Liputan6.com, Jakarta - Aktor Lucky Hakim yang sebelumnya menjabat sebagai wakil bupati Indramayu mencuri perhatian masyarakat karena menyatakan mundur dari jabatannya sebagai wakil bupati. Sebelumnya, Lucky melaju ke kursi wakil bupati setelah menang dalam pikada 2020 lalu bersama Nina Agustina.
Melansir kanal News Liputan6.com, Lucky pun mengiyakan bahwa dirinya resmi mengundurkan diri dari wakil bupati pada 13 Februari 2023. Lucky Hakim mengakui lebih baik menerima hujatan dibandingkan dengan membohongi masyarakat dengan janji kampanyenya yang tidak terwujud.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengaku malu jika tetap bertahan, namun tidak sanggup mengemban amanah masyarakat Indramayu. Lucky Hakim mengakui lebih baik menerima hujatan dibandingkan dengan membohongi masyarakat dengan janji kampanyenya yang tidak terwujud. Ia mengaku malu jika tetap bertahan, tapi tidak sanggup mengemban amanah masyarakat Indramayu.
"Mending saya malu saat ini, berharap Allah memafkan dan masyarakat Indramayu memaafkan, ketimbang pertanggungjawaban saya dunia akhirat," ucap Lucky Hakim kepada wartawan di kawasan Leuwinanggung, Depok, Rabu (15/2/2023).
"Mungkin konsekuensinya saya akan dihujat seluruh masyarakat di Indonesia. Itu lebih tenang daripada saya dengan segala kemewahan dan melihat semua orang saya bohongi, makan gaji buta. Lebih baik saya dihujat dan mengakui kesalahan saya," tambahnya.
Saat masih menjabat, di tengah kesibukannya yang kini menjabat sebagai Wakil Bupati Indramayu periode 2021-2026, Lucky masih bisa menyempatkan waktunya untuk merawat tanaman. Dari hasil berkebunnya itu, ia bisa memetik sendiri berbagai macam bunga yang sukses ia panen.
Jalur Pantura
Bunga yang sudah dipetik itu ternyata akan diracik menjadi satu menu makan siang. Uniknya, bunga-bunga itu dimakan mentah oleh Lucky, namun terlebih dahulu dicuci dan ditambah dengan madu.
Indramayu sendiri terletak di bawah permukaan laut, yang berarti wilayah ini berisiko kebanjiran saat terjadi pasang atau dalam kondisi badai. Namun, Indramayu diberkahi penghalang alami yang berupa bukit pasir untuk melindunginya dari risiko itu. Bukit pasir itu dapat menyerap air dengan baik sehingga di Indramayu tidak akan kebanjiran pada saat air pasang atau badai sekalipun.
Indramayu termasuk salah satu daerah yang berada di jalur Pantura. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang di selatan, serta Kabupaten Subang di bagian barat.
Indramayu terkenal akan produksi padinya yang melimpah. Bahkan pada perayaan HUT Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 2020, Indramayu menerima penghargaan dari Menteri Pertanian sebagai Kabupaten dengan Produksi Beras Tertinggi di Indonesia.
Advertisement
Kota Mangga
Luas wilayah persawahan mencapai 54,35 persen dari total luas wilayah kabupaten tersebut. Pada 2019 lalu, Indramayu mampu memproduksi padi sebanyak 1.376.429 ton gabah kering giling (GKG), dengan produksi beras sebanyak 789.657 ton.
Indramayu juga dikenal sebagai Kota Mangga. Alasan kota tersebut dijuluki sebagai kota mangga karena wilayah Indramayu merupakan penghasil manga yang kualitasnya cukup bagus dan merupakan bias endemik pohon mangga sama seperti India.
Buah mangga dalam Bahasa Indramayu disebut Pelem. Buah ini tumbuh subur dan banyak ditanam oleh masyarakat Indramayu, baik di kebun, pekarangan rumah, hingga bantaran sungai. Maka, julukan Kota Mangga tersemat pada Indramayu.
Jenis mangga Indramayu adalah mangga cengkir. Karakteristik mangga ini adalah punya rasa daging buah yang manis pada waktu masak, dan tidak masam ketika belum masak. Kebun-kebun mangga di kabupaten Indramayu pada umumya menanam tanaman mangga dari bibit mangga hasil okulasi atau hasil perbanyakan vegetatif lainnya, bukan dari biji.
Hasil Panen
Indramayu juga punya kuliner khas lainnya yaitu orog-orog yang berupa kudapan. Kuliner yang satu ini terbuat dari tepung beras yang diberi gula merah, serta parutan kelapa. Pada zaman dahulu kuliner ini disajikan pada acara tahlilan, tepatnya pada hari ketujuh. Namun kini, orog-orog dijajakan secara bebas dan bahkan menjadi oleh-oleh khas Indramayu, selain buah mangga
Indramayu juga punya tradisi Mapag Dewi Sri yang merupakan wujud rasa syukur warga Indramayu atas hasil panen yang diterima. Kegiatan ini wajib diadakan setiap tahun. Mereka percaya melewatkan tradisi ini, keburukan akan menimpa mereka.
Pasalnya, konon, pada 1970-an, kegiatan ini pernah tidak dilaksanakan karena hasil panen sedikit. Pada waktu yang sama, banyak warga setempat yang jatuh sakit. Sejak itu, sekecil apapun hasil panen pesta rakyat Mapag Dewi Sri harus tetap dilaksanakan.
Bagi masyarakat pesisir pantura Indramayu, Mapag Sri adalah ritual yang terhubung dengan mitos Dewi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang Sri yang dianggap sebagai Dewi Padi. Dewi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang dianggap sebagai dewi pemberi kehidupan dan menuntun orang pada berbagai tata cara menghormati arti kehidupan.
Advertisement