Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengumumkan adanya penyesuaian harga kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) atau Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) yang akan naik 5 persen.
“Pemerintah dalam waktu dekat akan melakukan penyesuaian harga LCGC. Saya umumkan penyesuaian harga LCGC sebesar 5 persen,” kata Menperin dikutip dari Antara, Selasa (21/2/2023).
Advertisement
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33 Tahun 2013 tentang Pengembangan Produksi KBH2, harga acuan yang ditetapkan adalah sebesar Rp 95 juta.
Harga tersebut kemudian direvisi dan tertuang dalam Permenperin Nomor 36 Tahun 2021 tentang Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah, menjadi Rp135 juta.
Dengan adanya rencana kenaikan sebesar 5 persen, maka harga patokan LCGC naik sekitar Rp6,7 juta menjadi Rp141,7 juta.
Agus mengatakan, penyesuaian harga tersebut dilakukan karena beberapa faktor, di antaranya terjadi kenaikan harga bahan baku dan ongkos logistik.
“Kita lihat harga bahan baku dan logistik harus ada penyesuaian. Adanya penyesuaian harga mobil LCGC harapannya banyak produk industri otomotif melakukan inovasi," sebutnya.
Menperin menambahkan, kenaikan harga itu tidak akan memberatkan masyarakat yang ingin membeli mobil segmen LCGC.
“Penyesuaian harga harus dihitung betul, harus diperhitungkan daya beli juga inflasi, kenaikan persentase tak boleh dari angka inflasi. Harus tetap dijaga low cost dan green car," ujar Menperin.
Kenaikan Bahan Baku
Direktur Operasional TMMIN Bob Azam menyampaikan, penyesuaian tersebut sepatutnya dilakukan, mengingat terjadinya kenaikan bahan baku saat ini.
“Kalau dilihat dari kenaikan-kenaikan yang terjadi wajar. Karena beberapa tahun terakhir, beberapa komponen naik sangat luar biasa. Itu juga berkah bagi kita, karena komoditi naik, seperti karet naik, nikel naik, besi naik,” ujar Bob.
Menurut Bob, kenaikan tersebut akan memberi peluang agar produksi LCGC bisa ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Jawab Tantangan Jokowi, Toyota Ekspor Perdana Kijang Innova Zenix Hybrid
Sebelumnya, Toyota Indonesia melakukan ekspor perdana kendaraan elektrifikasi Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid. Ekspor ini menandai peningkatan level kapabilitas dan keunggulan industri manufaktur otomotif nasional melalui aktivitas ekspor produk berteknologi tinggi ke level berikutnya.
Langkah tersebut merupakan upaya untuk terus memberikan kontribusi pada pengembangan industri otomotif nasional yang telah memasuki era elektrifikasi, dan menyumbang pada neraca dagang yang positif.
“Ekspor perdana Kijang Innova Zenix ini tidak mungkin tercapai tanpa dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, kemitraan yang kuat dari seluruh rantai pasok kami termasuk industri kecil dan menengah (IKM), dan dukungan masyarakat," ujar Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono, Selasa (21/2/2023).
"Semoga kami dapat berkontribusi lebih besar lagi agar dapat bersama-sama tumbuh dan meningkatkan daya saing global untuk memenuhi perkembangan industri otomotif Indonesia dan global,” lanjut dia.
Pada tahun 2023, TMMIN menargetkan ekspor Kijang Innova Zenix sebanyak lebih dari 8.000 unit dengan komposisi 30 persen tipe HEV dan 70 persen tipe internal combustion engine (ICE) ke negara-negara di kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Diharapkan, ekspor Innova Zenix ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan target 17,000 unit di 2025 untuk tipe hybrid dan konvensional.
“Ekspor perdana kendaraan elektrifikasi Kijang Innova Zenix Hybrid ini, merupakan bagian dari upaya Toyota Indonesia untuk turut serta dalam mencapai target pemerintah yaitu dekarbonisasi. Ekspor mobil utuh ini juga tentunya termasuk baterai elektrifikasi yang dirakit lokal di pabrik kami di Karawang," jelas Warih.
Advertisement
Tekan Emisi Karbon
Menurut dia, Toyota Indonesia telah memperkenalkan beragam model kendaraan yang dapat mengurangi emisi karbon melalui strategi multipathway, baik kendaraan konvensional hemat bahan-bakar, kendaraan dengan bahan bakar bio (bio-fuel), serta kendaraan berteknologi elektrifikasi, yaitu HEV, PHEV, dan BEV, selain memproduksi lokal Kijang Innova Zenix Hybrid.
"Kami akan terus mempertahankan posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor kendaraan elektrifikasi buatan dalam negeri, khususnya hybrid,” tambah Warih.
Ekspor perdana Kijang Innova Zenix disaksikan langsung oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, dan CEO of Asia Region and President of Toyota Motor Asia Pacific Hao Quoc Tien, serta jajaran manajemen Toyota Indonesia dan perwakilan perusahaan pemasok Toyota Indonesia yang termasuk di dalamnya Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan apresiasi kepada pabrikan otomotif yang mampu meningkatkan jumlah ekspor pada 2022 dibanding 2021, dari 300 ribuan menjadi 600 ribuan.
"Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada industri otomotif yang sudah meningkatkan ekspor 100 persen. Tapi kita masih kalah dengan Thailand, dan saya mendorong lagi agar ekspornya makin tinggi," tegasnya.
Selain itu, orang nomor 1 di negeri ini juga meminta pabrikan untuk menggeser industrinya ke arah tren yang semua negara juga melakukannya, yaitu elektrifikasi dari kendaraan internal combustion engine atau mesin konvensional.
"Pemerintah sekarang ini juga terus mendorong dari hulu sampai hilir untuk ekosistem kendaraan listrik. Didorong masuk ke supply chain global, dari baterai EV, lithium baterai, dan kita dorong ini semua selesai," pungkas Jokowi.