Liputan6.com, Jakarta - Pada awal tahun ini, sebuah istilah baru Lucky Girl Syndrome viral di TikTok, terutama di kalangan gen Z.
Lucky girl syndrome adalah sebuah bentuk manifestasi yang dilakukan dengan mengucapkan afirmasi positif agar mendapatkan keberuntungan atau menjadi 'lucky girl' dalam keseharian.
Advertisement
Bermula dari video TikTok seorang pembuat konten, Laura Galebe, video yang menjelaskan pengalamannya dengan lucky girl syndrome tersebut kini telah mencapai 3.2 juta penonton.
"Rahasianya adalah untuk berasumsi (positif) dan mempercayainya sebelum (kita) bisa melihat buktinya. Jadilah delusional," tulis perempuan berumur 22 tahun tersebut pada keterangan video.
Tentang Lucky Girl Syndrome yang Viral di Kalangan Gen Z
Lebih jauh, lucky girl syndrome merupakan ide bahwa dengan membicarakan mimpi-mimpi mereka, para perempuan dapat mewujudkan apapun yang mereka inginkan.
Keinginan pun dapat beragam, mulai dari manifestasi uang, hubungan asmara, karier, dan sebagainya.
"Teman-temanku dapat menjamin, setiap hari aku berkata 'hal-hal baik selalu terjadi kepadaku tanpa terduga', dan aku memercayainya setiap kali aku berkata demikian," kata Laura dalam video tersebut.
Dengan afirmasi Laura mengaku telah menerima banyak keberuntungan terjadi kepadanya.
"Jika yang aku inginkan tidak terwujud, biasanya hal yang lebih baik akan datang," dia menambahkan.
Bahaya Lucky Girl Syndrome Menurut Psikolog
Menurut seorang psikolog dan Penasihat Nasional Manajemen Perangkat Sehat asal Newport, Don Grant, bagaimana juga tidak ada orang yang bisa mengubah lampu lalu lintas menjadi hijau saat telat kerja ataupun menyembuhkan seseorang yang sakit melalui manifestasi semata.
Sama seperti banyak hal, lucky girl syndrome juga memiliki kelebihan dan kelemahannya. Berdasarkan penjelasan Don, orang-orang yang percaya bahwa hal yang mereka manifestasi akan terjadi, sangat mungkin untuk kecewa saat hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.
"Mereka dapat marah, kacau secara emosional, bahkan meragukan mereka sendiri. Mengabaikan kenyataan tidaklah baik untuk kesehatan mental," kata dia.
Selain itu, manifestasi juga dapat menjadi berbahaya. Dilansir dari Newport Institute, manifestasi dapat membuat generasi muda percaya bahwa mereka dapat mengontrol keadaan yang terjadi di sekitar mereka.
Tak hanya itu, mereka juga dapat merasa bersalah dan takut jika pikiran-pikiran negatif merekalah yang membuat hal-hal buruk dapat terjadi.
Don juga menyinggung adanya perbedaan hak istimewa atau privilege yang dimiliki setiap orang. Menurutnya, kenyataannya, beberapa orang tidak memulai kehidupan dengan sumber penyokong yang kuat, seperti keadaan keluarga, peluang, dan kemampuan.
"Bukan berarti orang-orang tersebut tidak bisa mengatasi tantangan hidup, tetapi kenyataannya akan lebih sulit bagi mereka untuk meraih banyak hal," dia menambahkan.
Advertisement
Dampak Buruk bagi Kesehatan Mental
Berdasarkan Newport Institute, ada beberapa isu kesehatan mental yang dapat terjadi dalam kaitannya dengan manifestasi lucky girl syndrome.
-
Toxic positivity
Berusaha untuk terus positif dapat menyebabkan toxic positivity, yaitu dampak yang dapat ditimbulkan akibat terlalu sering berpikir positif.
Hal ini dapat membuat seseorang mengabaikan perasaan dan pikiran negatifnya, yang kemudian berdampak buruk bagi kesehatan mental.
-
Rencana untuk kegagalan
Manifestasi mengajarkan bahwa kita dapat mencapai keinginan tanpa mengambil langkah nyata dan praktis untuk mencapainya.
Pemikiran ajaib ini sangat mungkin membuat kita gagal dan kecewa, juga dapat berkontribusi pada perasaan rendah diri.
-
Gejala OCD dapat memburuk
OCD atau Obsessive-Compulsive Disorder merupakan gangguan mental yang membuat pasiennya melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang dan cenderung tidak bisa dikontrol.
Christine Purdon dari University of Waterloo menunjukkan dalam studinya bahwa orang dengan OCD lebih cenderung percaya bahwa memiliki emosi dan pikiran akan menghasilkan sesuatu yang negatif terjadi.
Akibatnya, mereka menggunakan ritual dan perilaku kompulsif sebagai cara untuk menangkal hal-hal buruk tersebut.
Lucky Girl Syndrome Tetap Dapat Membuat Bahagia
Tentunya, memiliki sikap positif lewat lucky girl syndrome dapat membuat bahagia dan mendatangkan hal-hal baik, selama kita juga menyadari bahwa memiliki pikiran buruk tidak berarti hal buruk akan terjadi.
Kenyataannya, semua orang terkadang memiliki pikiran dan emosi negatif. Menurut Newport Institute, saat seseorang berhenti menyingkirkan pikiran 'buruk' akan lebih mudah untuk menerima pikiran baik.
Seorang psikolog asal Harvard University, Tal Ben-Shahar menjelaskan bahwa saat seseorang sering bersyukur, dia akan merasa lebih baik.
Saat itulah, dia juga menjadi lebih terbuka untuk mengejar dan memperhatikan hal-hal baik dalam hidupnya.
"Kemudian, ia jadi memiliki lebih banyak alasan untuk bersyukur. Ketika Anda menghargai hal-hal baik, hal-hal tersebut akan menghargai Anda," katanya.
Advertisement