Awas, Inflasi Harga Pangan Meroket saat Ramadan dan Lebaran 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai terjadinya lonjakan inflasi yang rawan terjadi selama musim Ramadan dan Lebaran Idul Fitri, khususnya pada inflasi harga pangan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 22 Feb 2023, 12:30 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai terjadinya lonjakan inflasi yang rawan terjadi selama musim Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri, khususnya pada inflasi harga pangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai terjadinya lonjakan inflasi yang rawan terjadi selama musim Ramadan dan Lebaran Idul Fitri, khususnya pada inflasi harga pangan.

Dalam hal ini, Sang Bendahara Negara memasang mata terhadap inflasi harga pangan. Terutama pada kategori pangan bergejolak atau volatile food, yang angka inflasinya masih bertengger di level 5,7 persen.

"Kita mewaspadai harga pangan ini terutama mulai masuk bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya. Ini adalah faktor yang sekarang jadi perhatian pemerintah, yaitu faktor volatile food," ujar Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2/2023).

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah bakal mengantisipasi kenaikan mobilitas masyarakat yang biasa terjadi pada bulan suci. Kondisi tersebut juga bakal ikut mendongkrak permintaan untuk kategori pangan volatile food, semisal beras, aneka cabai, ikan segar, aneka bawang, kentang, minyak goreng.

"Kita masih harus waspada, karena dalam dua bulan ke depan, Maret dan April, ini adalah faktor musiman, seasonal dengan masuknya Ramadhan dan Hari Raya, dimana permintaan biasanya akan meningkat," tuturnya.

Angka Inflasi Nasional

Secara keseluruhan, ia bersyukur angka inflasi nasional masih terjaga di level 5,28 persen pada Januari 2023. Meski telah menunjukan adanya penurunan dibanding bulan sebelumnya, Sri Mulyani tak mau terlena lantaran ancaman lonjakan inflasi ke depan masih tinggi.

"Ini menggambarkan bahwa inflasi masih akan menjadi isu yang sangat menjadi perhatian dari para pembuat kebijakan, terutama pada paruh pertama 2023," kata Sri Mulyani.

 


Stok Bahan Pangan Aman Saat Lebaran 2023, Cuma Harga Agak Naik

Para pedagang menjalankan aktivitas rutin jual beli sayur mayur di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (7/4/2021). Semua bahan pangan seperti cabai dan bawang akan stabil jelang puasa Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau NFA memastikan stok pangan masih bisa mencukupi menjelang momen Ramadan dan Lebaran 2023 mendatang. Namun, prediksinya harga pangan akan mengalami kenaikan di atas harga normal.

Hal ini diungkap Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo. Dia mengatakan pihaknya siap menjamin ketersediaan pangan tersebut.

Hanya saja, Nyoto berujar, kalau permintaan menjelang Ramadan dan Lebaran biasanya mengalami penjngkatan. Sehingga akan berpengaruh pada harga jual bahan pangan di pasaran.

"Secara prinsip untuk persiapan Lebaran dan Ramadan, relatif kita pada posisi yang siap, memang barang tersedia, tapi mungkin harga agak sedikit tidak sebagaimana harga normal, karena pasti permintaan sangat banyak, sehingga harga agak sedikit naik," kata dia di sela-sela Peluncuran Program Food Rescue, di Jakarta Barat, Selasa (21/2/2023).

Kendati begitu, Nyoto menegaskan terus berupaya untuk mengendalikan harga pangan tetap stabil saat Ramadan dan Lebaran nanti. Termasuk mengendalikan pasokan pascapanen untuk mempengaruhi harga.

"Kita terus berjuang pada saat nanti pas musim Lebaran, pas musim panen, sehingga posisi harga agak relatif lebih murah," ujarnya.

Pengendalian InflasiSelain menyoal pasokan jelang Ramadan, Nyoto juga mengungkap upaya dalam mengendalikan inflasi, utamanya jadi sektor pangan yang jadi koridor kerjanya. Salah satunya melalui proses operasi pasar.

"Salah satunya kita setiap hari sekarang operasi pasar, itu juga di Kemenko Perekonomian, kalau bapak itu lihat upaya melalui SPHP, itu sudah dijalankan seluruh Indonesia," bebernya.


Tekan Inflasi Pangan

Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Pemerintah menargetkan tingkat inflasi yang disumbang dari pangan (volatile food) tahun ini direntang 3 persen - 5 persen. Mengingat setiap momentum ramadan dan hari lebaran serta perayaan hari besar keagamaan, tingkat inflasi biasanya melonjak.

"Targetnya volatile food ada di 3 persen sampai 5 persen," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (20/2).

Airlangga mengatakan dalam rapat tingkat tinggi di kantornya tersebut membahas ketersediaan beras. "Secara khusus kita berbicara mengenai ketersediaan beras," imbuhnya.

Para menteri sepakat tahun ini harus bisa menurunkan tingkat inflasi pangan lebih rendah lagi. Sebab tahun lalu, pemerintah telah berhasil menekan inflasi pangan dari 11 persen menjadi 5,61 persen.

"GNPIP telah berhasil menurunkan inflasi dari 11,7 peren di tahun lalu sampai 5,61 persen," kata dia.


Inovasi

Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) Nyoto Suwignyo. Ia mengatakan stok pangan mencukupi untuk momen Ramadan dan Lebaran 2023.

Untuk itu tahun ini pemerintah juga akan membuat program serupa dengan misi sinergi dan inovasi untuk stabilitas harga dan ketahanan pangan nasional.

"Dan akan ada Kick Off nanti pada 5 Maret di Sulawesi Selatan," katanya.

Pada intinya pemerintah akan memperkuat ketahanan pangan dengan akselerasi implementasi lumbung pangan, perluasan kerjasama antar daerah. Lalu menyediakan data ketersediaan pangan untuk mendukung pengendalian inflasi, dan memperkuat komunikasi.

"Dan juga untuk mendukung ekspektasi dari inflasi masyarakat,' katanya.

   

Infografis Bahan Pangan Lokal Bernutrisi tapi Jarang Diketahui. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya