AS: China Sedang Mempertimbangkan Pengiriman Senjata dan Amunisi ke Rusia

Amerika Serikat memperingatkan, eskalasi ini akan berarti konsekuensi serius bagi China.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Feb 2023, 08:01 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Berlin - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengungkapkan bahwa China sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan senjata dan amunisi kepada Rusia dalam perang Ukraina. Dia mengklaim pula bahwa perusahaan-perusahaan China selama ini telah memberikan dukungannya kepada Moskow, tanpa merinci lebih lanjut.

Blinken memperingatkan, eskalasi ini akan berarti konsekuensi serius bagi China.

Pernyataan Blinken tersebut muncul setelah pertemuannya dengan diplomat paling senior China Wang Yi pada Sabtu (18/2/2023) di Munich Security Conference. Selama tatap muka itu, Blinken mengaku dia menyampaikan kekhawatiran mendalamnya tentang kemungkinan Beijing memberikan dukungan material mematikan ke Rusia.

"Sampai saat ini, kami telah melihat perusahaan China... memberikan dukungan non-mematikan ke Rusia untuk digunakan di Ukraina. Kekhawatiran yang kami miliki sekarang didasarkan pada informasi yang kami dapatkan bahwa mereka (China) sedang mempertimbangkan untuk memberikan dukungan mematikan," katanya dalam wawancara dengan CBS, seperti dikutip dari BBC, Senin (20/2/2023).

Dia tidak merinci informasi apa yang telah diterima AS tentang rencana potensial China. Namun, ketika didesak soal apa yang AS yakini akan diberikan China kepada Rusia, dia mengatakan, terutama berupa senjata dan amunisi.


Sanksi AS ke Perusahaan China

Bendera Ukraina berkibar ditiup angin saat tanda perdamaian raksasa dipasang para demonstran jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

AS telah memberikan sanksi kepada perusahaan China karena diduga memberikan citra satelit Ukraina kepada tentara bayaran Rusia Grup Wagner.

Blinken mengatakan kepada CBS, "Tentu saja, di China, benar-benar tidak ada perbedaan antara perusahaan swasta dan negara."

"Jika China memberi Rusia senjata, itu akan menyebabkan masalah serius bagi kami dan hubungan kami," tambahnya.

Hubungan antara Washington dan Beijing terpuruk setelah AS menembak jatuh balon mata-mata China pada awal Februari.

Blinken juga mengatakan AS khawatir China membantu Rusia menghindari sanksi Barat yang dirancang untuk melumpuhkan ekonomi Rusia. Perdagangan China dengan Rusia telah berkembang dan merupakan salah satu pasar terbesar untuk minyak, gas, dan batu bara Rusia.

Anggota NATO, termasuk AS, telah mengirimkan berbagai senjata, amunisi, dan peralatan ke Ukraina, termasuk tank. Sementara bantuan terkait jet tempur belum ada kepastian, Blinken mengatakan, "Sangat jelas bahwa kita tidak boleh terpaku atau fokus pada sistem senjata tertentu."

Bagaimanapun, ujar Blinken, Barat harus memastikan Ukraina memiliki apa yang dibutuhkannya untuk potensi serangan balasan terhadap Rusia "dalam beberapa bulan ke depan".

Rusia saat ini dilaporkan sedang mencoba maju di wilayah timur Ukraina, di mana beberapa pertempuran paling sengit dalam perang terjadi pada hari-hari terakhir.


China Bakal Segera Umumkan Sikap Soal Perang Ukraina

Petugas pemadam kebakaran bekerja setelah sebuah serangan pesawat tak berawak di gedung-gedung di Kyiv, Ukraina, Senin (17/10/2022). Pesawat tak berawak menghantam sejumlah gedung ibu kota Ukraina pada Senin pagi ledakan tesebut menggema di seluruh Kyiv dan menimbulkan kepanikan sehingga orang-orang berlarian ke lokasi yang aman. (AP Photo/Roman Hrytsyna)

China membantah laporan bahwa Moskow telah meminta peralatan militer. Kementerian Luar Negeri China mengatakan tidak akan menerima tudingan dan paksaan AS atas hubungannya dengan Rusia.

Dalam momen berbeda di Munich pada Sabtu, Wang Yi telah menegaskan bahwa China tidak berdiri diam atau melemparkan bahan bakar ke api dalam perang Ukraina. Dia mengumumkan, China akan segera menerbitkan dokumen yang memaparkan posisinya dalam menyelesaikan konflik.

"Dokumen itu akan menyatakan bahwa integritas teritorial semua negara harus dihormati," sebut Wang Yi.

Wang Yi menambahkan, "Saya menyarankan agar semua orang mulai berpikir dengan tenang, terutama teman-teman di Eropa, tentang upaya apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan perang ini."

Menurut Wang Yi, ada beberapa kekuatan yang tampaknya tidak ingin negosiasi berhasil atau agar perang segera berakhir. Namun, dia tidak mengatakan lebih lanjut siapa yang dimaksudnya.


Soal Balon Mata-Mata

Sebuah balon mata-mata China terbang di Billings, Montana, Amerika Serikat, 1 Februari 2023. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken membatalkan lawatannya ke Beijing, yang dijadwalkan berlangsung pada 5 Februari, setelah balon mata-mata China melintasi wilayah AS. (Larry Mayer/The Billings Gazette via AP)

Selama pertemuan mereka, Blinken dan Wang Yi disebut bertukar kata-kata keras atas isu balon mata-mata China.

Blinken mengungkapkan selama pertemuan bahwa AS tidak akan mendukung setiap pelanggaran kedaulatan dan tindakan yang tidak bertanggung jawab tersebut tidak boleh terjadi lagi.

Menlu AS menuturkan kepada CBS bahwa negara-negara lain khawatir tentang apa yang disebutnya "program balon pengintaian" China di lima benua.

Adapun Wang Yi menyebut argumen AS tentang balon mata-mata sebagai lelucon politik, menuduh Washington menggunakan segala cara untuk memblokir dan menekan China.

Beijing sendiri telah membantah keberadaan balon mata-mata, mengklaimnya sebagai balon pemantau cuaca yang terbang keluar jalur secara tidak sengaja.

Pada Minggu pagi, Beijing memperingatkan bahwa AS akan menanggung semua konsekuensi jika meningkatkan argumen tentang balon mata-mata tersebut.

"China akan menindaklanjuti sampai akhir jika AS bersikeras mengambil keuntungan dari masalah ini," sebut Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya seperti dilansir Reuters.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya