Mayoritas Pasien Kanker di RI Terdeteksi Stadium Lanjut, Menkes Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

Menkes Budi mengatakan bahwa kanker merupakan penyakit menular yang sebenarnya bisa dikendalikan. Mulai dari biaya, tingkat keparahan, kecacatan bahkan kematian bisa dikendalikan.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 20 Feb 2023, 08:15 WIB
Ilustrasi Penyakit Kanker Credit: pexels,com/Tom

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kanker merupakan penyakit menular yang sebenarnya bisa dikendalikan. Mulai dari biaya, tingkat keparahan, kecacatan bahkan kematian.

Pengendalian bisa dilakukan asal kanker bisa dideteksi dini. Semakin dini diketahui maka angka kesempatan hidup semakin meningkat.

“Kanker itu dapat dikendalikan, angka survival rate-nya tinggi tapi syaratnya harus deteksi dini. Sekitar 90 persen bisa dikendalikan, sementara kalau ditemukan pada stadium lanjut maka 90 persen akan meninggal,” kata Menkes Budi dalam acara Fun Walk peringatan Hari Kanker Sedunia di Jakarta.

Sayangnya, pasien kanker di Indonesia mayoritas memeriksakan diri saat kanker sudah stadium lanjut. Alhasil, 90 persen pasien kanker di Tanah Air tidak dapat penanganan optimal.

Ada beberapa faktor penyebab kanker ditemukan dalam stadium lanjut. Pertama, masyarakat Indonesia takut melakukan pemeriksaan karena khawatir keterbatasan dana.

Kedua, keterbatasan alat yang membuat fasilitas kesehatan di daerah belum banyak yang bisa melakukan skrining kanker. Faktor ketiga, kurang tenaga kesehatan berkompeten.

 


Biaya Skrining Sebagian Kanker Ditanggung BPJS Kesehatan

Petugas BPJS Kesehatan (merdeka.com)

Melihat adanya paling tidak tiga faktor penyebab tersebut, ada beberapa upaya yang dilakukan Kemenkes. Salah satunya, dengan melakukan transformasi kesehatan layanan rujukan yang merupakan pilar kedua transformasi kesehatan.

Soal pembiayaan pemeriksaan, Budi mengatakan bahwa skrining kanker sudah ditanggung BPJS Kesehatan. Sehingga, masyarakat bisa mendapatkan secara gratis di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).

“Misalnya untuk kanker kolorektoral, sekarang untuk laki-laki usia diatas 50 tahun sudah bisa melakukan deteksi dini gratis di fasyankes,” ucap Budi.

Kemudian dari segi peralatan medis, berupaya memenuhi berdasarkan jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat. Diantaranya ada mammografi dan USG di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan, pemenuhan CT Scan di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker kolorektoral pada laki-laki, serta pemenuhan 10.000 hematoanalyser untuk mendeteksi kelainan darah putih pada anak-anak.

“Kanker payudara paling banyak diderita perempuan, kita sudah memasang 6000 USG, mudah-mudahan 10.000 USG bisa kita penuhi tahun ini. Kedua ada serviks, kita sudah wajibkan vaksinasi HPV. Testingnya nanti kita geser dari tes IVA dan papsmear ke HPV DNA, ini untuk pencegahan,” jelas Budi dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

 


Percepat Pemenuhan Nakes

Ilustrasi Menjaga Kesehatan Jantung Credit: unsplash.com/Giulia

Sementara itu, dari tenaga kesehatan yang saat ini kurang, Budi menuturkan bahwa Kemenkes tengah mempercepat pemenuhan tenaga kesehatan yang bermutu dan berkualitas di seluruh fasyankes di Indonesia.

Diantaranya, melalui beberapa program khusus seperti pengiriman dokter spesialis adaptan luar negeri, penugasan khusus, dan program pengampuan.

Budi juga meminta Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI)membantu pemerintah dalam penyediaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.


Faktor Penyebab Kanker

Hadir di kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Cosphiadi Irawan menuturkan ad beberapa faktor penyebab kanker. Mulai dari pola hidup yang kurang sehat seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, merokok, dan minum alkohol.

Kebiasaan ini, lanjutnya, diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini. Pada stadium awal, kanker tidak menunjukkan gejala, sehingga seringkali tidak disadari oleh penderita. Akibatnya, banyak kasus kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut.

“Kebiasaan ini menyumbang hingga 30 persen, karena itu deteksi dini sangat penting untuk pencegahan,” katanya.

Dengan adanya upaya pemerintah memperkuat deteksi dini penyakit kanker,  Cosphiadi berharap dapat menekan jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker.

“Di Puskesmas nantinya akan ada 10 ribu USG yang akan digunakan untuk deteksi dini kanker payudara, sehingga delay of diagnosis, harapannya bisa kita kurangi,” katanya. 

(Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya