Liputan6.com, Wenzhou - Pada 24 Februari 1999, China Southwest Airlines 4509 (SZ4509) terbang dengan rute penerbangan dari Chengdu ke Wenzhou.
Pesawat jenis Tu-154 itu alami kecelakaan karena kesalahan dan masalah pemeliharaan.
Advertisement
Pesawat akhirnya menabrak sebuah desa bernama Baishu, Kota Ruian, wilayah Wenzhou di sebuah lahan pertanian, dilansir dari INF, Selasa (21/2/2023).
Semua penumpang beserta awak kabin dengan total 61 orang, tewas dalam kecelakaan itu.
Pukul 14.35 waktu setempat, pesawat lepas landas dari Bandara Chengdu Shuangliu. Ketinggian jelajah pesawat adalah 11.400 meter. Pukul 16.19 waktu setempat, penerbangan SZ4509 melaporkan ketinggian 5.700 meter dan menghubungi Menara Wenzhou untuk turun ke 2.100 meter.
Menara Wenzhou memerintahkan Penerbangan SZ4509 untuk turun ke ketinggian 1.200 meter (ketinggian tekanan lapangan) dan melewati Stasiun Navigasi Dongshan.
Dua menit kemudian, menara pemantau terus memerintahkan pesawat untuk turun hingga 700 meter dan membuat laporan pendaratan buta. Setelah pilot menanggapi informasi pengontrol, penerbangan SZ4509 kehilangan kontak.
Beberapa saksi mengatakan bahwa mereka melihat pesawat itu jatuh ke tanah setelah melewati deretan bangunan.
Setelah kecelakaan itu, pesawat meledak dan terbakar, menyebabkan asap membumbung tinggi.
Lokasi kecelakaan Penerbangan SZ4509 berada sekitar 500 meter timur laut Desa Baishu, hanya 27 kilometer dari Bandara Wenzhou.
Pemadam kebakaran setempat segera meluncurkan penyelamatan. Setelah tim penyelamat menemukan kecelakaan tersebut, sebuah lubang besar dengan diameter sekitar 15 meter dan kedalaman 3 hingga 4 meter terbentuk di tanah. Lumpur di sekitarnya menumpuk hingga ketinggian 2 meter, dan pesawat hancur dalam radius 500 meter.
Bahan bakar penerbangan mengalir ke mana-mana yang menyebar kebakaran menjadi lebih besar.
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api selama dua jam.
Administrasi Penerbangan Sipil China tidak lama membentuk tim investigasi untuk mengambil alih investigasi lanjutan.
Hasil Investigasi
Penyelidik menemukan black box atau kotak hitam pesawat dari lokasi kecelakaan.
Meski flight data recorder (FDR) masih utuh, pita itu pecah menjadi tiga bagian dan masih ada oli di dalamnya.
Perekam suara kokpit (CVR) juga rusak parah, cangkang luarnya berubah bentuk, ada banyak oli di dalamnya, dan pita putus di banyak tempat.
Catatan CVR menunjukkan bahwa pada pukul 16.02, sebelum pesawat terbang di atas Shangrao, pilot menemukan posisi tongkat kendali terlalu jauh ke depan. Lima menit kemudian, kapten meminta penumpang dan pramugari untuk pindah ke barisan depan.
Pada 16.16, Yao Fuchen selaku pilot mengatakan bahwa tongkat dan posisi permukaan kemudi tidak konsisten. Ia menemukan bahwa semua batang kendali didorong ke bawah dan kecepatan pesawat belum turun, kekuatan tongkat sangat ringan.
Yao Fuchen menemukan bahwa kontrol pengemudi seperti ada yang terputus saat menerbangkan simulator. Oleh karena itu, kapten Yao Fuchen meminta co-pilot Xue Mao untuk lebih memperhatikan saat melepaskan sayap dan menstabilkan pesawat.
Pada 16.30, pilot melepaskan roda pendaratan dan hendak melepaskan sayapnya. Setelah lima detik, pilot berteriak, "Lepaskan!"
Terdengar suara ping-pong-pong dari CVR, sirene juga berbunyi "angle of attack atau overloadnya tinggi", dan alarm kedekatan tanah berbunyi. Pesawat jatuh dengan suara pilot, "Tarik!"
Dari informasi CVR, penyelidik menemukan bahwa sistem pitch Penerbangan SZ4509 tidak berfungsi, yang menjadi penyebab langsung kecelakaan tersebut.
Advertisement
Kecelakaan Pesawat di Nepal
Tidak lama ini, terdapat kecelakaan pesawat di Nepal.
Sebuah pesawat yang membawa sekitar 72 orang dari Kathmandu dilaporkan jatuh di Pokhara Nepal pada 15 Januari 2023.
Pesawat ATR bermesin ganda yang dioperasikan oleh Yeti Airlines saat itu sedang dalam perjalanan dari Kathmandu, ibu kota Nepal, kata seorang pejabat kepada kantor berita Reuters.
Operasi penyelamatan terhambat karena kobaran api di reruntuhan.
Perdana Menteri Nepal Pushpa Kamal Dahal 'Prachanda' telah mengadakan rapat kabinet darurat atas insiden ini.
Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN), pesawat lepas landas dari Kathmandu pada pukul 10.33 waktu setempat.
Pesawat itu hampir mendarat di bandara Pokhara, ketika jatuh di tepi Sungai Seti.
Kecelakaan itu terjadi sekitar 20 menit setelah lepas landas, menunjukkan bahwa pesawat mungkin hendak turun. Waktu penerbangan antara kedua kota adalah 25 menit.
Pesawat terbakar saat jatuh. Tim petugas penyelamat langsung datang dan berusaha memadamkannya.
Helikopter Mendarat Darurat, Polri Beri Pertolongan Pertama dan Evakuasi Kapolda Jambi
Di Indonesia tidak lama ini, ada helikopter yang harus mendadak lepas landas.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berhasil mencapai lokasi helikopter mendarat darurat yang ditumpangi Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jambi dan rombongannya di hutan Bukit Tamia, Muara Emat, Kabupaten Kerinci.
Tim evakuasi pun telah melakukan tugasnya dengan memberikan pertolongan pertama terhadap para korban.
"Proses evakuasi, doakan semoga lancar semua dan cuaca bagus," tutur Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Senin (20/2/2023).
Polri sendiri mengerahkan enam helikopter untuk membantu proses evakuasi kecelakaan helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi di hutan Bukit Tamia, Muara Emat, Kabupaten Kerinci. Peristiwa itu diketahui terjadi pada Minggu, 19 Februari 2023.
"Ada dua tim yang sudah bergerak dimulai tadi malam sampai dengan hari ini, tim udara ada menggunakan kemarin tuh baru tiga heli tapi hari ini kita sudah menggunakan ada enam helikopter," ujar Dedi di Mabes Polri.
Menurut Dedi, total enam helikopter itu berasal dari Polri, TNI Angkatan Udara, hingga Basarnas. Sementara untuk jalur darat, tim evakuasi dipimpin oleh Kapolres Kerinci AKBP Patria Yuda Rahadian telah berhasil bertemu dengan rombongan Kapolda Jambi yang mengalami Kecelakaan di tengah hutan sekitar pukul 04.00 WIB.
Advertisement