Lika-liku Indonesia Lewati Krisis hingga Resesi Global Sejak 1998

Resesi global disebut-sebut mulai memberikan ancamannya kepada ekonomi Indonesia. Tak main-main, tandanya sudah mulai dirasakan Indonesia sejak awal tahun 2023

oleh Arief Rahman H diperbarui 20 Feb 2023, 06:00 WIB
Resesi global disebut-sebut mulai memberikan ancamannya kepada ekonomi Indonesia. Tak main-main, tandanya sudah mulai dirasakan Indonesia sejak awal tahun 2023. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Resesi global disebut-sebut mulai memberikan ancamannya kepada ekonomi Indonesia. Tak main-main, tandanya sudah mulai dirasakan Indonesia sejak awal tahun 2023 ini.

Mulai dari ekspor yang melemah meski mencatatkan pertumbuha. Lalu, prediksi investasi yang melemah sepanjang tahun karena berbaggai faktor.

Nyatanya, ancaman resesi tak hanya datang kali ini saja. Beberapa waktu lalu, Indonesia pernah dihantam oleh ancaman serupa, saat munculnya pandemi Covid-19 yang mengobrak-abrik kegiatan ekonomi Indonesia.

Jauh sebelum pandemi, ada 2 krisis ekonomi yang menyeret Indonesia ke posisi resesi ekonomi. Pertama, krisis moneter tahun 1998 yang berujung pada refofmasi pemerintahan dan ekonomi.

Kedua, krisis ekonomi pada 2008 yang menghantam perbankan di Asia, termasuk Indonesia. Ketiga, ada krisis ekonomi akibat dari pandemi yang memaksa kegiatan ekonomi setop total.

3 krisis ekonomi ini yang tercatat memperparah keadaan ekonomi nasional. Sebut saja, di masa 1998 lalu, krisis ekonomi sebetulnya dimulai sejak 1996-an. Lalu, puncaknya pada 1998 yang membuat nilai tukar rupiah anjlok begitu dalam.

Catatan Sri Mulyani

Krisis ekonomi yang berujung resesi pernah diungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu. Sedikitnya tiga krisis terjadi di Indonesia.

Pada 1998 yang jadi puncak krisis moneter, terjadi krisis yang bermula di Asia Tenggara dan Asia Timur yang kemudian berdampak pada negara lainnya di dunia.

Disusul pada 2008, krisis ekonomi global yang bermula dari Amerika Serikat yang tak berdampak terlalu besar pada perekonomian Indonesia.

Namun, mampu melahirkan Otoritas Jasa Keuangan sebagai instrumen pengawasan selain Bank Indonesia. Pada momentum ini pula, forum G20 menginisiasi pertemuan kepala negara sebagai cara untuk mencari solusi keluar dari krisis.

Lalu, sejak 2020, Indonesia diserang covid-19 yang berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat indonesia sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis-krisis ini, bisa jadi gambaran dalam menghadapi krisis kedepannya.

 


Bukan Pertama Kali

Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat hingga PHK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pandemi Covid-19 membuat banyak negara mengalami krisis ekonomi. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pun berpesan kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah salah satunya krisis ekonomi.

Krisis ekonomi di Indonesia bukan yang pertama kali terjadi. Sri Mulyani menuturkan setidaknya ada dua krisis ekonomi lain yang sempat menerjang Indonesia.

Referensi cara Indonesia keluar dari krisis ini yang harus jadi tetap diperhatikan generasi muda Indonesia.

“Jangan pernah melupakan sejarah yang bisa kita pelajari untuk membuat kita berjalan ke depan secara lebih baik yang lebih siap dalam hal ini,” kata dia di Jakarta, Minggu (24/10/2021).

Ia menceritakan, banyak dari timnya di Kementerian Keuangan adalah generasi muda yang tidak secara langsung mengalami krisis pada 1998 maupun 2008.

“Banyak sekali tim saya itu waktu krisis 97-98 itu baru berumur mungkin tujuh tahun sembilan tahun, sementara kita bergulat begitu banyak, dan pada krisis 2008-2009 sudah mulai punya memori tapi masih SMA, dalam hadapi krisis ini dia gak punya beban masa lalu tapi mungkin juga gak ada referensi masa lalu,” paparnya.

 


Ide Cemerlang

Ilustrasi resesi ekonomi. Foto: Freepik/starline

Kendati begitu, ia menilai adanya ide-ide segar yang dikeluarkan generasi muda dalam mencari solusi keluar dari krisis akibat Pandemi Covid-19.

“Tapi mereka punya fresh idea, which is bagus, namun jangan pernah melupakan sejarah yang bisa kita pelajari,” tutur dia.

Sri Mulyani mengaku kagum pada pribadi-pribadi yang begitu jumawa mengetahui banyak hal. Namun, ia mengingatkan bahwa ia sendiri belum mengetahui banyak hal.

“Kepada generasi muda saya sampaikan kalian punya banyak opportunity masa depan, tapi Anda tidak akan heran, kalau orang Jawa bilang ojo gumunan, ojo kagetan, jangan cepat kagum dan kaget, bahwa banyak fenomena kita bisa pelajari dari masa lalu,” katanya.

“Kalau kita lebih siap dan lengkap kita selalu bisa hadapi potensi apapun kedepan dengan siap dan baik,” tambah dia.

 


Resesi Global

Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia.

Meskipun ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31 persen, namun kinerja ekspor yang menjadi penyokong ekonomi tahun lalu mulai melemah.

Bahkan Bahlil menyebut kinerja ekspor kuartal pertama tahun ini mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan kinerja pada kuartal IV tahun 2022.

"Ekspor kita di kuartal I-2023 ini rada-rada, tidak sebaik di kuartal IV-2022. Ini tanda-tanda sudah mulai menurun," ungkap Bahlil dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Investasi, Jakarta, Kamis (16/2/2023).

Selain kinerja ekspor, Bahlil juga mengkhawatirkan terganggunya investasi yang masuk di tahun 2023. Apalagi targetnya naik menjadi Rp1.400 triliun. Masuknya investasi asing ke Indonesia di kuartal perdana ini juga tidak lebih baik dari capaian di kuartal IV-2022.

"Saya baru cek, di kuartal I ini agak tidak sebaik dengan kuartal IV-2022 dan beberapa negara sudah menanyakan investasi di negara kita, dan ini masih butuh pergerakan-pergerakan maintenance yang baik," ungkapnya.

Bahlil menyimpulkan, tahun 2023 menjadi tahun yang sulit selain bertepatan dengan tahun politik. Sebagaimana historisnya, ketika sebuah negara memasuki tahun politik, para investor memilih untuk menahan diri (wait and see) dalam berinvestasi.

"Kita di tahun 2023 menurut saya ini tahun yang tidak main-main," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya