Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menegaskan, status kasus gagal ginjal akut di Jawa Barat (Jabar) dan Maluku masih suspek. Dalam hal ini, belum dinyatakan confirm (terkonfirmasi) positif gagal ginjal akut.
Pada kasus dugaan gagal ginjal akut di Jawa Barat, dilaporkan dialami balita berusia 3 tahun satu bulan berdomisili di Cirebon, yang kemudian dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Satu lagi, suspek asal Ambon, yang belum diketahui secara rinci kronologinya.
Advertisement
"Yang kemarin suspek di Cirebon, Jawa Barat dan Ambon, Maluku, indikasinya masih belum confirm secara klinis," terang Budi Gunadi di sela-sela acara 'Hari NTDs Sedunia' di The Krakatau Grand Ballroom, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada Selasa, 21 Februari 2023.
"Sesudah dikasih obat antiinfeksi, sekarang sedang dites darahnya, apakah ada (cemaran) Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG)."
Menurut Menkes Budi, hasil pemeriksaan darah untuk melihat kandungan EG dan DEG semestinya sudah keluar. Cemaran EG dan DEG ini diperoleh dari adanya konsumsi obat sirup.
"Harusnya udah keluar hari ini. Nanti kalau sudah keluar, kami update (perbarui), tapi masih suspek ya belum confirm," ucapnya.
Satu Kasus Baru Positif Gagal Ginjal Akut
Ditambahkan Menkes Budi Gunadi Sadikin, pelaporan kasus gagal ginjal akut yang kembali muncul baru terkonfirmasi satu kasus. Kasus gagal ginjal akut muncul kembali pada 25 Januari 2023 setelah nihil sejak awal Desember 2022.
Satu konfirmasi kasus yang dimaksud adalah pasien dari DKI Jakarta, yang dilaporkan pada awal Februari 2023.
"Gagal ginjal itu confirm satu kasus gagal ginjal di Jakarta," tambah Budi Gunadi.
Sebelumnya, satu pasien suspek Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) dinyatakan negatif setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Adapun satu suspek yang dimaksud adalah pasien anak berusia 10 tahun di Jakarta yang sempat dilaporkan mengalami demam pada 26 Januari 2023 dan ada keluhan tidak bisa buang air kecil (anuria).
Sementara satu pasien lainnya yang dirawat di RSUD Dr. Moewardo Surakarta, Jawa Tengah itu tidak termasuk ke dalam kategori GGAPA karena mengalami gagal ginjal yang disebabkan oleh penyakit bawaan.
“Keduanya bukan pasien terkonfirmasi GGAPA” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril di Jakarta pada Jumat, 10 Februari 2023.
Advertisement
Masih Tunggu Data Lab
Menkes Budi Gunadi Sadikin pada Senin (20/2/2023), belum bisa memastikan pasien balita berusia 3 tahun di Jawa Barat terjangkit Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA). Sebab, bisa saja terinfeksi campak atau penyakit lainnya.
“Sekarang sedang dicek, apakah itu gagal ginjal atau tidak. Kalau indikasi sementara itu infeksi. Bisa campak,” katanya usai Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kemenkes RI dan PT Astrazeneca Indonesia di Gedung Kemenkes RI Jakarta.
Budi Gunadi mengatakan, dugan itu menguat lantaran kondisi pasien membaik setelah diberi obat antiinfeksi. Sementara pasien yang mengalami gangguan ginjal akut akibat keracunan obat sirup tidak akan membaik setelah diberi obat antiinfeksi.
“Kalau gagal ginjal itu, misalnya begini, kalau dia dikasih obat-obatan antiinfeksi biasanya dia tidak bereaksi. Sekarang dikasih obat-obatan anti-infeksi, tidak dikasih Fomepizole,” lanjutnya.
Saat ini para dokter dari RSCM Jakarta masih menganalisis penyebab penyakit pasien tersebut. Mereka masih menunggu data hasil pemeriksaan laboratorium.
“Kami masih menunggu juga data labnya karena mesti diperiksa data darahnya, data plasmanya dan data obatnya, apakah ada Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). Harusnya hari Senin ini keluar,” ucap Budi Gunadi.
Baca Juga