Turis Australia Digigit Tomcat Saat Liburan di Bali, Kulit Melepuh dan Alami Mual

Walau sakit digigit tomcat, turis Australia ini mengaku tidak kapok liburan di Bali.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Feb 2023, 15:03 WIB
Ilustrasi turis Australia digigit tomcat saat liburan di Bali. (Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Stephanie Moody, turis Australia yang menceritakan pengalaman kurang mengenakkan saat liburan di Bali. Perempuan yang berprofesi sebagai perawat ini mendapati ruam merah di kulitnya, yang awalnya ia anggap sebagai tanda terbakar sinar matahari.

Melansir New York Post, Selasa (21/2/2023), perempuan asal Kanada yang sekarang tinggal di Mudgee, New South Wales, Australia ini bercerita menghabiskan waktu di Ubud ketika ia melihat ruam merah di kulitnya. Awalnya, ia tidak terlalu memikirkannya.

Sekitar empat hari kemudian, ketika ia pindah berlibur di Kuta dan bersiap terbang pulang, lepuh kecil mulai muncul di kulitnya. "Itu terlihat sangat menjijikkan dan menyakitkan," kata Moody pada news.com.au.

Ia menginap di Hotel Hard Rock, yang "untungnya" memiliki klinik kesehatan, sebutnya. "Perawat (di klinik kesehatan) itu mengatakan, 'Saya pikir Anda perlu antibiotik. Apakah Anda ingin saya memanggil dokter?' Saat itu, saya berpikir saya hanya akan menunggu (tanpa diperiksa dokter) karena saya akan kembali ke Australia malam ini," katanya.

Ia menyambung, "Dalam satu jam (setelah diperiksa perawat), warnanya jadi kuning dan melepuh seperti balon, satu kuning besar. Saya akhirnya mulai merasa sakit. Saya mengalami gejala demam dan merasa sangat mual."

Moody mengatakan, ia awalnya mengira itu semata "Bali belly," tapi merasa "sangat sakit" sehingga klinik hotel akhirnya memanggil seorang dokter, yang mengatakan bahwa ia telah berkontak dengan serangga berbisa yang disebut kumbang tomcat. Ia akhirnya diberi antibiotik dan krim IV untuk merawat area tersengat.

 


Tidak Kapok Liburan di Bali

Ilustrasi turis Australia digigit tomcat saat liburan di Bali. (Liputan 6 TV)

Moody menjelaskan, "Saya tidak bisa cukup berterima kasih pada mereka. Ia (dokter) memang mengatakan pada saya bahwa saya sangat beruntung karena diobati segera setelah mulai melepuh. Jika saya membiarkannya tidak diobati dan naik pesawat, saya akan kesusahan selama penerbangan."

"Ia (dokter) mengatakan ia punya pasien seorang gadis kecil yang memilikinya (reaksi digigit tomcat) di satu sisi dan karena ia menyentuhnya, racunnya berpindah ke kaki yang lain, dan kakinya ditutupi ruam-ruam. Racunnya bisa berpindah jika Anda menyentuhnya," imbuhnya

Moody berkata bahwa ia telah melihat kumbang "di mana-mana" di Ubud, tapi tidak merasakan satu sentuhan pun padanya. Meski pengalaman tersebut tidak membuatnya takut pergi ke Bali dan keluarganya akan kembali lagi ke Pulau Dewata akhir tahun ini, Moody ingin wisatawan lain mengetahui tentang kumbang tersebut, sehingga mereka menahan diri untuk tidak menyentuh ruam dan segera mencari pengobatan.

Ketika berbicara pada news.com.au Jumat, 17 Februari 2023, lima hari sejak ia mendarat kembali di Australia, Moody mengatakan, ia masih mendapati lepuh baru yang muncul lagi hari itu. Ia berharap itu tidak meninggalkan bekas luka.

 


Gigitan Tomcat

Ilustrasi turis Australia digigit tomcat saat liburan di Bali. (Liputan 6 TV)

Kumbang kelana, atau yang dikenal secara lokal di sejumlah wilayah Indonesia sebagai tomcat, adalah serangga kecil yang terlihat seperti semut panjang dengan bagian belakang tubuh yang runcing. Jika Anda secara tidak sengaja menyentuhnya atau mematikannya di dekat kulit, itu memicu pelepasan cairan selomnya, yang mengandung paederin, bahan kimia yang melepuh kuat.

Ahli ekologi dan profesor Universitas Sydney Dieter Hochuli sebelumnya mengatakan pada news.com.au bahwa toksin ada dalam darah kumbang betina dan dilepaskan saat Anda bersentuhan dengan mereka. "Menyingkirkannya dapat menambah masalah, karena Anda akhirnya menyebarkan racun," katanya.

Prof Hochuli mengatakan, penelitian menunjukkan dermatitis yang disebabkannya membutuhkan waktu sekitar 12--36 jam untuk muncul, dan orang yang berbeda merespons dengan cara yang berbeda.

"Biasanya menyebabkan ruam yang bisa berkembang jadi lepuh yang sangat parah," ucapnya. "Setelah itu, (bisa berkembang) jadi iritasi dan Anda bisa mendapatkan kulit berkerak dan bersisik, butuh waktu untuk sembuh."

 


Tujuan Kunjungan Wisman

Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Prof Hochuli mengatakan, butuh beberapa minggu untuk menyembuhkan kulit, tapi beberapa orang melaporkan butuh waktu lebih lama. Ia menduga waktu penyembuhan tergantung pada paparan awal dan kondisi selanjutnya untuk penyembuhan kulit, seperti membatasi iritasi dan infeksi lainnya.

Ia menyarankan mereka yang bersentuhan dengan kumbang untuk terlebih dahulu mencuci area yang teriritasi dengan air sabun dingin. "Jika benar-benar parah, krim/salep steroid dapat mengurangi efek fisik toksin pada area terdampak," tambah Prof Hochuli.

Bali merupakan destinasi yang sudah dikenal di mata dunia. Karena itu, Pulau Dewata diharapkan jadi salah satu penopang target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), yakni 7,4 juta pada 2023.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut bahwa Bali diharapkan bisa mendatangkan sekitar empat juta wisman tahun ini. Demi mencapat target tersebut, pihaknya mengaku berusaha maksimal dengan menyiapkan berbagai program. Ini secara khusus berfokus pada pariwisata berkualitas dan berkelanjutan dengan alam dan budaya sebagai daya tarik utama. 

Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya