Liputan6.com, Bandung - Saat ini, warganet muslim tengah dihebohkan dengan kabar Arab Saudi yang akan membangun sebuah pusat kota modern terbesar di dunia yang berlokasi di Ibu kota Riyadh. Namun, yang membuat heboh warganet adalah sebuah proyek bernama ‘The Mukaab’ yang merupakan gedung berbentuk kubus.
Baca Juga
Advertisement
Banyak sejumlah warganet mengkritik bahwa proyek tersebut berbentuk seperti bangunan Ka’bah sehingga dijuluki Ka’bah baru. Seperti mengutip dari Middle East Monitor, banyak pengguna media sosial yang mengkritik hal tersebut terutama kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS).
Diketahui, Putra Mahkota Mohammed bin Salman sendiri sudah disahkan olehnya. Adapun proyek ini dikembangkan oleh Perusahaan Pengembangan Murabba Baru (NMDC) yang didukung oleh Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi.
Proyek ini juga dipimpin oleh Putra Mahkota MbS dan lokasinya dikabarkan akan terletak di antara Jalan Raja Salman dan Raja Khalid di barat laut Riyadh. Melansir dari Asianews, bentuk bangunan tersebut berbentuk kubus raksasa setinggi 400 meter.
Gedung itu disebut akan menampung sekitar ratusan ribu penduduk bersamaan dengan hotel mewah, museum, hingga tempat hiburan. Bahkan proyek ini disebut menjadi simbol filosofis Arab Saudi Baru dan Mohammed bin Salman mengharapkan pengerjaan tersebut selesai pada 2030.
The Mukaab sendiri dikabarkan menjadi kelanjutan ideal dari Neom yaitu kota yang telah dibangun di Saudi selama beberapa tahun. Namun, banyak warganet yang mengkritik pedas pada proyek tersebut karena ironisnya bentuk bangunan tersebut karena disebut jadi Ka’bah Baru.
"MBS ingin membuat Ka’bah baru yang disebut Mukaab yang juga berbentuk kubus di Saudi. Dalam sebuah video yang mengumumkan proyek tersebut terdapat NOL simbol Islam. Jangan lupakan kota NEOM yang memiliki pantai & alkohol. Hanya orang buta yang berpura-pura tidur yang tidak bisa melihat ke mana arahnya," komentar salah satu akun.
"Tampaknya (Putra mahkota) sedang membangun Ka’bahnya. Apakah dia akan menegakkannya sebagai kiblat baru bagi jamaah?" kata Akademisi Asad Abu Khalil mengutip dari Middle East Monitor.
"Membangun Ka’bah baru yang secara eksklusif ditujukan untuk kapitalisme agak terlalu sulit," kata reporter Intercept Murtaza Hussain.