Sirih Pinang dan Kearifan Lokal: Kisah yang Terlewatkan Saat Mengevakuasi Kapolda Jambi

Sirih pinang dan kearifan lokal harus menjadi bagian dalam proses evakuasi. Sebab, di bukit lokasi kelekaaan helikopter itu daerah yang dipercayai penuh mistis.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 21 Feb 2023, 13:13 WIB
Usai menemukan titik lokasi kecelakaan helikopter di perbukitan Tamiai, Muara Emat, Kabupaten Kerinci, Jambi, Senin pagi (20/2/2023), tim evakuasi gabungan langsung mengevakuasi Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono. (Liputan6.com/ Dok Basarnas)

Liputan6.com, Jambi - Kades Pasar Tamia, Kabupaten Kerinci, Jambi, Muklas, menunjukan sebuah tanyangan video pendek. Dalam tayangan itu, mendung dan kabut tebal tiba-tiba datang menyelimuti langit di atas wilayah Tamiai, Selasa (21/2/2023). 

Di ujung langit, di kaki Bukit Tamiai, kabut lebih tebal merambat. Kabut tebal terpatri dan enggan beranjak pergi di atas bukit. Di Bukit Tamiai itulah lokasi kecelakaan helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono dan rombongan hingga mendarat darurat.

Proses pencarian dan evakuasi sudah berlangsung hampir 48 jam, yakni sejak Minggu pagi (19/2/2023) pukul 10.10 WIB sampai Selasa pagi (21/2/2023) pukul 9.40 WIB.

"Kita tidak mau merintangi evakuasi dan semoga proses evakuasi hari ini berjalan lancar. Tapi ada yang terlewatkan dari evakuasi ini," kata Depati Muara Langkap, Mukhri Soni melalui sambungan telepon, Selasa (21/2/2023).

Dia mengatakan yang terlewatkan itu adalah kearifan lokal masyarakat dan larang pantang di dalam hutan. Konon di kawasan Bukit Tamiai yang masih satu bagian dengan Gunung Betuah menjadi daerah terlarang dimasuki sembarang orang. 

Namun dia menyadari kondisi darurat memang kadang membuat tindakan harus cepat. Juga termasuk menggunakan teknologi GPS, yang memotong jalur sehingga jarak dan waktu perjalanan bisa dipotong.

"Ada larang pantang yang dilanggar. Renah si Hijau dan Gunung Betuah itu terlarang dimasuki sembarang orang," kata Datuk Soni.

Menurut Soni, seharusnya jalur heli evakuasi itu cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun, jalur heli itu sudah terlalu jauh ke kiri dan melintasi Gunung Betuah.

"Heli atau pesawat harus hati-hati kalau melintas di atas Gunung Batuah dan Renah si Hijau," kata dia lagi.

 


Mesti Menghormati Kearifan Lokal

Tim darat saat menemukan titik koordinat helikopter jatuh dan Kapolda Jambi yang menjadi korban. (Liputan6.com/Istimewa)

Sebab itu, tim evakuasi menurut Soni, seharusnya memuliakan kearifan leluhur dengan menghormati alam dan tanah sekitar yang berhutan dan berbukit.

"Secara adat seharusnyo minta tolong ninik mamak, kami Depati Muaro Langkap, melalui sirih sekapur," kata dia.

Sirih sekapur atau pinang ini bermakna minta izin, minta dimudahkan. Setelah bertemu dengan penguasa wilayah adat, maka depati sebagai perantara yang meminta hajat. Lantas ninik mamak akan berkomunikasi dengan seluruh lapis mahluk hidup yang berada bukit--lokasi helikopter Kapolda Jambi jatuh.

"Tidak banyak, ini sebagai tanda kita menghormati alam raya seperti membawa sirih selembar, pinang. Ya selayaknya seperti sirih orang mengundang," kata Datuk Soni.

"Kito kasihan pada petinggi yang tersandera cuaca buruk," katanya lagi.

Apalagi hutan di kawasan ini merupakan habitat harimau sumatra, dan satwa liar endemik di Sumatra.


Proses Evakuasi Selalu Terkendala Cuaca

Proses evakuasi rombongan Kapolda Jambi sebelumnya sempat dihentikan sementara, Senin (20/2/2023). Penghentian karena terdapat kabut tebal yang datang secara tiba-tiba saat helikopter datang untuk mengevakuasi.

"Kurang lebih 10 kilometer awalnya (jarak pandang). Tapi saat di atas titik koordinat timbul kabut yang tebal dan ada angin kencang. Tidak terlihat lagi ke bawah" ujar Kepala Operasi Basarnas Jambi, Manca.

Para korban terpaksa menginap di tenda darurat di dalam hutan dengan kondisi terluka. Rombongan ini dijaga dan dirawat dua tim SAR yang datang dari jalur darat, serta satu tim yang datang dari jalur udara, yang totalnya sekitar 30 orang.

Sebelumnya helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono bersama tujuh orang lainnya terjatuh di Desa Tamiai, Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Minggu, sekitar pukul 11.00 WIB, setelah mendarat darurat di lokasi tersebut.

Para korban kecelakaan ini, yaitu Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono, Direktur Reskrimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudistira, Direktur Polairud Polda Jambi Kombes Michael Mumbunan, Koorspri Polda Jambi Kompol Ayani, dan ADC Kapolda Jambi, serta 3 orang kru.

Tim SAR terus berupaya evakuasi helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono di Bukit Tamia, Muara Emat, Jambi. Proses evakuasi dilakukan melalui jalur udara.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, evakuasi melalui jalur udara ini dilakukan untuk mempersingkat proses tim SAR membawa para korban.

Dedi menambahkan, cuaca di TKP pendaratan darurat helikopter sering berubah. Hal ini membuat tim SAR sulit melakukan evakuasi korban.

"Perlu rekan-rekan ketahui bahwa yang menjadi kendala utama proses evakuasi ini adalah cuaca. Karena cuaca ketika sudah angin, kemudian berkabut bahkan ada petir. aka proses evakuasi dihentikan sampai sore hari ini," kata Dedi.

Kondisi ini membuat tim evakuasi jalur udara menghentikan misinya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan seluruh korban.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya