Liputan6.com, Jakarta - Bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama kali dipelajari oleh seseorang sejak kecil secara alamiah. Ini menjadi dasar sarana komunikasi serta pemahaman terhadap lingkungan sekitarnya.
Bahasa ibu pun ada hari khususnya. Pada 21 Februari, dunia merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day.
Advertisement
Tiap tahun, terdapat tema yang berbeda-beda untuk Hari Bahasa Ibu Internasional.
Tahun ini, Hari Bahasa Ibu Internasional ke-24 akan fokus pada tema "Pendidikan multibahasa, kebutuhan untuk mengubah pendidikan", dikutip dari laman resmi UNESCO, Selasa (21/2/2023).
Pendidikan multibahasa yang berbasis bahasa ibu dinilai mampu memfasilitasi akses dan inklusi dalam pembelajaran bagi kelompok penduduk yang menggunakan bahasa nondominan, bahasa kelompok minoritas, dan bahasa pribumi.
Sebelumnya, tema tahun 2022 adalah "Menggunakan teknologi untuk pembelajaran multibahasa: Tantangan dan peluang", sedangkan tema tahun 2021 adalah "Membina multibahasa untuk inklusi dalam pendidikan dan masyarakat".
Dalam rangka menyelenggarakan Hari Bahasa Ibu Internasional 2023, UNESCO akan mengadakan acara virtual pada 21 Februari dari pukul 09.30 pagi hingga 05.30 sore waktu Central European Time (CET).
Acara virtual itu bisa disaksikan di kanal YouTube resmi UNESCO. Agendanya akan mengeksplorasi dan memperdebatkan potensi multibahasa untuk mengubah pendidikan, dari perspektif pembelajaran seumur hidup dan dalam konteks yang berbeda.
Diskusi berdasarkan pada tiga tema yang saling terkait, yakni bagaimana meningkatkan pendidikan multibahasa sebagai kebutuhan untuk mengubah pendidikan dalam konteks multibahasa dari pendidikan anak usia dini dan seterusnya. Kemudian, bagaimana mendukung pembelajaran melalui pendidikan multibahasa dan multibahasa dalam konteks global yang cepat berubah dan dalam situasi krisis termasuk konteks darurat. Terakhir, bagaimana merevitalisasi bahasa yang menghilang atau terancam punah.
Sejarah Terbentuknya Hari Bahasa Ibu Internasional
Hari Bahasa Ibu Internasional ini bertujuan untuk mempromosikan keragaman bahasa dan budaya, serta multibahasa. Sebab, agar masyarakat dapat berkelanjutan, keanekaragaman budaya dan bahasa sangat penting untuk dilestarikan.
UNESCO menyetujui gagasan untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional pada November 1999.
Melansir dari The Economic Times, hari tersebut awalnya ditetapkan atas inisiatif Bangladesh.
Hari Bahasa Ibu ini menghormati dan mengingat gerakan bahasa sejarah dan para martir yang memberikan hidup mereka di Bangladesh pada 1952. Hari tersebut juga dikenal sebagai Matribhasha Diwas yang dirayakan secara luas oleh masyarakat Bangladesh.
Hari Bahasa Ibu ini merayakan bahasa sebagai alat yang ampuh untuk inklusi sosial dan pembangunan global. Hal ini berusaha untuk mempromosikan tujuan pembangunan jangka panjang dari keadilan untuk semua.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mendukung deklarasi Hari Bahasa Ibu dan mendorong negara-negara anggota agar mengambil tindakan untuk melestarikan dan melindungi semua bahasa yang digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia.
Sebab, bahasa memegang peranan penting dalam membawa perubahan dan pertumbuhan peradaban manusia.
Advertisement
Presiden Jokowi Pernah Singgung Hari Bahasa Ibu Internasional
Presiden Joko Widodo atau Jokowi pernah menyambut dan mengucapkan selamat Hari Bahasa Ibu Internasional pada 2021.
Presiden Jokowi saat itu menyapa masyarakat Indonesia melalui unggahan di akun Instagram resminya.
"Saya ingin menyapa Anda semua di seluruh Tanah Air dengan bahasa ibu saya: pripun kabare?" tulis Jokowi di takarir (caption) unggahannya.
Pribun kabare adalah bahasa Jawa yang berarti "Apa kabarmu?"
Dalam kesempatan itu, Jokowi ingin mengingatkan bahwa Indonesia memiliki banyak kekayaan serta keragamaan suku dan bangsa. Hal tersebut, kata Jokowi, dipersatukan lewat bahasa Indonesia.
"Indonesia sungguh kaya akan keragaman, dihuni lebih seribu suku bangsa yang berbicara dalam lebih 700 bahasa daerah. Semuanya dipersatukan oleh bahasa Indonesia yang kita pahami bersama," kata Jokowi.
Jokowi pun melontarkan pertanyaan kepada warganet tentang penggunaan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari.
"Masihkah Anda berbahasa ibu sehari-hari?" tanya Jokowi.
KJRI Perth Tekankan Pentingnya Peran Ibu Jaga Bahasa Indonesia
Sementara itu, pentingnya bahasa ibu pernah diingatkan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Perth Dewi Tobing.
Berbagai kegiatan diselenggarakan perwakilan Indonesia di luar negeri, yang berperan dalam meningkatkan keakraban dan silaturahmi antarmasyarakat Tanah Air di luar Indonesia, termasuk di Australia.
Bekerja sama dengan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Istimewa Western Australia, Dharma Wanita Persatuan KJRI Perth menyelenggarakan seminar bertajuk "Pemberdayaan Peran Ibu sebagai Lembaga Pendidikan Perdana dalam Pelestarian Bahasa Indonesia".
Kegiatan itu dihadiri oleh lebih dari 100 peserta.
Dewi Tobing dalam sambutannya pada pembukaan kegiatan tersebut menyatakan, salah satu cara paling efektif untuk melestarikan eksistensi bahasa Indonesia adalah dengan cara melestarikan peran Kaum Ibu sebagai penjaga warisan bahasa dan budaya bangsa. Sebab, melalui Kaum Ibu-lah warisan bahasa suatu bangsa dapat dilestarikan.
"Karena tiada yang lebih kuat berakar dalam benak seorang manusia, selain dari bahasa ibu," ucapnya.
Advertisement