Liputan6.com, Jakarta Alat mesin pertanian atau yang dikenal Alsintan telah menuai hasil positif. Salah satu yang menerima manfaatnya adalah para petani di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kaliori, Rembang, Jawa Tengah.
Menurut Ketua Kelompok Tani Nanggala Desa Sidomulyo, Suwarno mengatakan bahwa hasil tersebut didapatkan dari Analisa Usaha Tani antara pengolahan tanah menggunakan sistem manual dibandingkan sistem mekanisasi.
Advertisement
"Hasilnya pengolahan memakai alsintan lebih besar keuntungannya. Pekerjaannya juga jauh lebih efisien dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja," ujarnya.
Dalam perhitungan Analisa Usaha Tani, uang yang didapat dari panen padi dari sistem manual, sebanyak 7,1 ton dikali harga gabah Rp5.200 kilogram.
Sehingga total pendapatan Rp36,9 juta lebih, biaya pengolahan tanah Rp17,3 juta lebih. Untung yang didapat petani sebesar Rp19,5 juta lebih per hektare.
Sedangkan pengolahan lahan menggunakan mekanisasi mulai penggunaan traktor sampai dengan mesin panen, petani mendapatkan keuntungan lebih banyak, sebesar Rp25 juta lebih per hektare.
“Di masa tanam pertama 2022-2023 ini ada perbedaan yang signifikan antara sistem manual dengan sistem mekanisasi menggunakan alsintan. Kita ada keuntungan yang manual Rp19 juta sekian yang pakai alat Rp25 juta sekian,” ungkap Suwarno.
Wujudkan Mekanisasi Pertanian
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa mekanisasi pertanian ini bertujuan untuk mewujudkan pertanian maju, mandiri, dan modern. Dengan Alsintan, proses pertanian tersebut bisa dilakukan dengan lebih cepat, efektif dan efisien.
“Dalam kondisi bagaimanapun, produksi pertanian harus terjamin. Tanggung jawab menyediakan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia merupakan spirit bagi keluarga besar Kementerian Pertanian dan semua pelaku pembangunan pertanian,” ujarnya.
Mentan SYL menambahkan bahwa penggunaan teknologi diharapkan mampu meningkatkan produksi padi pada tahun-tahun mendatang.
“Dengan teknologi, saya berharap tidak mendengar adanya penurunan produksi. Gunakanlah alat canggih yang ada supaya kita bisa ekspor. Kita harus serius dalam mengurus pertanian ini,” tegasnya.
Advertisement
Upayakan Ketersediaan Air
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengungkapkan bahwa usai panen pihaknya akan terus mengupayakan ketersediaan air melalui Jaringan Irigasi yang optimal untuk petani.
Selain itu, juga akan dimaksimalkan penggunaan alsintan, seperti traktor roda 2 dan roda 4 untuk pengolahan tanah persiapan musim tanam selanjutnya.
“Proses panen harus terus berjalan. Dengan menggunakan alsintan, maka tidak membutuhkan banyak tenaga kerja saat melaksanakan panen," kata Ali Jamil.
"Alsintan seperti traktor roda 2 dan roda 4 juga bisa dimaksimalkan untuk pengolahan tanah menjelang musim tanam selanjutnya,” tambahnya.
Ia juga menambahkan bahwa petani juga bisa melakukan sewa pinjam Alsintan yang dikelola Brigade Dinas, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di daerah masing-masing atau Taksi Alsintan.
“Dengan menggunakan alsintan, petani akan lebih hemat dan lebih cepat dalam proses, olah lahan, menanam juga panen,” ungkap Ali Jamil.
Penggunaan alsintan juga dapat mengurangi penyusutan hasil panen hingga sebesar 10 persen dan meningkatkan nilai tambah. Bahkan, penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan, tanam, dan panen yang lebih cepat.
“Produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik,” imbuh Ali Jamil.
Begitu juga dengan penggunakan rice transplanter, yakni mesin penanam padi yang digunakan pada areal tanah sawah kondisi siap tanam.
Fungsinya untuk menanam bibit padi dari hasil semaian yang menggunakan tray dengan umur bibit sekitar 15 hari atau ketinggian bibit tertentu.
“Mesin tanam ini dirancang agar dapat beroperasi pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman kurang dari 40 cm. Oleh karena itu, mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung,” jelas Ali Jamil.
Selain itu, rice transplanter bisa dikatakan menjadikan penanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang lebih seragam serta cepat proses pengerjaannya.
Pendapatan Petani Jadi Optimal
Direktur Alat Dan Mesin Pertanian Ditjen PSP Muhammad Hatta menambahkan bahwa panen secara mandiri dengan alsintan ini akan membuat pendapatan yang diterima petani menjadi optimal di tengah cuaca ekstrem yang masih membayangi.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam menghadapi musim panen ini petani agar melakukan panen secara mandiri dengan alsintan.
“Jangan sampai membiarkan padi yang sudah waktunya dipanen tidak dilakukan proses pemanenan karena alasan tidak mendapat buruh panen saat ini,” tutur Muhammad Hatta.
Ia menuturkan bahwa kesulitan mendapatkan buruh panen memang menjadi permasalahan klasik yang selalu dihadapi petani setiap musim panen.
Karena memang ketergantungan yang cukup tinggi pada buruh panen yang sebagian besar berasal dari luar daerah.
Panen secara mandiri ini akan membuat pendapatan yang diterima petani lebih besar karena tidak dipotong ongkos buruh, dan kualitas panen gabah dihasilkan akan optimal karena waktu panen yang tepat karena tidak menunggu giliran untuk mendapatkan buruh panen.
"Panen mandiri sebenarnya sangat memungkinkan dilakukan, terlebih dengan banyaknya bantuan alsintan yang sudah disalurkan ke petani untuk mempermudah proses panen.
Muhammad Hatta juga menjelaskan bahwa panen mandiri sangat memungkinkan untuk dilakukan karena telah banyao bantuan alsintan untuk para petani.
"Selain dari bantuan, petani juga bisa menyewa ke UPJA atau Taksi Alsintan," tutupnya.
(*)
Advertisement