BondRI Ungkap 2 Masalah Utama Industri Syariah

Bond Research Institute (BondRI) menilai permasalahan utama yang dihadapi oleh industri syariah domestik adalah minimnya pengetahuan pelaku pasar mengenai prisip syariah terapan.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Feb 2013, 17:11 WIB
Bond Research Institute (BondRI) menilai permasalahan utama yang dihadapi oleh industri syariah domestik adalah minimnya pengetahuan pelaku pasar mengenai prisip syariah terapan.

Direktur Utama BondRI, Tumpal Sihombing, mengatakan, perkembangnya industri syariah di tanah air masih diwarnai kurangnya ketersediaan produk syariah yang terstandarisasi serta minimnya sumber daya manusia kompeten.

"Permasalahan pertama adalah tingkat pengetahuan yang belum memadai," kata  Tumpal, saat menghadiri Pendnatanganan Kerjasama, di Paramadina Graduate Schools, Jakarta, Senin (25/2/2013).

Tumpal menambahkan, selain masalah umum yang dihadapi tersebut, tantangan yang dihadapi industri perbankan syariah adalah masih kecilnya pangsa pasar, berdasarkan aset, dibandingkan total aset perbankan konvensional. Saat ini tercatat, pangsa pasar perbankan syariah hanya 4-5% dari total aset perbankan konvensional tahun 2012. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga, Malaysia, yang sudah mencapai 23%.

"Pekerjaan rumah industri syariah domestik masih banyak dan potensi pasar masiih terlalu besar untuk tidak di garap," ungkap Tumpal.

Untuk mengatasi hal tersebut, BondRI memerlukan agen perubahan konstruksitif yang menyediakan solusi atas kebutuhan informasi dan data yang akurat, kredibel serta berbasis riset dan jasa pengembangan SDM yang berkelanjutan dan bermutu.

"Dengan corporate values yang dimiliki, selaku penyedia data informasi yang akurat melalui aktivitas riset dan edukasi," tutup Tumpal. (Pew/shd)Bond Research Institute (BondRI) menyatakan masalah utama yang dihadapi oleh industri syariah domestik saat ini adalah pengetahuan pera pelaku pasar yang belum memadai mengenai prisip syariah terapan.

Direktur Utama BondRI Tumpal Sihombing mengtakan, kurangnya ketersediaan produk syariaj yang terstandarisasi, serta sejumlah Sumber Daya Manusia yang kompeten masih sangat minim di pasar domestik.

"Permasalhan pertama adalah tingkat pengetahuan yang belum memadai," kata  Tumpal, saat menghadiri Pendnatanganan Kerjasama, di Paramadina Graduate Schools, Jakarta, Senin (25/2/2013).


Tumpal menambahkan, selain masalah umum yang dihadapi tersebut, secara spesifik tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan syariah adalah masih kecilnya pangsa pasar berddasarkan aset dibandingkan total aset perbankan konvensional, hal tersebut terlihat pada pangsa pasar perbankan syariah hanya 4-5% dari total aset perbankan konvensional tahun 2012 nilai ini masih sangat kecil dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang sudah mencapai figur 23%.

"Pekerjaan rumah industri syariah domestik masih banyak dan potensi pasar masiih terlalu besar untuk tidak di garap," ungkap Tumpal.

Tumpal mengungkapkan, untuk mengatasi hal tersebut perlu agen perubahan konstruksitif yang menyediakan solusi atas kebutuhan informasi dan data yang akurat, kredibel serta berbasis riset dan jasa pengembangan SDM yang berkelanjutan dan bermutu bagi segenap pelaku dii industri jasa keuangan dan pasar modal domestik.

"Dengan corporate values yang dimiliki, selaku penyedia data informasi yang akurat melalui aktivitas riset dan edukasi," tutup Tumpal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya