Liputan6.com, Jakarta - Belum selesai dengan COVID-19 Kraken, muncul subvarian baru yang telah masuk ke Indonesia, varian Orthrus atau Omicron CH.1.1.
Menurut Juru Bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril, kasus pertama COVID Orthrus dilaporkan pada Oktober 2022 dan hingga kini telah tercatat 14 kasus varian Orthrus.
Advertisement
Syahril menambahkan bahwa kasus COVID-19 Varian Orthrus tersebar dari empat provinsi, yaitu sepuluh kasus berasal dari DKI Jakarta, sedangkan empat lainnya berasal dari Lampung, Jawa Barat, dan Riau.
Syahril menekankan bahwa Kemenkes RI akan terus memantau COVID-19 Varian Orthrus.
"Saat ini, Kementerian Kesehatan juga terus melakukan pemantauan terhadap Varian Orthrus ini, baik di tingkat nasional maupun daerah, meskipun dan sampai saat ini belum menyebabkan kenaikan kasus," kata Syahril dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 21 Februari 2023.
Dinkes Laporkan 30 Kasus COVID-19 Varian Orthrus
Sementara itu Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta memberikan data yang berbeda. Dinkes justru mencatat bahwa varian Orhtrus pertama kali ditemukan di Indonesia pada 4 November 2022.
Dan, hingga saat ini kasus COVID Orthrus sudah ada 30 orang pasien.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Dr. Ngabila Salama, MKM menyampaikan bahwa hampir dua pertiga kasus Orthrus berasal dari DKI Jakarta, sisanya berasal dari berbagai daerah.
Dinkes Tidak Merinci Kronologi Kasus Pertama Varian Orthrus
Akan tetapi, Ngabila tidak menjelaskan secara rinci bagaimana kronologi kasus pertama varian Orthrus ditemukan.
"Ada 30 kasus, 19 domisili DKI, 11 luar DKI," kata Ngabila dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Selasa, 21 Februari 2023.
Dia menambahwa bahwa 60 persen pasien tidak menunjukkan gejala COVID-19 Varian Orthrus atau OTG, sisa 40 persen lainnya mengalami gejala ringan.
Gejala COVID-19 Varian Orthrus
Anda dapat mengidentifikasi gejala varian ini dengan mudah. Sebagaimana ditulis oleh Express pada 28 Januari 2023, gejala paling umum varian ini adalah sakit tenggorokan, batuk, dan pilek.
Dokter Asda Online, dr Kathryn Basford, menjelaskan mengapa gejala varian ini tak jauh berbeda dengan varian Kraken dan Omicron.
Menurutnya, hal ini terjadi karena memiliki garis keturunan yang sama. Oleh sebab itu, gejala awalnya cenderung mirip dengan gejala awal flu.
Akan tetapi, tak menutup kemungkinan munculnya gejala lain yang tak mirip dengan gejala flu.
Gejala-gejala tersebut meliputi kehilangan nafsu makan, sesak napas, dan sakit kepala.
Tak jauh dari Omicron, anosmia juga masih menjadi gejala varian ini. Anosmia adalah hilangnya indra penciuman atau turunnya kemampuan untuk mendeteksi bau.
Advertisement
Himbauan Pemerintah dan Para Ahli
Basford menekankan bahwa tidak semua kasus mual atau sakit punggung melulu dikaitkan dengan COVID-19. Namun, memang bisa menjadi potensial gejala awal COVID-19.
Ia menambahkan apabila ada keraguan apakah Anda positif atau tidak, lakukan tes untuk mendapat jawaban yang konkrit.
Meski Kemenkes dan Dinkes DKI Jakarta mencatat total jumlah kasus yang berbeda, masyarakat harus tetap waspada dan terus menjaga protokol kesehatan demi menekan laju perbesaran varian Orthus ini.