Liputan6.com, Jakarta - Invasi Rusia terhadap Ukraina berlangsung tepat setahun pada 24 Februari. Selama berlangsungnya serangan itu pula, berbagai pihak telah melakukan upaya perdamaian bagi kedua negara.
Termasuk Indonesia, yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan mengunjungi Kyiv untuk menemui Presiden Volodymyr Zelenskyy, kemudian bertolak ke Rusia untuk menemui Presiden Vladimir Putin pada 2022 lalu.
Advertisement
Usai kunjungan tersebut, Presiden Jokowi mengatakan bahwa kepercayaan internasional kepada Indonesia meningkat tajam. Menurut dia, Indonesia diterima Rusia dan Ukraina sebagai jembatan perdamaian.
Setelah itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga telah turun tangan dengan memanggil Duta Besar (Dubes) Rusia dan Ukraina terkait konflik yang terjadi antar-dua negara tersebut. Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia berada di jalur tengah yang tidak memihak kepada satu negara.
Namun, mengingat hubungan antara Rusia dan Ukraina belum menunjukkan adanya titik terang, pengamat menilai bahwa upaya Indonesia mendamaikan kedua negara tersebut percuma.
"Upaya perdamaian yang dilakukan Indonesia percuma, tidak mempan," ujar Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia Suzie Sudarman kepada Liputan6.com, Rabu (22/2/2023).
Pelajaran Bagi Indonesia
Mengingat perjalanan serangan Rusia yang hampir berjalan selama satu tahun, Suzie juga mengatakan bahwa ini menjadi pelajaran penting bagi banyak negara termasuk Indonesia.
"Bagi dunia ini sebuah pelajaran, terutama bagi Indonesia," tegasnya.
Lewat perang ini, banyak negara harusnya memahami bahwa persaingan akan dipicu oleh penguasaan sumber daya alam utama baik pangan maupun energi dalam berbagai bentuk, makna strategis kawasan sebagai rute atau jalur strategis, dan sebagai kawasan proyeksi kekuatan.
Selain itu, terjadi pula perubahan besar dalam teknologi yang mencakup material canggih, dunia maya dan digital, robot sensorik, kuantum, hipersonik, dan teknologi otonom. Penguasaan teknologi ini akan memberikan keunggulan pada kecepatan, ketepatan, dan penguasaan serta pemanfaatan ruang angkasa yang merupakan unsur kunci kekuatan bangsa.
"Jadi banyak pelajaran yang harus disimak bagi negara-negara istimewa negara seperti Indonesia yang berada pada buffer zone seperti Ukraina dengan adidaya yang saling berhadapan," jelasnya.
Advertisement
Pentingnya Kesiapan Indonesia
Suzie juga menyampaikan bahwa pandemi dan perang di Ukraina menekankan ketergantungan yang tak terhindarkan pada pentingnya rantai pasokan global dan sumber daya penting, terutama energi, mineral, dan makanan.
"Maka harus ada pemetaan sumber daya, distribusi, kebijakan dan peraturan yang ada di tingkat nasional dan internasional, serta perencanaan strategis untuk mengamankan sumber daya kritis," tambahnya.
"Posisi geopolitik atau geostrategi sangat strategis, memiliki wilayah, kekayaan alam, dan penduduk yang besar. Indonesia harus menyiapkan beberapa hal. Sudah siapkah kita?" sambungnya.
Ia menambahkan bahwa semakin canggih peperangan di kawasan, sebuah negara semakin harus siap dengan pemetaan sumber daya, distribusi dan kebijakan di tataran nasional dan internasional. Maka dari itu, teramat penting untuk merancang pengamanan terhadap sumber daya yang kritis.
"Apakah pernah terlintas kebutuhan pemerintah akan ahli strategi yang mahir memetakan segalanya dengan rasa patriotisme tinggi dan siap kemahirannya dalam merancang langkah strategis?" katanya sambil mempertanyakan.