Ketua IDAI: Bahaya Obesitas pada Anak Jangan Dianggap Lucu

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan terkait bahaya obesitas pada anak. Ia mengingatkan kepada orang tua untuk tidak menganggap lucu terkait masalah tersebut.

oleh Udin AS diperbarui 23 Feb 2023, 11:00 WIB
Bayi yang lahir 10 bulan lalu dengan berat 4 kilogram ini, kini seperti anak perempuan berusia enam tahun karena bobotnya yang mencapai 12

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan terkait bahaya obesitas pada anak. Ia mengingatkan kepada orang tua untuk tidak menganggap lucu terkait masalah tersebut.

Pasalnya, kondisi obesitas pada anak ini dapat menyebabkan penyakit serius dan setiap orang tua mesti memperhatikannya.

"Obesitas adalah suatu penyakit, jangan dianggap itu adalah kondisi sehat atau anaknya jadi lucu, jangan jadi idaman semua orang tua," kata Piprim, dilansir dari Antara, Rabu (22/2/2023).

Piprim menyebutkan jika obesitas dapat menjadi salah satu gejala sindrom metabolik selain hipertensi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, dan rendahnya kadar kolesterol HDL.

Menurutnya, beberapa tahun kemudian sindrom tersebut dapat berubah menjadi penyakit degeneratif seperti stroke, serangan jantung, kanker, dan diabetes melitus.

Oleh karena itu, Piprim menyarankan kepada setiap orang tua untuk segera membawa buah hatinya ke dokter jika mengalami obesitas.

Menurut laman resmi Kementerian Kesehatan, cara untuk mengetahui anak obesitas ialah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT).

Rumusnya adalah berat badan dalam satuan kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Anak dapat dikatakan kelebihan berat badan jika IMT lebih dari 22,9 dan dikatakan obesitas jika IMT berada di angka 25 sampai 29,9 dan obesitas II jika IMT lebih dari 30.

Piprim menjelaskan bahwa untuk mencegah anak mengalami obesitas, kuncinya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

 


Perhatikan Asupan Makanan pada Anak

"Stop ultraprocessed food, junk food tinggi gula dan tinggi tepung, kembali ke real food yang kaya akan protein hewani dan sayuran hijau. Kembali ke makanan yang tanpa barcode agar hidup keluarga kita lebih sehat," ujar Piprim.

"Jangan lupa juga, jadikan olahraga rutin sebagai budaya sehat keluarga," pungkasnya.

Belakangan, viral di media sosial seorang balita berusia 16 bulan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang memiliki berat badan 27 kilogram.

Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita sebanyak 3,8 persen sedangkan obesitas usia 18 tahun ke atas sebanyak 21,8 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya