Prospek Gerak Pasar Kripto Pekan Keempat Februari 2023, BTC Apa Kabar?

Pekan ini akan menjadi penting bagi Bitcoin untuk bisa bertahan di level resisten terbarunya.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 20 Feb 2023, 12:03 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Pergerakan pasar kripto pada akhir pekan lalu terpantau sedang melalui fase volatil yang tinggi. Bitcoin (BTC) kembali mencoba untuk bertahan di level resisten pada harga USD 25.000 atau setara Rp 378,9 juta (asumsi kurs Rp 15.151 per dolar AS) untuk ketiga kalinya pada Minggu (19/2/2023) malam.

Lantas bagaimana prospek pasar kripto pada pekan keempat Februari 2023?

Tim riset Tokocrypto dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin, 20 Februari 2023 mengatakan secara keseluruhan pekan ini akan menjadi penting bagi Bitcoin untuk bisa bertahan di level resisten terbarunya. 

“Level resisten USD 25.000 merupakan posisi yang mesti dilewati BTC agar dapat naik lebih jauh. Tak hanya itu, harga di atas USD 25.000 terakhir kali terlihat pada pertengahan Agustus 2022 lalu,” kata tim riset Tokocrypto.

Penyebab Kegagalan BTC Bertahan di Level Resistensi

Salah satu faktor besar kegagalan bertahan di level resistennya itu dikarenakan investor dan trader telah membukukan keuntungan saat BTC tembus level USD 25.000 minggu lalu, karena menghasilkan pengembalian yang mengesankan setelah berminggu-minggu konsolidasi.

Dari sisi sentimen makroekonomi, pekan ini belum bisa disebut sebagai minggu tenang. Pasalnya ada dua agenda penting, yaitu risalah FOMC The Fed dan inflasi PCE. 

“Data inflasi AS yang diawasi ketat The Fed serta risalah kebijakan terbaru The Fed akan menjadi sorotan pada pekan ini. Risalah The Fed akan rilis pada Rabu dan Jumat mendatang,” jelas tim riset.

Jadi sebelum agenda penting yang bisa menggambarkan situasi markoekonomi di AS itu rilis, investor dan trader diharapkan bisa fokus akumulasi dan masuk ke pasar. Dari sisi timeline, awal pekan ini adalah momen yang tepat untuk mengakumulasi kripto.

Pelaku pasar juga harus mewaspadai tindakan dan komentar dari drama di AS. Securities and Exchange Commission (SEC) yang ingin melakukan pengetatan regulasi kripto di AS. Oleh karena itu, bisa saja market bergerak sideways atau datar imbas investor yang masih khawatir dengan masa depan market kripto di AS.


FOMO

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya, CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz membagikan prospek harga bitcoinnya pada di konferensi Bank of America. Pendukung bitcoin sejak lama itu percaya BTC dapat kembali ke USD 30.000 atau setara Rp 454,9 juta (asumsi kurs Rp 15.166 per dolar AS) pada akhir Maret 2023.

“Ketika saya melihat aksi harga, ketika saya melihat kegembiraan pelanggan menelepon, FOMO (takut ketinggalan) meningkat, tidak mengejutkan jika bitcoin berada di USD 30.000 pada akhir kuartal,” kata Novogratz dikutip dari Bitcoin.com, Senin (20/2/2023). 

CEO Galaxy Digital itu sebelumnya memiliki pandangan lebih bullish tentang harga bitcoin. Dia mengatakan pada Maret tahun lalu BTC seharusnya mencapai USD 500.000 atau setara Rp 7,9 miliar lima tahun lagi.

Namun, dia merevisi perkiraannya pada Desember 2022, menyatakan BTC membutuhkan waktu lebih dari lima tahun untuk mencapai tingkat harga tersebut. Dia mengaitkan skeptisismenya dengan kenaikan suku bunga The Fed.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya