Takutkah Orang Indonesia Akan Resesi Global? Ini Jawabannya

Pelemahan ekonomi global yang bisa menuju ke resesi global akan berdampak ke tingkat ekspor Indonesia, serta realisasi investasi di dalam negeri.

oleh Arief Rahman H diperbarui 21 Feb 2023, 10:19 WIB
Pekerja kantoran melintas di pelican cross kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Kamis (5/1/2023). Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai untuk menggenjot ekonomi Indonesia 2023 yang diproyeksi suram akibat resesi global. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah masyarakat mengaku tak terlalu khawatir dengan adanya ancaman resesi global yang turut berdampak ke Indonesia. Beberapa di antaranya menyebut lebih takut akan kenaikan harga sembako yang langsung berdampak ke kantung masyarakat.

Ancaman resesi global disebut-sebut makin nyata dan terasa di Indonesia. Ini diungkap oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia beberapa waktu lalu.

Pelemahan ekonomi global bisa berdampak ke tingkat ekspor Indonesia, serta realisasi investasi di dalam negeri. Di sisi lain, pasca-adanya konflik geopolitik yang berkepanjangan, ditambah melemahnya ekonomi, bakal juga berdampak pada tak pastinya harga pangan dan energi.

Jita, seorang pegawai swasta di Jakarta, mengaku lebih khawatir akan kenaikan harga sembako belakangan ini. Alasannya, itu berpengaruh pada pengeluaran rutin bulanan.

"Jujur aja ya, kita lebih khawatir kalau harga sembako pada naik, ya gimana enggak khawatir coba, cari uang susah ditambah lagi sembako naik terus kan," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (21/2/2023).

Hal senada diungkap Fahreza, salah satu pegawai swasta di Kota Bogor. Dia menyebut tak terlalu khawatir atas dampak resesi global. Dia menyebut, kondisi saat ini perlu diwaspadai di tengah upah yang cenderung tidak naik, padahal kebutuhan bertambah.

"Kalau iya sih dampak banget (kenaikan harga sembako) tapi kalau penghasilan juga naik ya aman-aman aja, seringnya harga naik pendapatan turun," ungkapnya.

Sebagai antisipasi dampak resesi global yang melemahkan sektor usaha dan berujung pemutusan hubungan kerja (PHK), Fahreza melihat peluang lain. Termasuk salah satunya melirik pekerjaan lain atau mencoba jadi wirausaha.

"Mayoritas masyarakat kayanya udah tau deh (kemungkinan PHK), kebanyakan (kerja) kontrak, kalau putus di tengah jalan malah lebih untung bagi sebagian orang ya. Cuman harus pinter juga cari kerjaan lain atau usaha bisa," ujarnya.

Tak Seperti Negara Lain

Sementara itu, Rian, salah satu warga asal Depok, menganggap ancaman resesi global semakin nyata. Dia berharap adanya solusi yang diberikan pemerintah untuk meredam dampak resesi global masuk ke Indonesia.

"Ya semoga aja sih pemerintah bisa ngasih solusi agar kita enggak kena resesi kaya yang negara lain itu," kata dia.

Antisipasi ini, menurut dia, bisa mengacu pada kinerja pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19.

"Ya kaya kemarin itu covid pemerintah juga bisa dibilang berhasil buat bantu masyarakat lewat beberapa bantuan untuk masyarakat," pungkasnya.

 


Kata Pedagang Warteg

Sejumlah masyarakat mengaku tak terlalu khawatir dengan adanya ancaman resesi global yang turut berdampak ke Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Resesi global disebut-sebut mulai menunjukkan tanda-tandanya, termasuk berdampak ke Indonesia. Hal ini, tercermin dari prediksi menurunnya tingkat ekspor dan melemahnya investasi di 2023.

Di sisi lain, pedagang warteg melihat adanya ancaman yang lebih nyata dan menyentuh ekonomi rakyat. Yakni, sulitnya mendapatkan akses untuk membeli minyak goreng kemasan sederhana, Minyakita.

"Masih hunting (mencari), terutama Minyakita," kata Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada Liputan6.com, Senin (20/2/2023).

Mukroni mengatakan kalau kenaikan harga bahan pokok lebih mengkhawatirkan. Pasalnya, itu bakal langsung berdampak ke kantung-kantung ekonomi masyarakat bawah.

"Dampak kenaikan harga (bahan pokok), itu yang sangat menyentuh rakyat bawah yang menjadi pelanggan warteg, itu dampaknya luar biasa," ungkapnya.

Sementara itu, melihat adanya potensi resesi global berdampak ke ekonomi dalam negeri, Mukroni masih melihat optimisme. Apalagi adanya sumber daya yang dimiliki Indonesia.

"Sebenarnya, kalau lihat potensi sumber daya negeri ini yang kaya minera, subur tanahnya negeri ini tidak perlu khawatir," kata dia.

 


Kurangi Porsi

Lebih lanjut, Mukroni mengisahkan langkah yang diambil pedagang usai harga bahan pokok mengalami kenaikan. Ada 2 pilihan, yakni meningkatkan harga jual, atau mengurangi porsi penjualannya.

Ditambah lagi, faktor lainnya seperti daya beli masyarakat yang belum pulih turut berpengaruh ke penjualan pedagang warteg ini.

"Ada yang menaikkan harga kalau posisi ramai, kalau sepi biasanya tidak, paling mengurangi porsinya. Daya beli masyarakat juga belum pulih," paparnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya