Liputan6.com, Jakarta - Seorang seniman yang juga penyandang disabilitas, Dayn Broder, menciptakan karya dengan menggambar karakter komik yang dinamakan Sun-Spider menggunakan tongkat lengan.
Karyanya tercipta sejak ia menonton film Spider-Man: Into the Spider-Verse. Film yang dirilis pada 2018 tersebut mengemukakan ide bahwa tokoh spiderman Peter Parker bukanlah satu-satunya manusia laba-laba (spider-person).
Advertisement
Film tersebut mendorong Dayn membuat sketsa karakter ciptaannya sendiri dalam waktu 30 menit menggunakan tongkat lengannya. Karakter tersebut merepresentasikan dirinya, seorang penyandang sindrom Ehlers-Danlos (ED).
Dilansir dari laman National Health Service (NHS) Britania Raya, sindrom ED adalah sekelompok gejala bawaan langka yang disebabkan oleh kelemahan pada jaringan ikat yang menyokong kulit, tulang, ataupun sendiri. Adapun penyebab kondisi ini adalah mutasi atau kelainan genetik.
Ketertarikan Marvel pada Sun-Spider
Setelah mengunggah gambar di Twitter, tak lama kemudian, pihak Marvel menghubungi Dayn untuk mencantumkan karyanya dalam komik Marvel. Ia mengaku kaget dan merasa sangat bahagia.
“Saya berkata, ‘ya, ya, ya, lakukan itu!’ Ya Tuhan,” ia mengungkapkan rasa bahagianya.
Selanjutnya, Sun-Spider benar-benar dicantumkan dalam komik Marvel pada bagian Fanart. Tak cukup sampai di situ, Marvel juga mengikutsertakan Sun-Spider dalam adegan pertempuran akhir pada serial komik Spider-Verse edisi 2020 lalu.
Tampaknya, perjuangan Dayn masih pantas mendapatkan “hadiah” yang lebih dari itu. Dua tahun setelah karyanya dicantumkan oleh Marvel, Sun-Spider mendapatkan bagian ceritanya sendiri mengenai asal-usul karakter ciptaan Dayn tersebut.
“Saya benar-benar kaget,” ucapnya tak menyangka.
Dayn merasa terhormat karena ia mendapatkan tempat untuk mewakili teman-teman disabilitas dan berperan dalam mengubah komik Marvel menjadi lebih inklusif. Meskipun begitu, ia mengaku lebih memilih bekerja sebagai editor dan membantu orang lain menciptakan karya mereka sendiri.
“Saya menggambar sepenuhnya untuk diri saya sendiri. Hal itu merupakan sebuah bagian dari diri saya, di mana saya tidak ingin merasa wajib untuk berbagi. Jika saya memberikan diri saya sepenuhnya untuk komik—saya tidak tahu, komik mungkin dapat menyakiti hati saya," ungkapnya.
Advertisement
Hobi Bukan Sekadar Kesenangan
Menurut ilmuwan Universitas Toronto, Chloe Atkins, hobi bukan sekadar kesenangan dan permainan bagi penyandang disabilitas.
“Penyandang disabilitas bisa menjadi sangat terisolasi,” ucapnya yang merupakan peneliti utama untuk proyek ketenagakerjaan dan disabilitas.
Menurut Chloe, berbagai jenis hobi yang mereka lakukan sangat penting untuk menjadi jalan mereka kembali kepada kehidupan sosial. “Ini adalah cara untuk membagikan pengetahuan agar mereka dapat menjadi fleksibel dan adaptif,” pungkasnya.
Dengan begitu, menurutnya, tak heran jika penyandang disabilitas dapat memanfaatkan hobi mereka untuk menciptakan perubahan.