Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mendengungkan kebijakan hilirisasi untuk semua sumber daya Alam (SDA) Indonesia. Salah satu keuntungan dari hilirisasi ini adalah memberikan nilai tambah ke semua produk.
Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Anggawira menjelaskan, meskipun memiliki dampak positif yang cukup besar, proyek hilirisasi ternyata juga memakan korban. Salah satu korbannya adalah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).
Advertisement
“Memang ke depan sudah dan akan disetop dan kita diminta buat bersiap dan berkolaborasi karena memang kadang untuk program hilirisasi ini yang jadi korbannya pelaku usaha kecil dan menengah,”” kata Anggawira di Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Anggawira menjelaskan program hilirisasi bagi perusahaan besar memiliki jalan keluarnya sendiri. Sebaliknya, bagi pelaku usaha kecil dan menengah harus membuat model bisnis yang tepat agar bisnisnya tetap bisa berjalan.
“Kalau yang kecil-kecil dan menengah ini harus berkolaborasi membuat suatu bisnis model yang tepat supaya tambang yang dimiliki masih bisa survive,” kata dia.
Mengingat tujuan utama hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah dari hasil produk tambang. Makanya dibutuhkan industrialisasi yang disokong permodalan yang cukup.
Pendanaan
Sementara, dana yang dimiliki pengusaha kecil dan menengah terbatas. Belum lagi sulitnya perbankan dalam memberikan akses pembiayaan.
“Makaya kita juga minta perbankan agresif untuk melakukan membiayai pengusaha karena tanpa dukungan perbankan relatif sulit untuk bertumbuh,” katanya.
Terkait hal ini, Presiden Jokowi juga sudah menegur perbankan. Merek diminta untuk memberikan permodalan bagi pengusaha yang akan mengembangkan hilirisasi.
“Sebenarnya ini juga sudah di-warning oleh pemerintah. Saya rasa kita minta perbankan untuk lebih korporatif dengan kita semua,” pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Pesan Jokowi ke Pengusaha Tambang: Siap-Siap Ekspor Saya Setop
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mewanti-wanti para pengurus baru dan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Utamanya para pengusaha muda pemilik tambang mineral.
Hal ini berkaitan dengan komitmen pemerintah era Jokowi yang akan melarang banyak ekspor bahan tambang mentah. Sebut saja, komoditas nikel yang sudah dilarang, menyusul bauksit dipertengahan tahun 2023 ini, lalu rencana setop ekspor timah.
"Saya minta seluruh anggota Hipmi yang memiliki tambang, baik nikel, bauksit, tembaga, timah, emas, mulai siap-siap. Karena semuanya saya pastikan akan kita stop, kita stop, kita stop," ujar Jokowi dalam sambutannya di Pelantikan Pengurus Pusat Hipmi, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Senin (20/2/2023).
Bukan tanpa alasan, Jokowi menegaskan keinginannya untuk meningkatkan nilai tambah bagi kantung negara. Rencana hilirisasi ini yang terus didorong oleh Jokowi dan seluruh kabinetnya.
Jokowi Tak Gentar
Melihat proses larangan ekspor nikel mentah yang sudah berlaku, dia menegaskan tidak gentar meski berkali-kali digugat ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dia berpesan kepada pada pengusaha dan menteri kabinetnya yang hadir untuk tetap mengupayakan kebijakan itu.
"Hilirisasi induistri, meski tantangan juga tidak mudah, tapi terus akan kita teruskan, kita tidak akan berhenti meskipun didgugat, kita akan terus," ungkapnya.
"Karena yang kita inginkan adalah nilai tambah, meskipun kita sekarang ini pada proses banding digugat WTO tetep akan terus. Jangan sekali-kali kita belok (berubah pikiran/mengalah), kita takut, karena nilai tambahnya betul-betul sangat besar sekali," tegas Jokowi.
Advertisement
Ekosistem Kendaraan Listrik
Pada kesempatan ini, kepala negara menyontohkan hilirisasi di sektor baterai kendaraan listrik atau EV battery. Dari satu sisi ini, meningkatkan nilai tambah yang cukup besar.
Dia memprediksi, dengan mampu melakukan hilirisasi di sektor ini, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Berbagai proyek hilirisasi, mulai dari smelter dan pengolahan produk turunannya sedang digarap berbagai pihak.
"Ekosistem EV baterai, masuk ke ekosistem lebih besar, otomotif industri yang listrik, untuk EV ini kalau berjalan itu larinya bisa ke bawah bisa ke mana-mana. Karena industri supporting untuk membantu industri akan sangat jutaan, melahirkan ekonomi-ekonomi menengah dan kecil yang sangat bermanfaat bagi kita," urainya.