Fakta Demam Lassa, Penyakit dari Tikus yang Membunuh 85 Orang di Nigeria

Menurut WHO, demam lassa menular dari kontaminasi kotoran tikus.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Feb 2023, 14:39 WIB
Ilustrasi Tikus (Sipa/Pixabay).

Liputan6.com, Abuja - Demam Lassa tengah melanda Nigeria. Korban jiwa akibat penyakit tersebut dilaporkan terus bertambah. Terkini, jumlah kematian akibat demam Lassa mencapai 85 orang. 

Dilansir Xinhua, Selasa (21/2/2023), angka 85 korban itu tercatat sejak awal tahun ini. Nigeria Center for Disease Control (NCDC) menyebut 15 kasus kematian berasal dari periode waktu akhir Januari hingga pertengahan Februari 2023. 

Total kasus tercatat pada periode tersebut ada 68 kasus baru, sehingga menambah jumlah kasus menjadi 531. Mayoritas kasus berdampak ke usia 21-30 tahun. Tingkat kematian mencapai 16 persen. 

Berikut fakta dan penjelasan umum tentang virus Lassa dari CDC Amerika Serikat:

  • Lokasi Penyebaran

Situs CDC Amerika Serikat menjelaskan bahwa "host" dari Virus Lassa adalah binatang pengerat bernama tikus multimammate (Mastomys natalensis). Ketika tikusnya terinfeksi, tikus jenis itu bisa menyebarkan virusnya melalui urin.

Tikus jenis ini juga sering berkembang biak dan menghasilkan banyak keturunan. Jumlahnya pun sangat banyak di sabana dan hutan Afrika di wilayah barat, tengah, dan timur. 

  • Cara penyebaran

Tikus jenis tersebut juga serang masuk ke rumah-rumah manusia untuk mencari makanan. Virus lassa pun jadi bisa tersebar apabila hasil kotoran tikus itu tersentuh manusia.

Selain itu, kontak antar-manusia juga bisa menularkan Virus Lassa, seperti melalui darah atau sekresi. Sentuhan biasa tidak menyebarkan virus ini.

  • Gejala 

Gejala dari demam Lassa biasanya terjadi 1-3 pekan setelah pasien terkontaminasi dengan virusnya. Mayoritas gejala demam Lassa tergolong ringan (hampir 80 persen).

Gejala yang tidak parah seperti demam ringan, lelah, hingga pusing. Namun, 20 persen kasus lainnya tergolong parah. Gejala bisa bertambah jadi pendarahan (seperti di mata, gusi, hidung), sulit bernafas, muntah-muntah, bengkak wajah, dan nyeri di dada.


Dampak ke Pendengaran

Ilustrasi Tuli Foto oleh Wendy Wei dari Pexels
  • Tuli

Apabila COVID-19 bisa menghilangkan indera perasa dan penciuman, dampak dari demam Lassa adalah mengganggu pendengaran. Hal ini menjadi komplikasi paling umum dari demam ini. Kehilangan pendengaran akibat penyakit ini juga bisa permanen. 

Masalah ini bisa muncul baik itu juga penyakitnya ringan atau berat. 

  • Kematian di RS

Sekitar 15 persen hingga 20 persen pasien yang dirawat ke rumah sakit akibat penyakit ini meninggal dunia. Namun, hanya 1 persen dari keseluruhan pengidap Virus Lassa yang meninggal. Namun, ibu hamil sangat rentan dari penyakit ini.

  • Obat

Ribavirin disebut sebagai obat yang manjur untuk pasien-pasien demam Lassa. Obat ini terutama efektif di tahap awal penyakit. Selain itu, pasien harus mendapatkan asupan cairan dan elektrolit yang cukup, oksigenasi, dan tekanan darah yang baik, serta perawatan lain untuk mencegah komplikasi.

  • Pencegahan 

Hindari kontak dengan tikus Mastomys, terutama di daerah yang terjadi ledakan kasus. Taruh juga makanan di tempat yang tak bisa dijangkau tikus. Bersih-bersih rumah juga bisa membantu agar tikus tidak mau datang. Jangan pula memakan hewan pengerat ini.

Faktor lain yang penting adalah edukasi bagi masyarakat. Bila merawat pasien dengan penyakit ini, pastikan menggunakan alat pelindung seperti masker dan sarung tangan.

Infografis Yuk Kenali Mutasi Virus Covid-19 Penyebab Varian Baru Bermunculan. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya