriteria yang ada. Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Hariyanto menjelaskan kriteria pertama adalah mengikuti uji petik penilaian mandiri kabupaten/kota kreatif Indonesia. Mereka yang terpilih dinilai pemerintahnya memiliki komitmen tinggi baik dalam mengembangkan ekonomi kreatif di daerahnya.
"Dari adanya regulasi bagi pengembangan ekonomi kreatif daerah sebagai salah satu potensi penting dari pertumbuhan ekonomi di daerahnya," kata Hariyanto.
Kedua adalah keberadaan komunitas dan komite kreatif di daerah. Tujuannya untuk memastikan bisa mengawal kabupaten/kota kreatif di daerahnya. Mereka juga memiliki peta jalan yang terbagi dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. "Itu sifatnya bottom up, berarti keinginan, harapan, muncul dari daerah," imbuhnya.
Perlu Pendampingan
Frans menyatakan kelima kabupaten/kota terpilih perlu didampingi dalam penyiapan menuju penetapan di tingkat global. Karena itu, pihaknya menggelar FGD untuk memberi masukan dan pandangan ke daerah dalam beberapa hal. Pendampingan intensif khususnya diberikan terkait penyempurnaan dossier yang akan disampaikan pada UCCN.
"Tapi, kita juga bukan sekadar fulfilling administrative approach," ujarnya.
Pemerintah juga dibantu oleh panitia seleksi yang diketuai oleh mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Wiendu Nuryanti. Dia menyatakan pada dasarnya panduan penyusunan dossier sudah diketahui kabupaten/kota yang ikut seleksi. Hanya saja, pendampingan diperlukan agar tidak salah menginterpretasi pertanyaan-pertanyaan dan kriteria-kriteria yang ada.
"Yang paling penting adalah dua tadi yang disampaikan Pak Deputi dimaksimalkan dan bisa memenangkan penetapan itu. Jangan sampai gagal di situ... Mungkin dossier-nya bagus, dokumennya bagus, tapi programnya di kabupaten/kota tidak bisa men-justify keberadaan dokumen-dokumen itu, tentu itu yang harus dilihat kembali," ia menambahkan.
Sejauh ini, Indonesia sudah memasukkan empat kota/kabupaten dalam daftar jejaring kota kreatif UNESCO. Terdiri dari Kota Pekalongan, Creative City of Crafts and Folk Arts pada 2014; Kota Bandung, Creative City of Design pada 2015; Kota Ambon, Creative City of Music pada 2019; dan Kota Jakarta, Creative City of Literature pada 2021.
Advertisement
Manfaat untuk Kota/Kabupaten
Wiendu menjelaskan kota/kabupaten yang terpilih selanjutnya berkewajiban untuk memiliki dan menjalankan program yang selaras dengan usulan mereka. Hal itu akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang diperjuangkan sehingga tercipta rasa memiliki.
"Rasa memiliki penting sekali dimiliki masyarakat. Muaranya tentu saja bagaimana membangun kota ini ke depan agar memenuhi sebagai kota yang berkelanjutan," ucapnya.
Itu pula yang ditekankan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodidjah. Ia menyebut tugas kota/kabupaten terpilih dalam jejaring tidak berakhir setelah penetapan UCCN, melainkan itu menjadi awal untuk meningkatkan kualitas jejaring dengan kota-kota lain di dunia untuk kemajuan kotanya sendiri.
"UCCN ini adalah pemicu untuk sustainable development, keberlanjutan kehidupan di kota tersebut, termasuk environment, ekonomi, sosial, perumahan, dan tata kota, dsb. Itu dampak yang diinginkan di kota tersebut," ujaarnya.
Ia juga meyakini literasi masyarakat di berbagai bidang meningkat seiring waktu. Di sisi lain, Wiendu menambahkan bahwa keterpilihan itu juga akan berdampak pada sektor pariwisata kota/kabupaten terpilih. "Karena kita menghadapi pariwisata yang segmented, yang menginginkan hal-hal unik dan khusus, kota-kota ini akan menjadi daya tarik yang gemerlapan bagi wisatawan," dia menjelaskan.
Sekilas tentang UCCN
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu diterangkan bahwa UNESCO Creative City Network (UCCN)/Jejaring Kota Kreatif UNESCO merupakan program yang diluncurkan di bawah mandat UNESCO pada 2004 untuk membangun budaya perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. Dengan menciptakan jejaring ini, UNESCO mempromosikan pentingnya industri budaya dan kreatif untuk pembangunan kota yang berkelanjutan, yang ditegaskan dan diperkuat, khususnya oleh Konvensi Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya (2005) dan Program Aksi 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Rencana Kota baru.
Jejaring ini menunjukkan implementasi mandat dan visi UNESCO di tingkat kota, menggabungkan tujuan Agenda 2030 dan Agenda Baru Perkotaan di tingkat kota. Tujuannya untuk mempromosikan dan memperkuat kerja sama internasional antara kota-kota di dunia, menjadikan kreativitas sebagai faktor strategis dalam upaya menuju pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan kota yang berkelanjutan.
UCCN menyediakan platform untuk mempromosikan penggunaan kreativitas sebagai faktor kunci dalam pembangunan sosial dan ekonomi kota. Tujuan penting UCCN adalah menghadirkan aset budaya kota di tingkat global dan membangun kemitraan dengan kota-kota di dunia. Saat ini, UNESCO telah menjalin lebih dari 295 kota dari 90 negara di dunia yang meliputi tujuh bidang kreativitas (creative fields), yaitu Crafts and Folk Art, Design, Film, Gastronomy, Literature, Media Arts, dan Music.
Advertisement