Pakar Militer Rusia: Perang di Ukraina Bisa Berakhir Tahun 2023

Seorang analis pertahanan Rusia Pavel Felgenhauer mengulas keadaan perang Rusia vs Ukraina saat ini dan kemungkinan perdamaian di tahun ini.

oleh Linda Sapira diperbarui 23 Feb 2023, 11:33 WIB
Prajurit Ukraina berjalan di antara puing-puing bangunan yang rusak setelah serangan Rusia di Kharkiv, Ukraina, 16 April 2022. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, perang terus berkecamuk hingga bulan ini, Februari 2023. (AP Photo/Felipe Dana, File)

Liputan6.com, Moskow - Mendekati peringatan pertama perang di Ukraina pada Jumat 24 Februari 2023, seorang analis pertahanan Rusia yang menjabat sebagai petugas peneliti senior di Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet, Pavel Felgenhauer buka suara.

Mengutip situs Aljazeera, Rabu (22/02/2023), Felgenhauer, yang telah menerbitkan secara luas mengenai kebijakan luar negeri dan pertahanan Rusia serta doktrin militer, perdagangan senjata, dan kompleks industri militer, meyakini bahwa perang Rusia versus Ukraina kemungkinan akan kian memanas tetapi bisa berakhir pada tahun ini; 2023.

Pada pertempuran yang terjadi setelah 12 bulan, menurutnya intensitas pertempuran terlalu tinggi untuk dipertahankan dalam waktu lama. Namun banyak juga pertanyaan, sebenarnya di antara perang itu, siapakah yang akan menjadi pemenang?

Mayoritas para ahli mengatakan bahwa hal itu akan sangat susah untuk diprediksi. 

Ketika ditanya mengapa menurut Pavel Felgenhauer eskalasi perang Rusia vs Ukraina akan terjadi, menurutnya hal itu tidak bisa sepenuhnya diprediksi. Kendati demikian dia percaya bahwa eskalasi perang kedua negara tersebut sudah sangat dekat.

Baginya, pertempuran kian memanas, semua orang berbicara mengenai serangan Rusia.

Komandan militer Barat di Brussel juga berbicara tentang bagaimana Ukraina harus bertindak ofensif (operasi militer, untuk menduduki kembali wilayah).

Jenderal Mark Milley (ketua kepala staf gabungan AS), yang setahun lalu berbicara tentang bagaimana Kyiv bisa kalah dalam beberapa hari, sekarang mengatakan bahwa Rusia telah kalah secara strategi, operasional dan taktis, dan Ukraina harus bergerak menghabisi mereka.

Falgenhauer juga menambahkan bahwa Ukraina sedang mempersiapkan sesuatu, tetapi sekali lagi, tentu saja semua orang mengikuti ajaran Sun Tzu, artinya perang adalah tipu daya.

"Dan jika Anda ingin menyerang, Anda berpura-pura tidak melakukannya, jika Anda siap menyerang dan cukup kuat, Anda berpura-pura tidak siap dan sama sekali tidak kuat. Dan sebaliknya, jika Anda tidak kuat, Anda berpura-pura kuat. Jadi ada banyak disinformasi sekarang berputar-putar. Masing-masing pihak membuat kejutan," ucap Falgenhauer.

"Saya yakin ini akan berakhir tahun ini," tegas Felgenhauer.

"Mereka mencoba melakukan pembicaraan pada bulan Maret, kemudian pertemuan di Istanbul, yang mengisyaratkan bahwa mereka bergerak menuju semacam kesepakatan. Tapi Rusia dan Ukraina terpisah bermil-mil jauhnya."

Menurutnya, Ukraina kurang lebih siap untuk bersepakat pada Februari 2022. Sekarang Ukraina mengatakan mereka menginginkan lebih dan Rusia juga mengatakan menginginkan lebih. Jadi sekali lagi, dua sisi terpisah bermil-mil. Tampaknya tidak ada kesepakatan politik atau bahkan gencatan senjata tentatif.

Tentu saja, Rusia saat ini ingin membekukan situasi karena berada di garis kendali, sebagaimana adanya. Ukraina mengatakan tidak menginginkan itu. Seseorang harus memberi. Dan itu kemungkinan besar akan terjadi di medan perang.

"Jika satu pihak mulai menang dengan jelas di medan perang, itu akan menentukan. Kemenangan militer dapat membawa pihak lain ke krisis nyata – dan bahkan mungkin pergantian rezim," pungkas Felgenhauer.


Kejutan di Medan Perang

Tentara Ukraina menembakkan sistem artileri Pion ke posisi Rusia dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 16 Desember 2022. Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dan sejumlah pengamat mengungkapkan perang bisa terjadi dalam beberapa bulan, tahun atau bahkan hingga waktu yang tak terbatas. (AP Photo/LIBKOS, File)

Felgenhauer mengatakan Ukraina mulai menyerang pada September 2022 di Kharkiv. Mereka mengejutkan dan mencapai banyak hal.

Para tentara tidak hanya merebut beberapa titik strategis penting dan memaksa Rusia mundur dari Kherson lalu mengambil alih, mereka juga memaksa Rusia untuk memulai program mobilisasi yang menyebabkan banyak masalah ekonomi dan politik.

"Maksud saya, mereka menarik beberapa ratus ribu orang dari segi ekonomi ke militer, dan hampir dua juta orang meninggalkan negara itu pada saat yang sama, yang juga merupakan hambatan besar bagi perekonomian," tuturnya.

Sementara itu, Rusia sejauh ini tengah diberi sanksi tegas oleh dunia, hal itu berdampak pada ekonomi yang tak stabil. 

Pada saat ini Rusia mengalami masalah keuangan yang sangat serius dan mengalami defisit, di sisi lain kendala juga terjadi di medan perang pada saat yang sama. 

"Saya tidak melihat bagaimana ini bisa berlanjut dalam pola saat ini untuk waktu yang lama. Ini seperti sepak bola, Anda tidak pernah tahu apa yang sebenarnya akan terjadi di medan perang. Ada pepatah terkenal yang menyebut 'Rusia tidak pernah sekuat ketakutan Anda', seperti yang kita lihat sepanjang tahun ini, tetapi Rusia juga tidak pernah selemah yang Anda harapkan. Jadi Anda tidak bisa begitu saja mengalahkan Rusia. Tapi intensitas pertempuran terlalu tinggi untuk dipertahankan dalam waktu lama," ucap Felgenhauer kepada media Al Jazeera

Menurut Felgenhauer, akan ada masalah pasokan di Barat, tetapi hal itu dapat dikelola karena PDB bruto rammstein collation lebih dari 100 kali Rusia. Jadi secara finansial dan ekonomi, mereka lebih siap untuk konflik yang lebih lama daripada Rusia. 

 

 


Mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin Berperang?

Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP)

Felgenhauer mengatakan ada alasan militer untuk mencegah rudal Barat dikirim ke Ukraina untuk menyerang langsung ke Moskow.

Alasan ini bersifat geopolitik, untuk menyatukan kembali rakyat Rusia, dengan asumsi bahwa Ukraina adalah rakyat Rusia. Tentu saja untuk menentang Barat maka hal ini bisa merusak persatuan bangsa.

Jika Ukraina menggunakan rudal, menurut Felgenhauer, bisa menimbulkan gesekan di dalam aliansi Barat dan juga membangun dunia multipolar baru. Oleh karena itu ada banyak alasan berbeda, termasuk keyakinan bahwa militer Rusia begitu kuat sehingga hal ini akan menjadi kemenangan militer yang sangat cepat dan efektif yang akan membawa banyak keuntungan politik, ekonomi, dan geopolitik yang berbeda.

Felgenhauer menambahkan, militer Rusia ternyata tidak sekuat yang diyakini banyak negara di dunia tak hanya pihak Barat, tetapi juga oleh kepemimpinannya sendiri. Tapi negara itu belum siap untuk perang secara modern.

Menurut Felgenhauer, orang Ukraina jauh lebih baik, mereka lebih siap secara organisasi dalam hal komando dan kendali, dalam hal personel komando, mereka juga mendapatkan senjata yang lebih baik daripada orang Rusia.

Militer Rusia telah diisolasi selama lebih dari 100 tahun dari kecenderungan dunia dalam pembuatan perang. Mereka masih hidup di dunia tank, dan percaya bahwa mereka cukup kuat, dan kemenangan akan jatuh ke pangkuannya. 

Sebenarnya mereka tidak siap secara intelektual, mental, dan fisik untuk berkonflik. Dan tentu saja, orang-orang bahkan di militer Rusia mengatakan bahwa perang ini adalah ide yang buruk. Karena akan ada banyak perlawanan Ukraina, karena mereka memiliki pasukan yang banyak, dan Ukraina memiliki dukungan dari Barat.

 


Penyebab Perang karena Ukraina Diserap ke Dalam Lanskap Politik Barat?

Seorang wanita berlari saat dia melarikan diri bersama keluarganya melintasi jembatan yang hancur di pinggiran Kyiv, Ukraina, 2 Maret 2022. Perang Rusia-Ukraina berkobar sejak 24 Februari 2022 tanpa tahu kapan akan berakhir. (AP Photo/Emilio Morenatti, File)

Konflik ini memiliki sejarah panjang setelah runtuhnya Uni Soviet dan pecahnya Ukraina dan Rusia. Dan ini adalah trauma serius bagi elit Rusia. Mereka percaya bahwa ini salah dan Ukraina dipandang sebagai bagian integral dari Rusia.

"Jadi, pada akhirnya, sebenarnya Ukraina dan Rusia akan kembali bersama, menjadi satu keluarga Rusia yang besar. Itulah yang dikatakan banyak pejabat kepada saya pada 1990 an. Bahwa tidak ada masalah, misalnya, ada tingkat kelahiran negatif di Rusia dan jumlah orang Rusia menurun. Mereka berkata, 'Tidak masalah, Felgenhauer, kami akan mengambil alih setengah dari Ukraina atau Belarusia, setengah dari Kazakhstan, setelah 40 juta orang Slavia yang baik akan bergabung dan semuanya akan baik-baik saja," tutur Felgenhauer. 

Gagasan bahwa Ukraina telah meninggalkan Rusia untuk selamanya akan menjadi entitas yang sepenuhnya independen, sebenarnya tidak benar-benar dipikirkan oleh Rusia. Mungkin sebagai hal yang sementara untuk negara tersebut menginginkan bergabung dengan Barat, tapi bukan untuk kenyataan yang harus di taati.

Dalam hal ini putin memiliki posisi yang penting, ia mengatakan secara efektif bahwa Ukraina semi independen dan dapat ditoleransi, asalkan memiliki semacam integrasi politik dengan Rusia.

Tetapi ketika Ukraina menjadi anggota Uni Eropa, atau anggota NATO, hal itu sama sekali tidak dapat diterima. Rusia percaya banyak orang Ukraina dan penutur bahasa Rusia mungkin tidak menginginkan hal itu.

Sampai saat ini, Ukraina bergabung dengan NATO bukanlah opini mayoritas masyarakat di Ukraina. Jadi ini adalah semacam faktor penggerak yang Rusia yakini harus dicegah, apalagi integrasi Ukraina dalam struktur Eropa dan Atlantik, terutama NATO.

Mengapa diplomasi tidak berhasil?

Felgenhauer mengatakan di Barat ada yang bilang konflik bisa dibekukan melihat kondisi sekarang, lainnya ingin terus mengalahkan Rusia di medan perang. Tidak ada persatuan di barisan mereka.

Tidak ada insentif nyata bagi Rusia juga, bagi Presiden Putin untuk menyerahkan Kherson, Mariupol, Krimea, bahkan Donbas—kelihatannya seperti bunuh diri politik.

Perjanjian Minsk, pada September 2014, ditandatangani karena inisiatif Rusia. Tidak ada mediasi Barat dengan Minsk I karena pemikirannya adalah [saat itu presiden Petro] Poroshenko akan memiliki kekuatan yang cukup untuk membuat kesepakatan dengan Rusia. Dia akan menjadi pemimpin. Lalu ada Minsk II, yang muncul dengan moderasi Eropa.

Apa yang diinginkan Rusia adalah jaminan bahwa Rusia akan memiliki pijakan di Ukraina. Ternyata itu tidak berhasil dan Ukraina bergerak ke "arah yang salah". Militer Rusia sudah siap untuk pergi sebelumnya; sebenarnya pada tahun 2014 [Menteri Pertahanan Rusia Sergei] Shoigu mengumumkan bahwa kami akan melewati perbatasan pada bulan April.

Kemudian beberapa kali, mereka bersiap. Uji coba besar terakhir terjadi pada April 2021, ketika Rusia mengumpulkan kekuatan besar-besaran di perbatasan Ukraina tetapi kemudian tidak masuk.

Apakah perang dunia ketiga akan terjadi? (trie yas/liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya