Hikayat Islam Spanyol Bangkitkan Peradaban Eropa

Sejarah perkembangan islam dunia.

oleh Putry Damayanty diperbarui 23 Feb 2023, 06:30 WIB
Lekat dengan peninggalan Muslim, berikut sudut-sudut paling cantik di kota Granada, Spanyol.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan ajaran, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan Islam di dunia senantiasa mengalami kemajuan. Sedangkan kemunduran umumnya tergantung dari pemimpin atau penguasa Islam dalam menyikapi problematika negerinya. 

Ada pemimpin yang berpikiran cerdas terhadap ilmu pengetahuan sehingga negerinya memperoleh kemajuan pesat, tetapi di samping itu, ada pula pemimpin yang senantiasa bertikai, bermusuhan sehingga berakibat menyengsarakan rakyatnya dan pada gilirannya terjadilah kemunduran suatu bangsa.

Sesudah berakhirnya periode klasik Islam 610-650 M, kaum muslim memasuki masa kemunduran. Akan tetapi, justru Eropa bangkit dari keterbelakangan politik, ilmu pengetahuan, dan teknologinya. 

Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politik Eropa. Kemajuan Eropa tersebut sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Islam di Spanyol karena dari Islam Spanyol, Eropa banyak menimba ilmu.

 

Saksikan Video Pilihan ini:


Perjalanan Islam di Spanyol

Pada zaman khalifah Al Qalid (705-715 M), salah seorang khalifah dari bumi Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah sukses memperkenalkan Islam di Spanyol, bahkan pengaruhnya telah menguasai Afrika Utara. 

Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di masa Khalifah Abdul Malik (685-705 M) yang mengangkat Hasan ibnu Nu'man Al Gassani menjadi Gubernur di daerah itu. Sejarah panjang perjalanan Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu sebagai berikut.

a. Periode pertama (711-755 M), dimana Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Dalam periode pertama ini, Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. 

b. Periode kedua (755-912 M), dimana Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. 

c. Periode ketiga (912-1013 M), dimana berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III dan bergelar An Nasr sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk At Tawaif.Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulat Abbasiyah di Bagdad ditandai berdirinya Universitas Cordova.

d. Periode keempat (1013-1086 M), dimana Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja atau Muluk At Tawaif, yang berpusat di suatu kota. Meskipun pada periode ini kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang.

e. Periode kelima (1086 M-1248 M), dimana meski Islam Spanyol sudah terpecah-pecah, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabitun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Muwahhidun pun mengalami kemunduran. Seville pun jatuh pada tahun 1248 M beserta seluruh Spanyol, kecuali Granada lepas dari penguasa Islam.

f. Periode keenam (1248-1492 M), dimana pengaruh dan kekuasaan Islam hanya ada di daerah Granada di bawah dinasti bani Ahmar 1432-1492 M. Hingga berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam di Spanyol yang tidak memiliki lagi pemerintahannya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu meninggalkan Spanyol atau beralih agama (selain Islam) sehingga pada tahun 1609 M, bisa dikatakan tidak ada lagi umat Islam di Spanyol.


Perkembangan Pemikiran Islam Dunia

Kemajuan pemikiran Islam di zaman tiga kerajaan besar Islam kembali berkembang, tetapi tidak sebanding dengan yang dicapai pada masa klasik Islam. Umat Islam bertaklid kepada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. 

Kalaupun ada mujtahid, maka yang dilakukan adalah ijtihad fil madzhab, yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu. Pada masa tiga kerajaan besar Islam, tidak ada lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran besar yang mandiri, dan filsafat dianggap sebagai bid'ah.

Beberapa alasan pemikiran Islam tidak sebanding kemajuannya adalah sebagai berikut.

  1. Metode berpikir dalam bidang teologi (ketuhanan) adalah metode berpikir tradisional yang dikembangkan oleh aliran teologi Asy'ariah yang mengarah kepada pemikiran Jabariah atau bukan Qadariah.
  2. Kebebasan berpikir menurun setelah Al Ghazali mengkritik tajam pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya Tahafut Al Falasifah (Kekacauan Para Filosof), dan berkembangnya ajaran tasawuf yang dihidupkan oleh Al Ghazali dimana kehidupan ukhrawi lebih diutamakan daripada kehidupan duniawi. 
  3. Sarana dan fasilitas pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran di masa klasik Islam, seperti perpustakaan dan karya-karya ilmiah berbagai bahasa banyak yang hancur dan hilang.
  4. Islam pada masa tiga kerajaan besar, khususnya yang dipegang oleh bangsa Turki dan Mongol kental dengan pertikaian ketimbang menyukai ilmu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya